KeislamanSejarah

Mengenal Kitab Suci Taurat

6 Mins read

Kuliahalislam.Taurat (Thora) merupakan salah satu kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa Alaihissalam untuk menjadi petunjuk dan bimbingan baginya dan bagi Bani Israel. Hal ini dinyatakan bahwa firman Allah dalam Surah Al Isra ayat 2 : ” Dan Kami berikan kepada Musa Kitab Taurat dan Kami jadikan Kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israel”. Akan tetapi para pewarisnya telah menyembunyikannya sebagian besar isi kitab Taurat tersebut (Q.S 6:91).

Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen (Thora, Nabiin, dan Khetubiin) yang terdapat di dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblika (Alkitab) yang belakangan oleh orang-orang Kristen disebut dengan Old Testament (Perjanjian Lama). Taurat yang terdapat dalam perjanjian lama ini terdiri dari lima kitab yang dinyatakan berasal dari Nabi Musa Alaihissalam.

Pertama, kitab Kejadian (Genesis). Kitab ini berisi kisah kejadian alam semesta dan kejadian Adam dan Hawa beserta peristiwa turunnya Adam dan Hawa ke bumi sampai kepada peristiwa Nabi Yusuf Alaihissalam. Kedua, kitab Keluaran (Exodus). Kitab ini berisi kisah keluarnya Bani Israel dari penindasan Farou (Fir’aun) di tanah Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa Alaihissalam, keberadaan Musa di Padang Tiah, Semenanjung Sinai selama 40 tahun, Munajat atau doa untuk mengharapkan keridhaan, ampunan bantuan dan hidayah Musa Alaihissalam terhadap Yahwe (Allah Yang Maha Esa) dan diturunkannya 10 perintah Tuhan (Ten Commandements).

Ketiga, kitab Imamat (Leviticus). Kitab ini berisi himpunan syariat di dalam agama Yahudi. Keempat, kitab Bilangan (Numbers). Kitab ini berisi cacah jiwa turunan 12 suku Israel pada masa Nabi Musa. Kelima, kitab Ulangan (Deuteronomy). Kitab ini berisi ulangan kisah yang dikeluarkan dari tanah Mesir dan ulangan himpunan syariat.

Isi utama Kitab Taurat adalah 10 Perintah Tuhan (Ten Commandements) yang diterima oleh Nabi Musa di atas bukit Tursinai (Gunung Sinai). Sepuluh perintah itu berisi asas-asas keyakinan (akidah) dan asas-asas kebatinan (syariat). Semuanya itu tersebut dalam kitab Keluaran pasal 20:1-17 dan kitab Ulangan pasal 5:1-21.

Sepuluh perintah atau 10 firman Tuhan adalah hormati dan cintailah satu Allah saja, Sebutkanlah nama Tuhan Dengan hormat, kuduskanlah hari Tuhan ( hari sabat yaitu hari ketujuh setelah bekerja 6 hari seminggu), Hormatilah Ibu bapakmu, Janganlah membunuh, Janganlah ingin berbuat cabul dan janganlah ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.

Taurat yang terdiri dari lima buah kitab itu berabad-abad lamanya diajarkan turun temurun dari mulut ke mulut, terutama dalam kalangan para Thora (Taurat lisan). Keharusan untuk menuliskan belum dirasakan mendesak apalagi Papirus (tumbuhan air untuk bahan kertas) dan Parkamen pada masa-masa itu sulit diperoleh dan harganya sama dengan harga emas.

Takkala bangsa Yahudi dalam keadaan porak-poranda karena berbagi penaklukan asing, maka dirasakan perlu adanya suatu ikatan rohaniah yang akan tetap mengikat mereka sebagai satu bangsa di manapun mereka berada. Ikatan itu adalah ikatan agama Yahudi bersifat rasional. Oral Thora (Taurat lisan) perlu seluruhnya dijadikan Written Thora (Taurat tertulis) agar wahyu itu tidak lenyap dan mudah untuk dipelajari.

Pemikiran ke arah penyusunan seluruh Kitab Taurat itu timbul untuk pertama kalinya pada diri Nabi Ezra yang hidup sekitar tahun 460 SM dan atas kemurahan Raja Artaxerxes (464-424 SM) dari Persia diijinkan bersama kelompoknya pulang kembali dari Babilonia untuk membangun kembali kota Yerusallem beserta Baitullah di Yerusallem yang sudah dihancurkan dan diratakan oleh Nebukadnesar.

Pada kitab Nabi Ezra ( salah satu kitab dalam Khetubiin) pasal 7 :11-13 dikisahkan izin yang diberikan itu sebagai berikut : “Inilah salinan surah, yang diberikan Raja Artahsasta kepada Ezra, Imam bin Ali kitab itu yang ahli dalam perkara segala perintah dan ketetapan Tuhan bagi orang Israel; Artahsasta, raja segala raja kepada Ezra, Imam kenali Taurat Allah semesta langit dan selanjutnya. Maka sekarang waktunya telah dikeluarkan perintah bahwa setiap orang di dalam kerajaanku yang termasuk orang Israel atau para imamnya atau orang Lewi yang pergi ke Yerusalem boleh ikut pergi dengan engkau”. Sebelumnya dikisahkan : Ezra ini berangkat pulang dari Babilonia. Dia adalah seorang ahli kitab dan menguasai Kitab Taurat yang diberikan Tuhan. Dikisahkan bahwa tepat pada tanggal 1 bulan pertama dia memulai perjalanannya pulang dari Babilonia dan tepat pada tanggal 1 bulan kelima dia tiba oleh karena itu tangan murah Allah melindungi dia.

Pemikiran ke arah penyusunan Taurat itu diceritakan dalam ayat 10 sebagai berikut : “Karena Ezra pun sudah membetulkan hatinya akan menyelidiki Thorah, Tuhan hendak melakukan dia dan akan mengajarkan orang Israel segala syariat dan syarat”.

Ezra mengumpulkan guru-guru Thorah yang pada masa itu disebut Sopherim. Dengan segala keturunan pada naskah lengkap yang pertama dari kitab Taurat itu.

Kelanjutan dari hasil karya besar itu dikisahkan dalam kitab Nabi Nehemiah (bagian dari Khetubiin) pasal 8:2-4 yang berbunyi sebagai berikut : “Maka serentak sekumpulan seluruh rakyat di halaman depan pintu gerbang air. Mereka meminta kepada Ezra,supaya dia membawa kitab Taurat Musa yaitu kitab hukum yang diberikan Tuhan kepada Israel; lalu pada hari pertama bulan yang ke-7 itu Imam Ezra membawa kitab Taurat itu kehadapan jamaah yakni baik laki-laki maupun perempuan yang setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti; Ia membacakan beberapa bagian dari kitab itu di halaman di depan pintu gerbang air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan Kitab Taurat itu”.

Jarak masa antara nabi Musa ( sekitar 1200 SM) dan nabi Ezra ( sekitar 460 SM) itu berlangsung sekitar 800 tahun atau delapan abad. Dalam masa yang panjang itu Taurat bersifat lisan, yakni diwariskan dari mulut ke mulut.

Naskah lengkap himpunan yang sudah tertulis itu disimpan di dalam ruang Holy of Holies (Ruang Teramat Suci) di dalam Baitullah di Yerusalem di bawah penguasaan Imam Besar (High Priest). Sejak tahun 323 sampai 198 SM, wilayah Judea yang tadinya ditaklukan oleh Alexander (Iskandar) Agung (356-323 SM) telah merupakan takhalukan pula dari raja-raja Dinasti Ptolemi (323-30 SM) dari tanah Mesir.

Ptolemi III Philadelphus (285-246 SM) membangun perpustakaan besar yang terkenal di Bandar Alexandria (Iskandariah) dikenal dengan nama Alexandrian Library (Perpustakaan Alexandria) berisi kumpulan karya-karya Yunani tua dalam bidang filsafat maupun cabang-cabang ilmu lainnya pada masa itu.

Dia pun meminta kepada Imam Besar Eleazer di Yerusallem untuk mengirimkan naskah kitab suci agama Yahudi untuk disalin ke dalam bahasa Yunani dan mengirimkan tenaga tenaga ahli yang akan meneliti ke dalam bahasa Yunani.

Imam Besar Eleazer mengirimkan naskah lengkap satu-satunya itu beserta 70 orang tenaga ahli, kaum terpelajar Yahudi yang menguasai bahasa Yunani. Oleh sebab itu maka naskah salinan ke dalam bahasa Yunani diberi nama Septuaginta (Tujuh Puluh) sebagai penghormatan kepada tenaga-tenaga ahli itu.

Naskah Septuaginata itu tersimpan pada Perpustakaan Alexandria dan dari waktu ke waktu dilakukan penaskahan oleh juru tulis yang dipekerjakan dalam perpustakaan itu untuk memenuhi setiap permintaan dari pihak-pihak yang membutuhkannya.

Adapun nasib naskah asli yang berbahasa Ibrani dan Aramaik itu sudah tidak diketahui karena ruangan Holy of Holies Allah dalam Baitullah di Yerusallem sudah tidak menyimpannya. Semenjak masa itu Penganut Agama Yahudi cuma mengenal kitab sucinya berbahasa Yunani yaitu Septuaginata.

Cuplikan-cuplikan dari kitab suci yang berbahasa Ibrani dan Aramaik itu yang ada pada berbagai masa, mungkin semuanya musnah pada masa pemberontakan yang gagal pada tahun 65-75 dan lebih-lebih lagi pada masa pemberontakan Bar-Kocheba pada tahun 132-135.

Pada kedua pemberontakan itu pihak Imperium Roma melakukan pembasmian total secara menyeluruh. Bahkan Panglima Titus Flavius Vespasianus ( pengganti Vespasianus sebagai kaisar Romawi, 79-81) pada tahun 70 sengaja menghancurkan dan mendatarkan Baitullah yang terkenal megah dan Agung di bukit Zion itu.

Pada masa dijumpai fragmen- fragmen ( kepingan-kepingan) yang tidak lengkap dalam bahasa Suryani, Kopti, dan Ethopia. Sehabis Perang Dunia II, di dalam himpunan naskah-naskah tua yang ditemukan dalam gua-gua di pinggir sebelah barat laut mati yang terkenal dengan himpunan Dead Sea Scrolls (Gulungan Perkamen Laut Mati) itu dijumpai naskah lengkap dari kitab Nabi Habakuk dan kitab Nabi Isaiah- keduanya merupakan bagian dari Nebiim di dalam bahasa Ibrani.

Susunan kata dan kalimat di dalam fragmen-fragmen itu, begitu pula di dalam kitab Nabi Habakuk dan kitab Nabi Isaiah yang ditemukan itu, apabila dibandingkan dengan naskah Massoretic Text ( naskah kitab suci agama Yahudi yang disusun kembali dalam bahasa Ibrani pada abad ke-19), banyak diantaranya yang sama tetapi ada pula yang berbeda.

Dengan demikian hasil-hasil penemuan itu makin menimbulkan rangsangan untuk melakukan peninjauan kembali secara berani tentang isi kitab yang dipandang suci selama ini. Rangsangan itu dirasakan oleh kalangan yang paling mendasar dalam lingkungan agama Yahudi demikian pula dalam lingkungan agama Kristen yang memandang Perjanjian Lama (Old Testement) itu bagian dari Holy Bible selama ini.

Ikhtiar pertama yang dilakukan untuk menyaring kitab-kitab yang dipandang suci selama ini dilakukan oleh Sidang Besar di Jamnia (Synod of Jamnia) pada tahun 90 yang dihadiri oleh rabbi-rabbi Yahudi. Hal ini terjadi setelah orang-orang Yahudi sehabis tahun 70, berangsur-angsur masuk kembali dan menetap di Palestina. Akan tetapi Wilayah sekitar Yerusallem yang oleh pihak Imperium Roma disebut dengan Aelia Capitolina itu tidak boleh dimasuki oleh orang Yahudi.

Sidang Besar di Jamnia itu berlangsung sesudah Kaisar Vespasianus mangkat dan digantikan oleh Kaisar Titus Plavius (79-81). Pada saat itu untuk pertama kalinya ditetapkan kitab-kitab yang dipandang sah yaitu Canonical Books seperti yang dipegang oleh pihak sekte ortodoks dalam agama Yahudi.

Dalam pada itu, ada beberapa kitab di dalam Septuaginata dinyatakan sebagai kitab-kitab yang disaksikan (Pseudepigrapha) sehingga dikeluarkan dari bagian kitab suci.

Pada waktu gerakan reformasi bangkit dalam kalangan agama Yahudi pada abad VIII dan IX, yang terkenal dengan gerakan Karaite dan gerakan Massorah di Baghdad, maka kembali dilakukan penyaringan yang lebih teliti terhadap berbagai kitab suci. Gerakan itu mengeluarkan lagi beberapa kitab dari bagian kitab suci dan dinyatakan sebagai kitab-kitab yang tidak sah (Apocryphal Books). Gerakan itu menyusun teks tanda di dalam bahasa Ibrani bagi kitab agama Yahudi yang dikenal dengan sebutan Massoretic Text sampai saat ini.

172 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Mu'awiyah Pendiri Bani Umayyah

4 Mins read
Mu’awiyah bin Abu Sufyan lahir di Mekah, 602 dan wafat di Damaskus, Rajab 60 H/680 M. Dia adalah bangsawan Quraisy, pendiri dan…
KeislamanSejarah

Sejarah Kekuasaan Dan Politik Di Mekah

8 Mins read
Kuliahalislam.com-Mekah merupakan kota suci umat Islam, tempat berdirinya Ka’bah tempat umat Islam melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun kelima Islam dan tempat…
KeislamanPendidikan

Hakikat Mukminat Menurut Ahli

2 Mins read
Mukminat bentuk jamaknya dari kata “Mukmin” yang artinya mungkin atau boleh, lawan katanya pasti, harus atau wajib. Dalam ilmu kalam, alam (…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights