Esai

Pengaruh Keluarga Broken Home terhadap Gangguan Karakter Anak

3 Mins read

Keluarga merupakan unit sosial yang paling mendasar dan berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Namun, tidak semua anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang utuh dan harmonis. Keluarga broken home, yang ditandai dengan perceraian, kematian salah satu orang tua, atau konflik berkepanjangan, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologis dan karakter anak. Dalam esai ini, kita akan membahas pengaruh keluarga broken home terhadap gangguan karakter anak, termasuk aspek emosional, perilaku, dan hubungan sosial.

Pengertian Keluarga Broken Home

Keluarga broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana struktur keluarga tidak utuh. Hal ini sering kali terjadi akibat perceraian, di mana orang tua tidak lagi hidup bersama dan menjalankan peran mereka secara efektif. Menurut penelitian, anak-anak dari keluarga broken home sering mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini, yang dapat mengarah pada berbagai masalah perilaku dan emosional (Amato, 2000).

Dampak Emosional

Salah satu dampak paling signifikan dari keluarga broken home adalah gangguan emosional pada anak. Anak-anak yang mengalami perceraian atau konflik orang tua cenderung merasa cemas, depresi, dan kehilangan rasa aman. Penelitian menunjukkan bahwa mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh (Kelly & Emery, 2003). Ketidakstabilan emosi ini dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa di sekitar mereka.

Anak-anak ini sering kali merasa terjebak di antara kedua orang tua dan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka. Rasa marah dan frustrasi yang tidak terkelola dapat berujung pada perilaku agresif atau penarikan diri dari interaksi sosial (Lansford et al., 2006). Hal ini menciptakan siklus negatif yang dapat memperburuk kondisi emosional mereka.

Baca...  Membangun Kedekatan Dengan Anak: Langkah Sederhana Untuk Hubungan Lebih Kuat

Perilaku Delinkuen

Dampak lain dari keluarga broken home adalah meningkatnya risiko perilaku delinkuen pada anak. Kurangnya pengawasan orang tua dan keteladanan yang baik dapat mendorong anak untuk terlibat dalam perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja, perkelahian, atau penggunaan narkoba. Menurut penelitian oleh McLanahan dan Sandefur (1994), anak-anak dari keluarga broken home lebih mungkin terlibat dalam tindakan kriminal dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh.

Perilaku delinkuen ini sering kali merupakan cara anak untuk mencari perhatian atau pengakuan dari teman sebaya. Mereka mungkin merasa terasing dan mencari kelompok yang memiliki perilaku serupa sebagai cara untuk mendapatkan dukungan emosional. Hal ini dapat memperburuk masalah perilaku mereka dan menciptakan siklus negatif yang sulit diputus.

Hubungan Sosial

Anak-anak dari keluarga broken home juga mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain akibat pengalaman traumatis di rumah dapat membuat mereka sulit menjalin persahabatan yang berarti. Mereka mungkin merasa cemas atau takut ditolak oleh teman-teman sebaya, sehingga memilih untuk menarik diri dari interaksi sosial (Furstenberg & Teitler, 1994).

Selain itu, komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home sering kali memperburuk situasi ini. Anak mungkin merasa diabaikan atau tidak didengarkan, yang memperparah rasa frustrasi dan kebingungan mereka. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi secara sehat dapat mengarah pada perilaku agresif atau depresi (Wallerstein & Kelly, 1980).

Solusi dan Dukungan

Untuk mengatasi dampak negatif dari keluarga broken home, penting bagi anak remaja mendapatkan dukungan yang tepat. Pendekatan seperti konseling psikologis dapat membantu mereka mengelola emosi dan mengatasi masalah perilaku. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi dini dapat membantu anak-anak ini mengembangkan keterampilan koping yang lebih baik (Shaw et al., 2006).

Baca...  Analisis Sejarah Metodologi Tafsir: Evolusi Interpretasi Al-Qur'an di Setiap Zaman

Pendidikan karakter juga berperan penting dalam membentuk kembali karakter anak-anak dari keluarga broken home. Sekolah harus menyediakan program yang mendukung perkembangan emosional dan sosial siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pelatihan keterampilan sosial.

Orang tua juga perlu berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung meskipun dalam situasi sulit. Membangun komunikasi yang terbuka dan jujur serta memberikan perhatian lebih kepada anak dapat membantu mengurangi dampak negatif dari situasi broken home. Penting bagi orang tua untuk tetap terlibat dalam kehidupan anak meskipun mereka tidak lagi bersama sebagai pasangan (Amato & Keith, 1991).

Kesimpulan

Keluarga broken home memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan karakter anak. Dampaknya terlihat dalam bentuk gangguan emosional, perilaku delinkuen, dan kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan yang memadai bagi anak-anak ini agar mereka dapat pulih dari trauma dan membangun karakter positif di masa depan. Melalui pendekatan yang tepat dari orang tua dan lingkungan sosial, anak-anak dari keluarga broken home masih memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.

Referensi

Amato, P.R. (2000). The Consequences of Divorce for Adults and Children. Journal of Marriage and Family, 62(4), 1269-1287.

Amato, P.R., & Keith, B. (1991). Parental Divorce and the Well-Being of Children: A Meta-Analysis. Psychological Bulletin, 110(1), 26-46.

Furstenberg, F.F., & Teitler, J.O. (1994). Reconsidering the Effects of Marital Disruption: What Happens to Children of Divorce in Early Adulthood? Journal of Family Issues, 15(2), 173-190.

Kelly, J.B., & Emery, R.E. (2003). Adverse Effects of Divorce on Children: A Critical Review. Family Relations, 52(4), 353-362.

Lansford, J.E., et al. (2006). The Impact of Family Structure on Child Development: A Review of the Literature on the Effects of Divorce on Children’s Behavior and Developmental Outcomes. Journal of Family Psychology, 20(2), 206-218.

Baca...  Sekali Lagi Tentang Moderasi Beragama

McLanahan, S., & Sandefur, G. (1994). Growing Up with a Single Parent: What Hurts, What Helps. Harvard University Press.

Shaw, D.S., et al. (2006). The Developmental Course of Conduct Problems in Young Children: A Longitudinal Study from Birth to Age 5 Years. Journal of Abnormal Child Psychology, 34(2), 189-202.

Wallerstein, J.S., & Kelly, J.B. (1980). Surviving the Breakup: How Children and Parents Cope with Divorce. Basic Books

2378 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Kepercayaan Yahudi Terhadap Tanah Perjanjian dan Konsep Zionisme

9 Mins read
Abstrak Tanah Kanaan, yang dijanjikan Allah kepada Abraham, memiliki makna mendalam bagi bangsa Israel sebagai simbol harapan, iman, dan kepercayaan terhadap Tuhan….
Esai

Dinamika Perkembangan Kaum Muslimin di Jepang

4 Mins read
Jepang, sebuah negara yang terkenal dengan tradisi yang kaya dan kemajuan teknologi, mungkin tidak langsung diasosiasikan dengan komunitas Muslim. Namun, perkembangan Islam…
Esai

Islamic Society of North America (ISNA): Jejak Panjang Organisasi Islam di Amerika Serikat

4 Mins read
Islamic Society of North America (ISNA) adalah salah satu organisasi Muslim tertua dan terbesar di Amerika Utara. Organisasi ini memiliki sejarah panjang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights