Sejarah

Persahabatan Tragis Dibawah Langit Turki Utsmani : Vlad Dracula dan Muhammad Al-Fatih

3 Mins read

Ketika mendengar kata “sahabat” tentunya kita akan berpikir tentang hubungan pertemanan dekat antara dua orang atau lebih. Tetapi, pernahkah kita menyadari bahwa tidak selamanya persahabatan itu merupakan hubungan pertemanan yang baik saja, bagaimana jika persahabatan itu hanya sekedar kepentingan politik belaka? Vlad III dan Mehmed II, salah satu bukti sejarah adanya persahabatan yang justru berakhir dengan buruk.

Thomas Hobes, salah satu filsuf terkenal menggambarkan bahwa manusia adalah serigala bagi serigala yang lain. Manusia pasti akan berkonflik untuk bisa mencapai tujuan dan kepentingannya. Persahabatan pun hanya akan berlangsung saat berada di posisi saling menguntungkan saja. Terlepas dari itu, mereka akan saling menerkam dan menjatuhkan demi tercapai tujuannya.

Vlad III atau yang memiliki nama asli Vlad Tepes, merupakan putra sulung dari Vlad II, seorang pangeran kerajaan Wallachia yang diasingkan. Lahir di Sighisoara, Transylvania saat musim dingin 13 November 1431 M., dimana saat itu Transylvania berada di bawah kekuasaan kerajaan Hungary.

Vlad III terkenal dengan julukannya yaitu “Dracula” yang berarti “anak dari sang Dracul” dimana Dracul merupakan julukan ayahnya, Vlad II. Kata Dracul berasal dari kata “Dragwlya” yang bermaksud “dragon” yaitu naga. Selain itu Vlad juga mempunyai julukan yaitu The-Impaler atau Sang Penyula, hal ini dikarenakan kebiasaannya untuk menusukkan pasak dengan keji melalui lubang dubur korbannya.

Sedangkan Mehmed II atau yang terkenal dengan sebutan sultan Muhammad Al-Fatih, merupakan putra dari Murad II, seorang sultan dari kerajaan Turki Usmani. Merujuk buku yang berjudul Muhammad Al-Fatih karya Abdul Latip Talib, beliau dilahirkan oleh permaisuri Aishah, istri Sultan Murad II pada 27 Rajab 835 H. bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1432 M. di Adrianapolis, yang sekarang lebih dikenal dengan kota Edirne (perbatasan Turki – Bulgaria).

Baca...  Laksamana Malahayati Mutiara Aceh yang Bersinar di Samudra

Tahun 1443 M. dimana Sultan Muhammad Al-Fatih berumur sekitar 11 tahun, ia menempuh pendidikan di salah satu ruang Istana Amire bersama Vlad III dan juga Radu, adik Vlad III. Dua bersaudara itu dikirim ayahnya, Vlad II sebagai bentuk kesetiaannya kepada kesultanan Turki Utsmani. Mereka berdua dididik dalam logika, Islam, bahasa Turki, dan karya sastra. Mereka menempuh pendidikan di sana hingga akhirnya Radu pun masuk Islam.

Berbeda dengan Vlad, meskipun ia mendapatkan pendidikan, Vlad sama sekali tidak senang berada di tangan Turki. Ia membenci ayahnya karena pengkhianatannya terhadap Ordo Naga dan menukarkan dirinya dengan Turki Utsmani. Vlad juga cemburu dengan adiknya, Radu yang mendapat perhatian lebih dari Muhammad Al-Fatih. Ia pun sempat dikenai hukuman cambuk bahkan dipenjara karena sifatnya yang kasar kepada pada instrukturnya dan wataknya yang keras kepala. Hal inilah yang menjadi cikal bakal dendam Vlad terhadap kesultanan Turki Utsmani.

Setelah bersahabat dalam satu perguruan di bawah Turki Utsmani saat masa kecil, Muhammad Al-Fatih dan Vlad kembali ke panggung dunia dengan mereka yang mewakili kerajaannya masing-masing. Tumbuh dewasa dengan obsesi dan kemampuannya sendiri-sendiri mengharuskan Muhammad Al-Fatih mengangkat pedang melawan Vlad Dracula, teman lama sekaligus kakak dari sahabat terdekatnya sendiri.

Machiavelli dalam bukunya The Prince, berkata “bertindak melawan belas kasihan, melawan iman, melawan kemanusiaan, melawan kejujuran, melawan agama, demi mempertahankan negara.” menjadi pola pikir yang terkenal dimana para penguasa harus berusaha mempertahankan atau memperluas kedudukan mereka, bahkan jika tindakan tidak bermoral diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang mungkin saja berlaku bagi Vlad dan Muhammad Al-Fatih.

Pada awalnya Vlad bersekutu dengan Turki Usmani untuk merebut kembali kerajaannya. Namun, pada Juli 1456, ketika pasukan Utsmaniyah sedang terkunci dalam pertempuran melawan Hungaria, Vlad memimpin pasukan kecil bangsawan yang diasingkan. Dari sinilah Dracula berkhianat. Sisa-sisa prajurit Turki yang ikut bersamanya, ia sekap berhari-hari di ruang bawah tanah, lalu diarak oleh Vlad menuju pinggir kota untuk dieksekusi. Kemudian ia menyatakan berhenti membayar upeti tahunan kepada kesultanan Turki Usmani

Baca...  Makam Syekh Muhammad Yahya Yang Menjadi Bukti

Sultan Muhammad Al-Fatih pun memerintahkan Radu, adik Vlad bersama enam puluh ribu pasukan memerangi Vlad atas perbuatannya tersebut. Akan tetapi, rencana ini telah bocor dahulu kepadaVlad. Demi ‘menyambut’ pasukan Turki Usmani, Vlad memerintahkan pasukannya untuk memajang mayat-mayat kaum muslimin yang telah disula sepanjang jalan yang akan dilewati pasukan Turki Usmani untuk merusak mental mereka. Walaupun mereka berhasil mengepung Benteng Poenari, akan tetapi Vlad telah lebih dahulu kabur dari benteng tersebut.

Usaha pencarian Vlad oleh Sultan Muhammad Al Fatih terus berlanjut hingga tahun 1476 dimana pasukan Turki Usmani dalam jumlah besar berhasil mengepung Vlad dan pasukan kecilnya di tepi Danau Snagov, Bukares, Rumania. Pasukan Vlad kalah telak dalam pertempuran tersebut hingga akhirnya kepala Vlad dipenggal dan dibawa ke Kontantinopel untuk ditunjukkan kepada rakyat Turki Usmani sebagai bukti kemenangan dan berakhirnya teror kejam yang dilakukan oleh Vlad Dracula.

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Peran Kesultanan Banten: Penyebaran Islam dan Perdagangan di Nusantara

4 Mins read
Kesultanan Banten berawal dari sebuah wilayah di bawah bayang-bayang kekuasaan kerajaan yang berada di Jawa Barat yaitu Padjajaran. Kerajaan ini memiliki pengaruh…
KeislamanSejarah

Laksamana Malahayati Mutiara Aceh yang Bersinar di Samudra

4 Mins read
Dalam sejarah kemaritiman yang didominasi laki-laki, Laksamana Malahayati berhasil mencatatkan Namanya sebagai sosok laksamana perempuan. Dalam tradisi kemaritiman Aceh, ia merupakan perintis…
KeislamanSejarah

Kontribusi Al Fihriya dalam Kebangkitan Intelektual Dunia 

4 Mins read
Di Tengah sejarah panjang peradapan Islam di dunia, julukan oum al-banine mungkin tidak banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas. Akan tetapi,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Menggali Nilai Humanisme dalam Posisi Perempuan Pra dan Pasca Islam

Verified by MonsterInsights