Surah Ali ‘Imran ayat 103 berbunyi:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”
Ayat ini memberikan tiga pesan utama:
Berpegang Teguh pada Tali Allah
Tali Allah merujuk pada ajaran Islam yang mencakup Alqur’an, sunnah Rasulullah SAW, dan nilai-nilai universal Islam. Berpegang pada tali Allah berarti mengikuti pedoman-Nya dengan konsisten dan penuh keimanan. Ini adalah fondasi utama ukhuwah Islamiyah, karena hanya dengan bersandar pada pedoman Ilahi, umat dapat terhindar dari konflik dan perpecahan.
Larangan Perpecahan
Ayat ini dengan tegas melarang umat Islam untuk berpecah-belah. Perpecahan adalah sumber kelemahan dan kehancuran umat, sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah Islam maupun peristiwa global saat ini. Perselisihan yang didasari oleh ego, fanatisme golongan, atau isu duniawi menjadi ancaman nyata bagi ukhuwah Islamiyah.
Nikmat Persaudaraan
Allah mengingatkan umat Islam untuk mensyukuri nikmat persaudaraan yang telah diberikan-Nya. Pada masa Jahiliah, masyarakat Arab hidup dalam konflik antarsuku yang berkepanjangan. Dengan datangnya Islam, hati mereka dipersatukan, dan persaudaraan dibangun atas dasar keimanan, bukan sekadar hubungan duniawi.
Relevansi Ayat untuk Konteks Kekinian
Ayat ini tetap relevan untuk menghadapi tantangan persatuan umat Islam di era modern. Beberapa tantangan tersebut antara lain:
Sektarianisme dan Konflik Internal
Perpecahan berbasis aliran teologis, mazhab fikih, atau afiliasi politik sering kali memecah belah umat. Contoh nyata adalah konflik sektarian di beberapa negara mayoritas Muslim yang menyebabkan kerugian besar bagi umat.
Globalisasi dan Polarisasi
Di era globalisasi, umat Islam menghadapi tantangan identitas, di mana budaya luar sering kali mengaburkan nilai-nilai Islam. Polarisasi yang diperkuat oleh media sosial juga memicu konflik antarindividu dan kelompok dalam umat.
Strategi Membangun Ukhuwah Islamiyah
Berdasarkan pesan Surah Ali ‘Imran ayat 103, ada beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk membangun ukhuwah Islamiyah:
Menguatkan Pemahaman Keislaman yang Moderat
Pendidikan Islam yang menekankan nilai-nilai moderasi (wasathiyah) dan toleransi harus diperkuat. Umat Islam perlu memahami bahwa perbedaan pandangan tidak boleh menjadi alasan perpecahan, tetapi justru menjadi kekayaan intelektual dalam Islam.
Meningkatkan Dialog dan Kolaborasi
Forum dialog lintas kelompok Muslim harus terus digalakkan untuk membangun rasa saling pengertian. Selain itu, kolaborasi dalam kegiatan sosial, seperti pengentasan kemiskinan dan pendidikan, dapat menjadi sarana untuk mempererat ukhuwah.
Mengimplementasikan Nilai Ukhuwah dalam Kehidupan Sehari-hari
Ukhuwah Islamiyah tidak hanya berhenti pada tataran konsep, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan. Misalnya, melalui perilaku saling tolong-menolong, menghindari prasangka buruk (su’uzhan), dan memperkuat rasa empati terhadap sesama Muslim.
Memperkuat Peran Institusi Keagamaan
Masjid, lembaga pendidikan, dan organisasi keislaman memiliki peran penting dalam mengedukasi umat tentang nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Institusi ini harus menjadi agen perubahan yang menyebarkan pesan persatuan.
Dengan memahami dan mengimplementasikan pesan Surah Ali ‘Imran ayat 103, umat Islam dapat memperkuat persatuan dan menghindari bahaya perpecahan yang dapat melemahkan kekuatan umat secara keseluruhan. Ayat ini menjadi pengingat bahwa hanya dengan berpegang teguh pada tali Allah, umat akan mampu menghadapi tantangan di era modern.