KULIAHALISLAM.COM – Salah satu ulama Islam yang sangat dikenal oleh orang-orang yang beriman, dimuliakan, dan diambil darinya sangat banyak ilmu yang bermanfaat, adalah Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Beliau bukan hanya ulama yang berjuang membela Islam dengan pena dan lisannya, namun beliau juga seorang pejuang jihad yang berperang dalam peperangan memerangi orang-orang kafir dalam membela Islam dan muslimin.
Manhaj Ibnu Taimiyah yang Menyeimbangkan
Beliau telah meletakkan dengan baik, dengan adil, dengan seimbang, dan dengan moderat, antara persatuan umat Islam dan keteguhan dalam membela akidah dan manhaj yang benar.
Syekh Abu Bakar Zoud hafizhahullah bercerita tentang manhaj Ibnu Taimiyah dalam menyeimbangkan dua hal itu:
“Kita menemukan bahwa Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau bergabung bersama pihak yang selalu dibantahnya seperti kaum Sufi. Beliau bergabung bersama mereka untuk memerangi Mongol dan Tatar. Inilah yang terjadi dalam kehidupan beliau.”
“Beliau bukan saja orang yang berilmu, namun juga orang yang adil dan seimbang. Oleh karena itu beliau banyak menghabiskan usianya dengan menulis karya-karya berupa kritikan/tahdziran dan nasihat, jika kita melihat karya-karyanya demikianlah manhaj beliau.”
Memang benar bahwa ada perbedaan diantara kita, kita menyadarinya dan itu fakta, dan itu sudah berlangsung sedari dulu. Namun dalam momen ketika Islam diserang dan situasinya berpotensi semakin memburuk, maka perbedaan-perbedaan yang ada diantara kita, apakah itu persoalan konsep akidah (teologi) maupun manhaj (metodologi), perselisihan itu akan terus berlangsung.
Apa yang mereka yakini dan apa yang aku yakini ini persoalan terpisah, aku tidak akan pernah menyetujuinya dan aku akan terus menasihati mereka. Namun ketika Islam diserang, maka kita harus berdiri di barisan yang sama, karena jika aku berdiri sendirian, aku akan melemah dan hancur. Namun jika kita berdiri di barisan yang sama, maka ini adalah kekuatan yang mampu mengatasi serangan terhadap kita.
{وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ}
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” [Qs: Al-Anfal: 46].
Tafsir yang sangat indah sekali tentang makna riihukum, arti sebenarnya riihukum adalah angin (riih), Allah berbicara tentang persatuan yang terjadi pada orang-orang beriman, berdiri bersama untuk membela Islam diibaratkan seperti angin. Namun jika mereka berdiri sendiri-sendiri, hanya seperti tiupan dari sebelah sana dan tiupan dari sebelah sini, yang tidak menghasilkan apa-apa.
Itulah sebabnya sedari awal saya mengangkat kehidupan Ibnu Taimiyah rahimahullah, hanya ingin menjelaskan, sekalipun beliau sangat bertolak belakang dengan kaum Sufi ekstrem, dan beliau tidak pernah menyetujuinya. Bahkan sebagian besar hidupnya menulis bantahan berjilid-jilid tentang mereka.
Namun ketika beliau dihadapkan musuh seperti bangsa Mongolia dan Tatar, yang merupakan musuh bersama dan telah menyerang Islam, beliau pun berdiri bersama musuh-musuh dakwahnya yang telah dikritiknya habis-habisan.
Beliau berdiri bersama mereka untuk menyerang musuh-musuh Islam karena Islam telah diserang. Dan dalam kondisi normal, ketika Islam tidak diserang dan tidak mengalami tekanan, maka pada saat itulah perbedaan diangkat secara terbuka dan didiskusikan bersama.” [Lihat https://youtu.be/gA2ONAgg2Ig , durasi 02:16 sampai 02:30 dan durasi 03:40 sampai 05:53].
Manhaj Ibnu Taimiyah
(1) Syekhul Islam Ibnu Taimiyah menghabiskan hidupnya dengan menulis kitab-kitab akidah dan manhaj, membantah dan menyingkap kesesatan firqah-firqah sesat, beliau menulis kitab Bayan Talbis Jahmiyyah dan Dar’ut Ta’arudh Baina Al-‘Aql Wan-Naql untuk membantah Jahmiyyah-Mu’tazilah dan Asy’ariyyah.
Beliau menulis Kitab Radd ‘Alal Bakri dan Al-Qa’idah Al-Jalilah Fit Tawassul Wal Wasilah untuk membantah Quburiyyun yang bertawasul ke kuburan-kuburan Wali. Beliau menulis Kitab Minhajus Sunnah Nabawiyah untuk membantah Syi’ah Rafidhah.
Beliau menulis Kitab Al-Jawabush Shahih Li Man Baddala Diinal Masih untuk membantah Nasrani. Beliau menulis Kitab Iqtidha’ Shirathal Mustaqim dan Al-Furqan Baina Awliya Rahman Wa Awliya Syaithan untuk membantah sebagian penganut thariqah-thariqah Shufiyyah yang ekstrem, dan Banyak kitab-kitab lain yang beliau tulis.
(2) Namun beliau Syekhul Islam Ibnu Taimiyah senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan umat Islam, terutama dalam berhadapan melawan orang-orang kafir dan musyrik yang menyerang muslimin.
Beliau bergabung, berkerjasama, dan bersatu padu, dengan orang-orang Asy’ariyyah dan Shufiyyah. Untuk bersama-sama menegakkan peperangan melawan pasukan imperium mongol dan tatar yang menyerbu negeri-negeri Islam.
Serangkaian peperangan diikuti oleh Ibnu Taimiyah dalam Perang Qazan, Perang Syaqhab, dan perang-perang lainnya, menyatukan umat Islam meski mereka berbeda akidah dan manhaj.
(3) Sikap tegas beliau dan militan. Beliau dalam membantah firqah-firqah sesat, sama sekali tidak mengurangi rasa kebersamaan beliau dan rasa persatuan beliau terhadap Islam dan kaum muslimin.
(4) Ibnu Taimiyah menyingkap dan membongkar kesesatan-kesesatan firqah-firqah sesat namun tidaklah tahdziran tegas dan nasihat yang keluar dari lisan dan tulisan beliau melainkan itu merupakan perwujudan dari kasih, sayang, dan cinta beliau yang sangat besar dan mendalam kepada orang-orang beriman.
Tidak ada kedengkian ataupun kebencian beliau terhadap ahlul bid’ah yang memusuhi beliau. Al-‘Allamah Ibnul-Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
وكان بعض أصحابه الأكابر يقول : وددت أني لأصحابي مثله لأعدائه وخصومه. وما رأيته يدعو على أحد منهم قط وكان يدعو لهم.
وجئت يوما مبشرا له بموت أكبر أعدائه وأشدهم عداوة وأذى له فنهرني وتنكر لي واسترجع ثم قام من فوره إلى بيت أهله
فعزاهم وقال : إني لكم مكانه ولا يكون لكم أمر تحتاجون فيه إلى مساعدة إلا وساعدتكم فيه ونحو هذا من الكلام فسروا به ودعوا له وعظموا هذه الحال منه
“Beberapa sahabat senior beliau (Ibnu Taimiyah) kerap berucap, “Aku berharap bisa bersikap kepada para sahabatku sebagaimana Ibnu Taimiyah bersikap dengan musuh-musuhnya.” Saya sama sekali tidak pernah melihat beliau mendoakan musuh agar tertimpa keburukan, bahkan beliau sering mendoakan agar mereka mendapatkan kebaikan.”
“Suatu hari, aku menemui beliau untuk menyampaikan kabar gembira berupa meninggalnya musuh terbesar beliau, sekaligus orang yang paling memusuhi dan paling suka menyakiti beliau. Mendengar berita yang kusampaikan, beliau membentakku, menyalahkan sikapku, dan mengucapkan istirja’ (inna lillahi wa inna ilahi raji’un). Kemudian beliau bergegas pergi menuju rumah orang tersebut.”
“Beliau lantas menghibur keluarga yang ditinggal mati. Bahkan beliau mengatakan, ‘Aku adalah pengganti beliau untuk kalian. Jika kalian memerlukan suatu bantuan, pasti aku akan membantu kalian’; dan ucapan semisal itu. Akhirnya mereka pun bergembira, mendoakan kebaikan untuk Ibnu Taimiyah, dan sangat kagum dengan sikap Ibnu Taimiyah tersebut.” [Lihat Madaarijus-Salikin, jilid 2, halaman 345].
Lihat manusia ini, sulit sekali dibayangkan ada sosok manusia yang seperti itu, saking baiknya sikapnya bahkan kepada musuh-musuhnya sendiri, sampai-sampai orang berangan-angan: “Aku berharap bisa bersikap baik kepada sahabatku, seperti sikap baik Ibnu Taimiyah kepada musuhnya” Laa Hawla Wa La Quwwata Illah Billah.
Inilah manhaj Islam yang sesungguhnya, yang harusnya terpatri dari semua masing-masing dari diri kita, bahwa ketegasan kita membela akidah dan manhaj berhadapan dengan akidah dan manhaj dari pihak-pihak lain yang menyelisihi dan menentang.
Demikian juga, rasa cinta dan rasa persatuan terhadap sesama Islam tidak menjadikan kita kendor dalam membela yang haq (kebenaran) terhadap kebathilan.
(5) Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah telah meletakkan kaidah emas dalam Al Manar:
نتعاون فيما اتفقنا فيه ويعذر بعضنا بعضا فيما اختلفنا فيه
“Kita saling bantu-membantu dalam perkara yang kita bersepakat di dalamnya, dan sebagian kita bertoleransi terhadap sebagian yang lain dalam perkara yang kita bertentangan di dalamnya.”
Merupakan kaidah yang sangat sempurna, yang sangat mencakup makna persatuan seluas proporsinya dan membatasinya juga sesuai proporsinya.
Aplikasi (Tathbiq) dari Kaidah Syekh Rasyid Ridha
Kita saling bantu-membantu dalam perkara yang kita bersepakat di dalamnya:
(a) Terhadap umat Islam dengan umat agama lain, yakni misalnya, umat Islam dan umat Kristen dan juga umat Hindu bersepakat pada perkara untuk menjaga keamanan, perdamaian, pendidikan, kesehatan, sosial, ilmu pengetahuan, dan hal-hal yang semisal, maka kita boleh berkerjasama dengan mereka dalam perkara itu.
(b) Terhadap sesama umat Islam akan tetapi ada perbedaan diantara sesama Islam tersebut, yakni misalnya Muhammadiyah dengan Nahdhatul Ulama bersepakat pada membendung Kristenisasi, bantuan sosial terhadap masyarakat kurang mampu, pendirian rumah sakit, memperkuat ekonomi umat Islam, membentuk bank syari’ah. Mentransformasikan syari’ah Islam dalam peraturan perundang-undangan, dan lain-lain, sangat penting saling berkerjasama di dalam perkara-perkara itu.
Kita saling bertoleransi satu sama lain dalam perkara yang kita pertentangkan:
(a) Terhadap umat Islam dengan umat agama lain, yakni misalnya umat Islam dengan umat Kristen, bertentangan dalam pokok-pokok teologis, Islam meyakini Allah Esa, sedangkan Kristen meyakini Allah adalah satu kesatuan dengan Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai satu Tuhan.
Dalam hal ini umat Islam mengkafirkan Kristen dan umat Kristen pun menganggap Islam salah, namun umat Islam tidak boleh mengganggu ibadah Kristen dan begitu pula sebaliknya, harus bertoleransi.
(b) Terhadap sesama umat Islam akan tetapi ada perbedaan diantara sesama Islam tersebut, yakni misalnya Muhammadiyah dan Nahdhatul ‘Ulama, saling beda pendapat dalam hal menjadikan kuburan Nabi/Wali sebagai wasilah yang menyampaikan do’a kepada Allah.
Nahdhatul ‘Ulama menganggapnya Sunnah sedangkan Muhammadiyah menganggapnya tergantung kegunaan mendatangi ziarah kubur tersebut. Begitu juga banyak amalan-amalan Nahdhatul ‘Ulama seperti tahlilan, dzikir berjama’ah, dan semisalnya.
Maka Nahdhatul ‘Ulama boleh tidak setuju dengan Muhammadiyah dan Muhammadiyah juga boleh tidak setuju dengan menganggap Syirik apabila berlebihan dan lihat kegunaanya dari ziarah untuk apa. Tetapi tidak boleh saling menyerang, tidak boleh saling memaksakan secara fisik, dan tidak boleh saling bermusuhan secara sosial, harus bertoleransi.
Demikian penerapan dari kaidah Emas yang dicetuskan oleh Muhammad Rasyid Ridha tersebut dengan pemahaman dan pengamalan yang benar. Ingin tahu akidah dan manhaj Muhammadiyah secara lebih lengkap, lihat disini : https://www.facebook.com/102529175159791/posts/279829360763104/?sfnsn=wiwspmo
Oleh: Ustaz Raihan Ramadhan
1 Comment