Dalam Qur’an surah Al-Ahqof :15 Allah SWT, berfirman sebagai berikut;
﴿ وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ١٥ ﴾ ( الاحقاف/46: 15)
- Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Al-Ahqaf/46:15)
Sabab Nuzul Ayat
Imam Ibnul Jauziyyah dalam kitab tafsirnya menyebutkan ada beberapa pendapat ulama tafsir tentang asbabun nuzul ayat diatas.
Pertama, ayat ini turun berhubungan dengan sahabat Abu Bakar As-Shidiq RA beliau adalah sahabat yang paling beruntung dan paling dekat dengan Nabi SAW. Dimana umur sahabat abu bakar tidak terpaut jauh dengan umur Nabi SAW perbandingannya hanya 2 tahun, yang mana ketika Nabi SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi diumur 40 tahun, dan saat itu umur sahabat abu bakar 38 tahun, ia mendaptkan rahmat Allah yang sangat berharga.
Pada saat umur sahabat Abu Bakar 40 tahun, sahabat Abu Bakar pun menghadap Nabi dan bertanya tentang cara bersyukur kepada Allah karna telah diberi nikmat tiada tara. Imam Atha’ meriwayatkan cerita ini dari Ibnu Abbas dan pendapat pertama ini yang sering dipegang oleh mayoritas ulama tafsir.
Kedua, ayat ini turun sehubungan dengan sahabat nabi yaitu Sa’ad bin Abi Waqash, walaupun ini pendapat As-sudi dan Adh-dhahak. Ketiga, ayat ini secara umum dan ini menurut pendapatnya hasan Al-bashri.
Penafsiran Ayat Menurut Para Mufassir
- Menurut para mufassir kitab Al-Qur’an dan tafsirnya Kemenag tahun 2010 jilid 9/46/hal.264-268
Tafsir dari ayat diatas, Allah memerintahkan kepada seluruh manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua, baik ketika kedua masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Melakukan semua perbuatan yang baik sesuai dengan perintah agama.
Berbakti kepda kedua orang tua tidak hanya menghormati, menjaga, memberikan perhatian penuh, memberi nafkah jika tidak bisa menghasilkan penghasilan lagi, tetapi juga selalu mendo’akan keselamatan, sehat, panjang umur, berkah, dan mendo’akan keduanya kepada Allah agar diberi pahala dan diampuni segala dosanya jika keduanya sudah meninggal.
Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan amal yang tinggi nilainya dihadapan Alllah SWT, dan durhaka kepada keduanya termasuk perbuatan dosa yang besar.
Anak adalah penerus kehidupan dan harapan bagi kedua orang tuanya, bukan hanya harapan semasa keduanya masih hidup tapi juga harapan ketika kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, diterangkan bahwasannya diantara amal yang akan pernah putus pahalanya diterima oleh manusia sekalipun ia telah meninggal dunia ialah do’a-do’a dari anak-anak yang shalih dan shalihah yang selalu ditujukan kepada kedua orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda :
اِذَامَاتَ الاِنْسَانُ اِنقَطَعَ عَنهُ عَمَلُهُ اِلاَّمِن ثَلاَثَةٍ : إِلاَّمِن صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلمٍ يُنتَفَعُ بِهِ اَو وَلَدٍ صَالِحٍ يَدعُولَهُ (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Artinya : Apabila manusia meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : Shadaqoh jariyah, Ilmu yang bermanfaat, atau Anak Shalih yang mendo’akannya.(H.R Muslim dari Abu Hurairah).
- Menurut kitab Tafsir Al-Misbah volume 12/46/hal.406-407 karya Prof. M Quraish Shihab
Ayat diatas juga menunjukan betapa pentingnya peran kedua orang tua memberikan perhatian yang sangat cukup terhadap anak-anaknya, khususnya seorang ibu, dimana seorang ibu kandung yang telah susah payah mengandung anaknya selama 9 bulan, melahirkannya, lalu menyapihnya dengan masa penyusuan yang sempurna 24 bulan, atau 2 tahun dengan ini menjadikan betapa pentingnya ibu menyusukan anaknya dengan ASI.
Memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap anak-anaknya, pada masa pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Sikap kejiwaan seorang dewasa banyak ditentukan oleh perlakuan yang dialaminya pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, tidak lah tepat membiarkan mereka terlepas dari ibu bapak kandungnya.
Betapapun banyak kasih sayang yang dapat diberikan oleh orang lain, tetap saja kasih sayang ibu bapak kandung masih sangat mereka butuhkan. (حتى اذا بلغ اشده) banyak ulama yang berbeda pendapat tentang batas usia 33 tahun atau 40 tahun.
Betapapun maknanya, yang jelas ayat diatas menuntut peningkatan pengabdian diri dan bakti kita sebagai anak kepada kedua orang tua dari waktu ke waktu, walaupun seorang anak tersebut sudah mencapai umur kedewasaan yang matang sepenuhnya dan memiliki tanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya sebagai keluarga kecilnya, namun bakti tersebut harus terus dilanjutkan dan meningkat.
Referensi Lain
Dalam kitab Fathul Qodir 5 /hal 24, mengungkap bahwasanya Imam As-Syaukani juga menukil perkataan para ahli tafsir bahwa tidaklah seorang nabi diutus oleh Allah SWT kecuali mereka telah mencapai usia 40 tahun.
Dalam kitab klasik lainnya yaitu Tafsir Jalalain karangan syekh Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi juga diterangkan bahwa usia 40 tahun adalah sebuah puncak kematangan seseorang secara signifikan. Selain itu, Imam Al-Qurthubi mengemukakan bahwa orang yang telah mencapai usia 40 tahun, maka ia telah mengetahui betapa besarnya nikmat yang telah Allah anugrahkan kepadanya, juga kepada kedua orang tuanya sehingga ia pun senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada keluarganya.
Jika kita lihat-lihat dari berbagai orang-orang yang sukses didunia mau itu orang yang berkarier, maupun para ulama’ maka tingkat sempurna akalnya, pemahamannya, dan bertanggung jawabnya terhadap segala sesuatu itu terdapat pada usia mereka menginjak usia 40 tahun.
Biasanya seseorang yang sudah menginjak usia 40 tahun, watak dan karakteristiknya pun sudah tidak berubah-ubah dan cenderung tidak mengikuti arahan, atau sudah memutuskan keputusannya sendiri.
Sebuah riset juga yang dilakukan oleh Astrid WEN seorang psikolog asal indonesia, seorang pendiri pion clincian dan theraplay indonesia, menjelaskan bahwasannya dalam psikolog usia dibagi menjadi 3, yaitu dewasa muda pada rentan waktu 20-40 tahun, dewasa menengah 40-60 tahun, dan dewasa lansia berkisar 60 tahun keatas.
Keuntungan mereka yang suah mencapai usia 40 tahun ini, secara karakter sudah semakin menetap,semakin berakar, dan sudah tahu pada jati diri mereka, jadi sudah tidak mudah untuk diombang-ambingkan,ucap psikolog Astrid.
Dan sebuah buku yang cukup populer dari amerika berjudul “life begins at forty”, yang diluncurkan oleh Walter B.Pitkin, pada tahun 1932, namun ia bukanlah satu-satunya penggagas pertama stagement tersebut namun sudah jauh sebelum tahun 1932 stagement itu sudah ada.
Namun tidak apat diabaikan bahwasannya tulisannya pitkin ini lah yang sudah membuat pemahaman kita terhadap “kehidupan dimulai pada usia 40 tahun” menjadi sangat nge-hits sampai sekarang.
Penulis mengutip sedikit kata-kata Imam Ghozali bahwasannya : “usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupan selanjutnya nanti”.
Hikmah Dan Pelajaran Kehidupan Sehari-Hari
- Allah memerintahkan kepada seluruh manusia agar senantiasa berbuat baik kepada orang tuanya.
- Mengutamakan berbuat baik kepada ibu sangat lebih diutamakan karena ibu yang mengandung dalam keadaan yang sangat susah payah, menyusui dan mendidik anak-anaknya.
- Seseorang anak yang baik ialah anak yang ketika dewasa dan dalam masa jaya atau masa keemasannya selalu beribadah kepada Allah SWT, berdo’a untuk kedua orang tuanya dan keturunannya agar mereka senantiasa tetap beribadah kepada-Nya, dan ia juga mau bertobat kepada Allah penciptanya.
- Anak yang demikian akan diampuni Allah segala kesalahannya dan akan dibalas semua amalnya dengan surga yang penuh dengan kenikmatan.