Esai

Reaktualisasi Falsafah Hidup Bima Dalam Kehidupan Warga Masyarakat

9 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Akhir-akhir ini kondisi Daerah Bima sering mendapat perhatian kritikan, koreksi dan gugatan dari hampir seluruh pemimpin kepala Daerah dan kalangan warga masyarakat. Sabab, akhir-akhir ini muncul beragam fenomena gejolak krisis kemanusiaan yang menyayat hati nurani, peristiwa yang merusak hancurkan martabat sesama, memicu tawuran antar pelajar, konflik sosial antar wilayah kota, bahkan meruntuhkan tatanan kondisi warga masyarakat wilayah Daerah Bima sekitarnya.

Sebut saja, kasus sekelompok anak-anak remaja belia yang konsumsi minuman keras, narkotika psikotropika, geng balap liar, dan sehingga memicu berbuat kegaduhan, tawuran antar pelajar, pemanah misterius dan aksi kekerasan pembunuhan korban’ jiwa usia remaja muda di tengah warga masyarakat.

Juga, anak-anak remaja muda belia yang berbuat kekerasan pada orang-orang tua, mengancam guru-guru sakolah, menyasar pada tokoh agama ustadz, minusnya etika akhlak mulia antar sesama, tidak punya sopan santun interaksi, merusak fasilitas umum, ugal-ugalan dijalanan, dan banyak mengeluh menuntut tanpa mau bekerja dan berkarya.

Misalnya, kasus anak-anak dan kaum muda yang mencuri harta benda berupa hewan sapi, kambing, ikan-ikan milik piaraan warga. Begitupun kasus merampok begal dengan aksi kekerasan mencuri kendaraan mobil, motor, sepeda dan aksesoris berharga lainnya. Kasus-kasus kriminal diatas membuat warga naik pitam emosi karena maraknya tindakan pencurian tersebut yang meresahkan warga.

Karena itu, ketika muncul aksi tindakan kriminal yang dilakukan oleh segelintir kelompok penjahat tersebut, maka warga cenderung mengambil langkah main hakim sendiri, persekusi, menghajar secara brutalitas, menghukum sangksi sosial, dan menyeratnya ke kantor pemerintah kota/desa/adat dan membawa ke aparat penegak hukum terdekat.

Dengan demikian, mengamati fenomena gejolak peristiwa demi peristiwa yang terjadi silih berganti tersebut membuat warga cenderung memberikan respon negatif melihat persoalan itu, misalnya dengan ungkapan maklum SDM rendah, warga permisif, apatisme, minus akhlak etika, budaya kolot bodoh dan terbelakang, mencari sensasi dan kontroversi, dan kehilangan makna hidup.

Persoalan gejolak masalah yang sangat krusial saat ini, yang menyasar wilayah Daerah Bima – Dompu dan wilayah sekitarnya adalah. Munculnya sikap permisif menormalisasi segala sesuatu watak, karakter dan perbuatan yang terjadi di tengah interaksi sosial warga antar umat beragama dan bermasyarakat.

Orang-orang cenderung membiarkan, membolehkan dan bahkan mengabaikan segala sesuatu perbuatan yang mengarah kepada peluruhan norma etika (pejabat publik dan politisi-politisi), aksi konyol mengolok agama, dan humor candaan yang merusak rendahkan martabat sesama manusia.

Sehingga, warga hidup dalam kebingungan, kekacauan dan kesemrawutan perilaku dan interaksi sosial yang semakin memburuk, merusak, menindas dan membunuh karakter tertentu. Lebih-lebih, warga tidak mampu lagi memilih dan memilah nilai-nilai sakralitas, norma etika agama dan falsafah hidup luhur dalam bermasyarakat dan berbangsa.

Warga masyarakat hidupnya dalam silang sengkarut, tunggang langgang, ketidakpastian, dan krisis multisektor yang membuat manusia berada dalam kondisi semakin sulit, memicu konflik dan kerusuhan antar daerah dan desa.

Inilah yang dalam bahasa agama, disebut sebagai fenomena maraknya perilaku dan tindakan subhat mudharat, (kezaliman, kegelapan, dan kekacauan) yang terjadi ditengah aktivitas kehidupan umat beragama dan warga masyarakat yang berkepanjangan.

Kembali Mbojo Mantoi adalah mengembalikan Mbojo yang baik, aman, damai, makmur dan sejahtera. Daerah yang maju bermartabat dan membanggakan. Ketika Orang Bima keluar daerah maka orang’ bima akan dihormati dan disegani. Menjadi imam, marbot, guru ngaji dan berprestasi akademik dan profesi diluar daerah. Kita menghayati nilai-nilai luhur Daerah dalam setiap aktivitas kehidupan dimanapun.

Kita kembalikan Mbojo Mantoi yang lama/lalu menjadi Mbojo yang sesuai dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai Islam. Berdasarkan pada norma etika, prinsip-prinsip dan falsafah hidup luhur masyarakat Daerah Bima. Sebab adalah, nilai-nilai luhur budaya dan karakter warga Bima selaras dengan nilai-nilai Islam yang terinspirasi dari kebijakan dan peraturan dalam birokrasi pemerintahan dan melembaga dalam aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kembali Mbojo Mantoi maksudnya adalah kita bukan mengembalikan tatanan Bima harus sesuai dengan Kondisi Bima pada zaman dahulu, tetapi kita ingin menggali, mendalami, memahami, menghayati dan menampakkan nilai-nilai luhur, ajaran adat istiadat, politik ekonomi sosial budaya, dan bidang lainnya agar mampu memberikan spirit gairah dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari umat’ beragama dan masyarakat dimasa kini, agar meraih kemajuan Daerah Bima di masa depan.

Baca...  Masa Depan Kemajuan Dunia Islam Modern

Nilai-nilai luhur budaya Bima pada zaman dulu itu sangat mulia, adiluhung, dan sakral untuk memperjuangkan kemuliaan agama Islam, dan mempertahankan martabat agama dan warga masyarakat. Karena itu, perlu untuk senantiasa kita semua menggalinya, mendalami dan menjiwai dan mengimplementasi sebagai corak berfikir konstruktif dan tindakan produktif dalam aktivitas sehari-hari agar mewujud dalam kerja karya nyata yang beradab dan Berkemajuan buat agama masyarakat.

Namun, Persoalannya adalah nilai-nilai luhur budaya Bima itu tidak ditransformasikan dalam corak berfikir, dan tidak diinternalisasikan dalam tingkah laku ditengah interaksi sosial antar sesama warga masyarakat. Jadi, nilai-nilai luhur, norma etika, dan prinsip-prinsip falsafah hidup suatu Daerah hanya akan menjadi slogan jargon simbolik balaka jika tanpa pemahaman, penghayatan dan pengamalan ketika interaksi dan, aktivitas sehari-hari dalam kehidupan umat beragama, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Falsafah Bima

Adapun falsafah hidup mulia, nilai-nilai luhur, dan prinsip-prinsip yang diyakini dan dihayati oleh hampir sebahagian warga masyarakat Bima adalah dikenal sebagai falsafah dan petatah petitih, peribahasa, dan ungkapan sakralitas dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Yakni, Peribahasa Maja Labo Dahu, Nggahi Rawi Pahu, Taho Mpara Nahu Sura Dou Labo Dana, Taho Mpara Nahu Sura Dou Labo Marimpa, Katada Rawi Matedi Katedi Rawi Matada, Nggahi Mataho Karawi Maraso, Lampa Rawi Mahawo, dan Suu Sawau Sia Sawale.

Ungkapan Bima dalam bentuk ujaran larangan yakni, Ngaha Aina Ngoho, Ngoa Ngaha Ngau Kanta Ngaha Kente, Aina Ngahaba Roi Labo Ngahaba Ndadi, Waradi Karawi Waradi Kadami, Aina Mpaa Mboto Malao Bune Bote, Aina Tala Cowa, Aina Turu Karawi dan lain sebagainya.

Dengan demikian, jika kita mencermati bersama dari falsafah hidup, nilai-nilai luhur dan prinsip dasar kehidupan warga yang melekat dalam bentuk peribahasa, petatah petitih dan ungkapan sakralitas tersebut adalah menandakan bahwa para tokoh’ kerajaan, kesultanan pemimpin dan Ulama terdahulu senantiasa memahami dan menghayati makna kandungan dalam Al-Qur’an, Hadits, Kalam Bestari tersebut kemudian terejawantahkan menjadi sebuah Falsafah Hidup, Norma Etika yang membentuk Corak Berfikir, Cara Bertindak yang terinternalisasi melembaga pada setiap Kebijakan Tatanan pemerintahan kemudian merembes meluas dalam aktivitas kehidupan beragama dan warga masyarakat sehari-hari.

Karena itu, Falsafah hidup mulia dan nilai-nilai norma luhur tersebut perlu untuk senantiasa kita semua bersama memahami, mengenal, menghayati menjiwainya dan mengamalkan implementasi dalam aktivitas kehidupan. Baik pewarisan nilai-nilai melalui ajaran nasihat, sosialisasi dan kolaborasi, memberikan keteladanan, juga dalam konteks interaksi dalam lingkup keluarga, agenda antar umat beragama dan aktivitas khalayak publik/ramai.

Falsafah hidup nilai-nilai luhur dalam beragama atau bernegara, bukan untuk diperdebatkan, dipersoalkan dan dimonopoli oleh segelintir kelompok yang berwenang tetapi falsafah luhur tersebut akan mendapat pemahaman dan penghayatan dikalangan warga publik menjadi suatu cara berfikir, cara bertindak dan gaya hidup yang dapat menyebarkan suasana kebajikan, rukun, damai, bahagia, harmonis bermartabat, adil makmur dan sejahtera.

Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi moralitas Warga Bima antara lain, ada lima instrumen, yakni; Rumah Tangga, Lingkungan/Masyarakat, Sekolah, Ulama dan Pemerintah.

Didunia ini seringkali terjadi konflik karena beberapa faktor antara lain, faktor Ideologi, SDA, SDM dan kejahatan kemanusiaan. Konflik-konflik atau peperangan dan sejenisnya muncul ditengah warga masyarakat karena berawal dari satu kasus yang muncul (dinamic factor) lalu merembes menyasar ke kasus, problematika, persoalan masalah yang lainnya, politik, ekonomi sosial, budaya, pendidikan dan kesehatan. Memicu efek domino Konflik yang multisektor sampai gejolak kompleksitas.

Prof. Dr. Sidratahta Mukhtar mengatakan bahwa, Wilayah Daerah memiliki beberapa kelebihan untuk menghadapi setiap gejolak problematika tersebut, melalui modal kapital (kapital religius), yakni daerah Bima memiliki sejumlah ulama, cendekiawan dan intelektual yang memiliki kemampuan Ilmu pengetahuan, kejernihan akhlak ak mulia, dan pemahaman kondisi keumatan. yang dapat menjadi panutan teladan sebagai rujukan sebahagian warga.

Karena itu, segala sesuatu sosialisasi, internalisasi dan kristalisasi nilai-nilai luhur, prinsip dan falsafah hidup Daerah Bima perlu dilaksanakan dengan metode dialogis dan konsolidasi agar mencipta suasana kondisi keterbukaan, kebersamaan dan kekeluargaan dan meraih tujuan dan impian bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, warga Bima termasuk watak yang maskulin, terbuka, dinamis, dialogis dan kekeluargaan. Sehingga mudah sekali dalam proses internalisasi dan sosialisasi sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan hajat hidup warga masyarakat.

Baca...  Eksistensi Gen Z sebagai Ancaman Mengerikan Terhadap Bangsa, Lantas Apa Reaksi Kita ? 

Karana itu, langkah strategisnya adalah bentuk birokrasi pemerintahan yang dari sentralisasi ke desentralisasi, sinkronisasi kebijakan pusat dan Daerah, kolaborasi state dan civil, dan kebijakan yang berdampak pada masyarakat.

Abdul Ghani Masykur mengatakan bahwa, setiap kita selalu menghadapi konflik-konflik, baik konflik yang muncul secara alamiah atau konflik yang terjadi karena adanya gejolak problematika antar umat manusia. Faktor-faktor konflik antara lain, perbedaan pandangan, pemaksaan kehendak, adanya ketidakadilan, kesenjangan sosial, tidak ada perhatian/afirmasi, tidak adanya perlindungan/intervensi, dan tidak adanya teladan/panutan, sehingga memicu munculnya kekecewaan, keputusasaan, dan kerusakan psikologis kehancuran sosial warga masyarakat.

Budaya Kemajuan Daerah

Pertama, Pandangan dan Persepsi

Bahwa dalam melalui perubahan suatu dalam berkeluarga, beragama dan bermasyarakat selalu muncul anggapan bahwa setiap manusia harus memperbaiki, menata dan merubah cara berfikir, pola fikir dan cara pandangannya dalam melihat realitas. Sebab, akal fikiran akan membentuk cara berfikir kita dalam melihat realitas, fenomena, peristiwa yang terjadi di kondisi wilayah sekitarnya. Jika kita selalu membiasakan untuk berfikir baik, berfikir benar dan menerima pengetahuan atau memfilter informasi yang benar dari luar maka cara berfikirnya akan membentuk cara kita bertindak dalam menjalani aktivitas kehidupan.

Dengan kata lain, jika cara berfikir cenderung buruk, negatif, malas, brutal, sadisme, dan sewenang-wenang menindas maka cara perilaku bertindak akan mengarah pada keburukan dan kehancuran disekitarnya.

Kedua, Karakter dan Etika

Setiap warga masyarakat harus selalu menjaga kesadaran untuk menghidupkan karakter dan etika akhlak yang mulia dalam dirinya sendiri, lalu menginternalisasi, menghayati dan mengamalkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari beragama dan bermasyarakat. Sabab, manusia warga yang memiliki karakter atau etika akhlak mulia akan senantiasa menyebarkan perilaku hidup yang baik, nyaman, tenang, damai, gembira dan harmoni. Juga dapat menghubungkan interaksi sosial antar sesama, sanak saudara, keluarga kerabat, komunitas dan khalayak ramai yang rukun, damai, adil, makmur dan sejahtera.

Ketiga, Falsafah dan Norma

Setiap manusia dan warga masyarakat hampir sebahagian besar hidupnya melalui nilai-nilai, prinsip-prinsip dan falsafah hidup luhur yang membentuk cara berfikir dan cara bertindak dalam mengamati fenomena realitas yang muncul terjadi ditengah aktivitas kehidupan.

Nilai-nilai, prinsip dan falsafah hidup luhur yang muncul ditengah masyarakat tersebut adalah suatu yang menjadi identitas, jatidiri dan interaksi simbolik antar sesama manusia.

Ada nilai-nilai luhur yang terus-menerus di internalisasi wariskan, dan diperjuangkan dalam setiap interaksi sosial. Pun juga, ada nilai-nilai yang dikombinasi atau kolaborasi dengan budaya tertentu agar terhubung dengan dinamika yang terjadi di sekitarnya.

Prof. Dr. Adam., M.Pd, M.Si. Penulis buku Laskar Kembar di Bulan Purnama. Menjadi narasumber sharing tokoh pada agenda Mbolo Nae Ulama dan Tokoh Bima Se-Indonesia diselenggarakan oleh FUI Bima. Dalam kesempatan tersebut, beliau menceritakan kisahnya bahwa, Saya memberanikan diri melawan kemiskinan demi untuk tetap melanjutkan pendidikan di Makassar (Ujung Pandang) Sulawesi Selatan.

Ujar beliau dengan nada semangat, bahwa “Untuk melawan kebodohan tuntaskan pendidikan. Pendidikan tuntas kemiskinan akan hilang. Sejatinya miskin/kemiskinan bukan persoalan harta benda, Tetapi miskin yang sesungguhnya adalah miskin moral dan mental. Karena itu, untuk melawan takdir kemiskinan adalah melalui pendidikan (Ilmu)”.

Negara tidak akan hancur karena terorisme, dan radikalisme. Negara tidak akan hancur karena kriminalitas. Tetapi rusak hancurnya suatu daerah dan negara adalah sebab dari maraknya kemiskinan di wilayah daerah.

Kemiskinan adalah persoalan mindset dan mental, bukan karena tidak punya harta benda.

Sebab, masih banyak para pemimpin dan pejabat publik yang terus merasa kekurangan, miskin sehingga menjarah harta anggaran, mendapat bantuan di birokrasi pemerintahan.

Karena itu, hanya melalui sekolah yang tinggi, menempuh pendidikan yang tinggi kita bisa merubah nasib hidup kaum muda dan warga.

Maka, pemerintah perlu untuk memberikan akses beasiswa, bantuan pembiayaan kepada setiap kaum muda dan warganya agar setiap warga bisa merubah kondisi hidupnya menjadi lebih baik optimis dalam menatap masa depan.

dr. Sanusi (Pakar Kesehatan Asal Daerah Bima) beliau mengatakan bahwa, dalam merubah keadaan nasib hidup adalah bergantung kepada pandangan dan pilihan hidup seseorang. Beliau mengutip ayat “Bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak ingin merubah nasib hidupnya”,(QS. Ar-Rad ayat 11). Maknanya bahwa, Tuhan memberikan otonomi kebebasan kewenangan kepada setiap makhluknya untuk berbuat, bekerja dan berkarya nyata dalam aktivitas agar bisa merubah nasib hidupnya menjadi lebih baik, sukses dan sejahtera.

Baca...  Keanekaragaman Budaya Titik Simpul Keadaban Negara (3)

Karena itu, kita harus senantiasa belajar yang sungguh-sungguh, berkemauan kuat, bekerja keras dan beribadah, juga sekolah yang tinggi untuk memperbaiki kualitas ilmu pengetahuan, menambah wawasan, dan menjalin relasi hubungan dengan manusia/warga lainnya.

Prof. Muslimin Kara, MA seorang cendekiawan Muslim asal Bima, yang mengajar pada kampus perguruan tinggi Islam Di Makassar. Beliau mengatakan, dalam pandangan agama Islam bahwa kemiskinan itu adalah masalah problematika, maka kita harus memberantas untuk diselesaikan. Kita harus carikan solusi jalan keluar, dan kebijakan yang berdampak untuk mengatasi persoalan kemiskinan ini.

Nabi Muhammad Saw, adalah seorang pedagang handal. istrinya Khadijah adalah seorang pedagang handal, kaya-raya, dan para sahabat nabi adalah seorang tokoh yang sangat kaya-raya, para pedagang, saudagar dalam negara pada saat itu, Mekkah dan Madinah lalu berhijrah ke negeri Arab sekitarnya hanya untuk berdagang berbisnis produk setempat sekaligus sarana dakwah menyiarkan dan memperjuangkan Islam.

Para nabi-nabi dan Rasulullah Saw serta sahabat-sahabat nabi tersebut adalah tokoh-tokoh yang bekerja keras dengan berbisnis ke penjuru negeri, mengeluarkan harta benda kekayaan untuk membela menyiarkan agama Islam di wilayah sekitarnya.

Menang nabi dan Rasul, para sahabat nabi tidak meninggalkan banyak harta benda kekayaan tetapi semua kekayaan dan kekuasaan digunakan hanya untuk sarana dakwah menjaga kemuliaan agama Islam pada umatnya, dan warga masyarakat lainnya.

Dengan demikian, bahwa solusi untuk mencegah memberantas problematika kemiskinan ditengah masyarakat adalah: 1, merubah pola pikir mental (mindset). 2, Karakter Untuk Bekerja. 3, Menegakkan Filantropis/Dermawan. 4, Ghirah Kebijakan Strategis

Sedangkan, Abdul Rauf ST. MT (Anggota Dewan Prov. NTB, Dapil Daerah Bima, Fraksi Partai Demokrat) mengatakan bahwa, banyak cara untuk memberantas kemiskinan dalam suatu wilayah Daerah, yang membedakan adalah metode dalam mengeksekusikan pendekatan tersebut menjadi kebijakan yang berdampak bagi masyarakat. Misalnya, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Bima menawarkan pendekatan, yakni memberantas Banjir Bandang, Penanganan Air Bersih, dan Penataan wilayah semrawut/ dan Sampah. Sabab, masalah di wilayah daerah semakin kompleksitas maka perlu kenangan yang holistik untuk mengatasinya. Jika kita mampu menyelesaikan satu bidang problematika maka bidang yang lain akan terselesaikan secara bersamaan. Artinya, dari satu persoalan akan memberi efek samping (domino efek) untuk menyelesaikan persoalan-persoalan krusial yang lainnya dalam suatu wilayah Daerah. Karena itulah, perlu kolaborasi dan konsolidasi antar stakeholder untuk memberantas persoalan yang menghambat hajat hidup kemajuan seluruh warga masyarakat.

Dengan demikian, dalam mewujudkan tatanan kehidupan beragama dan bernegara yang sesuai dengan tujuan impian bersama adalah dengan memulai dari peran individual setiap manusia, pertama dan terutama dengan selalu meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, menguatkan pemahaman falsafah hidup dasar beragama, mendalami minat bakat keahlian, mengasah keterampilan teknis dan manajerial, serta memperluas wawasan keislaman, keindonesiaan dan juga kebangsaan.

Lebih-lebih, senantiasa belajar meningkatkan kembali kemampuan literasi penanaman, penghayatan dan pengamalan makna kandungan Al-Qur’an, mendalami ilmu pengetahuan islam dengan data-data riset terbaru, dan metode kekinian yang berdampak pada solusi kebajikan aktivitas kehidupan beragama dan warga masyarakat sehari-hari.

Selain itu, manusia warga dapat hidup interaksi sosial bermasyarakat, berperan aktif dalam hajat hidup warga dikampung, mengurus agenda kegiatan kematian kelahiran warga, membantu hajat pernikahan, musyawarah dan gotong royong untuk mewujudkan masyarakat yang rukun, damai, harmonis dan sejahtera.

Juga, setiap manusia warga memiliki peran partisipasi aktif untuk bekerja, berkarya nyata dan berkontribusi untuk kebutuhan potensi individual masing-masing, dan kemajuan Daerah. Mencari nafkah untuk kebutuhan individual masing” dan keluarga adalah sarana memenuhi hajat hidup keseharian antar warga, sehingga dapat penghasilan, pemasukan dan pembayaran biaya hidup dalam ranah keluarga.

Sebab, jika setiap warga bekerja berkarya nyata dalam aktivitas masyarakat maka akan menciptakan harmonisasi antar setiap kalangan yang saling membutuhkan, menopang dan memberdayakan potensial yang berkembang di lingkungan sekitarnya.

60 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
ArtikelEsai

Ekspresi Umat Beragama Kontemporer

3 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Setiap umat Islam memang memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama dalam menyebarkan ajaran agama, baik saat aktivitas interaksi sosial di…
Esai

Makna dan Tujuan Hidup Manusia Di Dunia

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Manusia adalah makhluk yang dibekali sangat istimewa mulia dihadapan Tuhan Allah SWT dibandingkan dengan malaikat dan Setan. Sabab manusia diberikan…
Esai

Gejolak Krusial Inter Umat Beragama

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Akhir-akhir ini menjelang perayaan hari besar keagamaan umat Islam yakni idul fitri, kembali muncul gejolak polemik perdebatan antar komunitas keagamaan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights