Artikel

Mengapa Manusia Mengenal Agama, Bagaimana Agama Bermula ?

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Dulu saat saya masih  sering berkunjung ke ABAM (Anda Bertanya Ateis Menjawab) salah satu rujukan yang sering dibicarakan oleh pengangguran di ABAM adalah buku Daniel Dennett yang berjudul “Breaking The Spell.” Sebagai anak baru newbie yang tertarik dengan gerakan New Atheism mau tidak mau saya membaca karya Dennett tersebut. 
Ilustrasi agama (Sumber gambar: Pelayananpublik.id)
Dalam buku tersebut Dennett mencoba menjelaskan pertanyaan “bagaimana agama bermula?” Atau “mengapa manusia mengenal agama?” Dalam elaborasinya, Dennett meyakini bahwa agama dan ide soal Tuhan dapat dilacak dengan menggunakan evolusi. 
Menurut Dennett, ide soal Tuhan dan agama muncul dalam otak manusia melalui serangkaian mutasi dan seleksi alam yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. 
Karenanya Dennett menghilangkan peran “langit” dan juga menganggap hal-hal semacam Ketuhanan sebagai sebuah produk acak seleksi alam yang buta dan tak terarah semata. Bukan karena agama turun dari langit, atau karena pewahyuan, atau karena inkarnasi, dan sebagainya. Murni karena proses-proses alamiah. 
Lanjutanya, bagi Dennett ide soal Tuhan karenanya tidak benar. Ini menjadi senjata kalangan ateis di ABAM saat itu untuk menunjukan bahwa Tuhan dan agama sebenarnya tidak benar, karena hanya produk evolusi semata. Di sini teori justifikasi pengetahuanya terpakai.
Misalnya, oleh karena S meyakini P, dan P terbukti benar maka S terjustifikasi. Oleh karena si A meyakini Tuhan, dan Tuhan tidak terbukti ada (hanya proses acak evolusi) maka posisi A tidak terjustifikasi. Hemat saya, berdasarkan penjelasan dari Dennett dapat disimpulkan bahwa kepercayaan pada Tuhan unjustifiable.
Sebagai seorang newbie yang baru mempelajari tentang ateisme, tentu ide Dennett di atas nenarik. Dalam perdebatan dengan beberapa teis tentang origins of religion saya selalu memakai karya Dennett tersebut sebagai rujukan.
Hingga saya bertemu filsuf analitik lain bernama Plantinga yang dikenal dengan Evolutionary Argument Against Naturalism (EAAN). Di sini Plantinga mencoba untuk membongkar posisi Dennett di atas. Mari kita lihat. 
Implikasi dari cara bernalar Dennett tentu pada akhirnya akan meruntuhkan bukan hanya kepastian akan adanya Tuhan, lebih dari itu seluruh bangunan epistemologis manusia pun akan runtuh. 
Sederhana saja, bukankah matematika, sains, ilmu sosial, ilmu alam, semuanya pun bisa dikatakan sebagai “produk” yang dikenal oleh manusia berkat evolusi otak manusia? Apakah kemudian hal-hal tersebut menjadi salah juga seperti halnya ide akan Tuhan? 
Dennett terjebak dalam kesalahan berpikir bernama “Genetic Fallacy” dengan mengatakan sesuatu itu salah berdasarkan asal usulnya. Tentu, kita tidak bisa mengatakan seseorang itu keliru argumenya hanya karena asal usulnya dari keluarga miskin, misalnya. Maka demikian juga, ide soal Tuhan tidak serta merta menjadi salah hanya karena asal usul nya dari evolusi. 
Nah sebagai gantinya, Plantinga menawarkan ontological argument mirip Anselmus yang ia kembangkan dengan menggunakan model logika modal. Ini akan saya bahas di kesempatan lain jika referensi, tenaga, dan pikiran saya sudah siap.
Baca...  Antara Filsafat dan AI (Artificial Intelligence)
2455 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Long-Term Villa Rental Bali: Your Ultimate Expat & Nomad Guide

2 Mins read
Long term villa rental Bali – Bali has long been a sought-after paradise for travelers, but in recent years, it has also…
Artikel

Menikmati Pengalaman Wisata Halal di Hokkaido, Jepang

3 Mins read
Bagi wisatawan Muslim yang ingin menjelajahi keindahan alam Jepang tanpa mengabaikan prinsip halal, Hokkaido kini semakin ramah terhadap kebutuhan wisatawan Muslim. Pulau…
ArtikelKeislaman

Mengenal Pemikiran Al-Muhasibi

4 Mins read
Kuliahalisalam.com-Muhasibi lahir di Basra, Irak pada tahun 165 H/781 M dan wafat di Baghdad, Irak tahun 243 H/857 M. Ia sufi dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights
What can we do to improve this website?

0 / 400