KULIAHALISLAM.COM – Sebagian masyarakat memiliki pandangan bahwa ibu harus menghabiskan waktunya di rumah untuk merawat dan menjaga anak-anaknya dengan baik, sementara ayah hanya bertugas mencari nafkah di luar. Padahal, ayah juga harus terlibat dalam mendidik anaknya.
Tugas ayah untuk mencari nafkah bukanlah tugas yang mudah. Perihal ini, QS. Al Baqarah: 233 menyatakan, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.”
Ayat tersebut dijelaskan dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alqur’an bahwa seorang ayah harus memberikan pakaian yang baik serta makanan yang mengenyangkan perut ibu. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa tugas mencari nafkah tidak dapat disepelekan, mengingat besarnya tanggung jawab yang harus dipenuhi sang ayah kepada istri dan anak-anaknya.
Akan tetapi, ayat di atas sebenarnya memiliki pemahaman lain terkait tugas seorang ayah. Meskipun ayah lebih sering berada di luar rumah untuk mencari nafkah, namun ayah juga memiliki kontribusi dan peran penting dalam membina dan mendidik anak-anaknya.
Selain itu, ayah juga bertanggungjawab dalam melindungi keluarganya secara fisik maupun non fisik serta memberikan kenyamanan. Prinsip ini banyak dilupakan atau mungkin tidak diketahui oleh masyarakat. Mari lebih lanjut kita bahas peran ayah dalam keluarga menurut Alqur’an.
Ayat-ayat Alqur’an tentang Peran Ayah
Kisah Nabi Nuh dan anaknya,
وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya:
Bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir,” (QS. Al Baqarah: 233).
Ayat di atas, seperti yang diterangkan dalam Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir, menceritakan kisah Nabi Nuh yang ingin menyelamatkan anaknya dari bencana banjir dengan menyuruhnya untuk naik ke kapal Nabi Nuh dan tidak pergi ke gunung bersama kaumnya.
Pesan sebenarnya dari ayat ini adalah Nabi Nuh sebagai seorang ayah ingin menyelamatkan anaknya agar tidak terjerumus dalam pengaruh orang-orang kafir yang dapat menyebabkan dirinya semakin jauh (tenggelam) dari agama Allah SWT.
Kisah Nabi Ya’qub dan anaknya,
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سَٰجِدِينَ
قَالَ يَٰبُنَىَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَىٰٓ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا۟ لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوٌّ مُّبِين
Artinya:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar (untuk membinasakan)-mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 4-5).
Ayat di atas, seperti yang diterangkan dalam Tafsir Ringkas Kemenag RI, menceritakan tentang permisalan keluarga Nabi Yusuf yang terdapat dalam mimpinya akan bersujud kepadanya. Adapun permisalan tersebut yakni sebelas bintang yang berarti saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas, matahari berarti Nabi Ya’qub atau ayah Nabi Yusuf, dan bintang yang berarti Ibunya.
Sementara kalimat “kulihat semuanya sujud padaku” memiliki makna bahwa kelak Nabi Yusuf akan mengalami peristiwa besar, sehingga dia akan mendapatkan kemuliaan di akhirat maupun di dunia, dan karena itulah mereka (saudara Nabi Yusuf) akan hormat dan mengarahkan pandangannya kepada Nabi Yusuf.
Peran Ayah terhadap Anak dalam Alqur’an
Setelah mengetahui beberapa penafsiran di atas, dapat diketahui bahwa peran penting ayah terhadap anak diantaranya:
Sebagai Pembentuk dan Pendidik Karakter
Seperti yang terdapat dalam QS. Al Baqarah: 233 tentang kisah Nabi Nuh dan anaknya, dapat diketahui bahwa seorang ayah memiliki pengaruh yang penting dalam mendidik anaknya.
Pada ayat tersebut terdapat dua lafaz yang menjadi sorotan, yakni ibnahu dan ya bunayya. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, lafaz ya bunayya merupakan bentuk tasghir (pengecilan) dari lafal ibnu yang berarti anakku yang mungil atau menggambarkan sifat mungil anaknya. Ini digunakan untuk memanggil anak dengan penuh rasa kasih sayang.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa sikap Nabi Nuh yang mengajak anaknya pada jalan yang benar merupakan sebuah contoh bahwa ayah memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing anaknya.
Selain itu, berdasarkan kisah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa jika ingin menasihati atau mengajak anak untuk melakukan suatu kebaikan, meskipun anak tersebut tergolong anak yang durhaka ataupun keras kepala, maka harus dilakukan dengan penuh kesabaran, lemah lembut, serta penuh kasih sayang seperti yang dicontohkan oleh Nabi Nuh.
Sikap yang dilakukan Nabi Nuh merupakan contoh bagaimana seorang ayah mendidik anaknya agar memiliki karakter yang baik.
Membangun Kedekatan dengan Anak
Pada poin ini, penulis mengambil rujukan pada QS. Yusuf: 4-5 tentang Yusuf yang menceritakan isi mimpinya kepada ayahnya, Nabi Ya’qub. Pada saat itu, Yusuf memanggil ayahnya dengan ungkapan ya abati. Ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa Yusuf sangat menyayangi dan menghormati Nabi Ya’qub sebagai ayahnya.
Adapun lafaz ya bunayya pada ayat ini, menurut al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi jilid 14, adalah bentuk tarqiq yang memiliki arti sebagai ungkapan kasih sayang dan kelembutan.
Kemudian, ketika Yusuf menceritakan mimpinya kepada Nabi Ya’qub, hal ini memperlihatkan bahwa Yusuf memiliki hubungan dekat dan sangat memercayai ayahnya, sehingga dia mau menceritakan mimpi dahsyat yang dialaminya kepada sang ayah.
Sang ayah, Nabi Ya’qub, pun merupakan ayah yang bijaksana. Setelah Yusuf menyampaikan mimpinya, dia memberi tahu agar Yusuf berhati-hati supaya jangan sampai saudara-saudaranya yang lain mengetahui mimpinya itu.
Berdasarkan penjelasan ini, dapat diketahui bahwa Nabi Ya’qub telah berhasil membangun kedekatan dengan anaknya, sehingga anaknya tersebut lebih memilih untuk menceritakan mimpinya kepada ayahnya daripada ibunya.
Kesimpulan
Peran pengasuhan anak dalam sebuah keluarga tak hanya bergantung kepada sosok ibu saja, melainkan sosok ayah juga memiliki peran yang penting dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat pada kisah yang terdapat dalam QS. Al-baqarah: 233 serta QS. Yusuf: 4-5 yang menceritakan bagaimana para nabi mendidik maupun menjalin kedekatan dengan anaknya.