KULIAHALISLAM.COM – Mari kita rayakan idul Fitri ini dengan rasa kasih sayang, belas kasih karena itu inti dari agama kita, berbelas kasih kepada sesama. Menjadi inti dari pesan ramadhan, agar Kita selalu menumbuhkan cinta kasih, belas kasih pada sesama. Dan kedua, agar nilai-nilai yang kita pegang terutama di bulan Ramadhan ini adalah terutama kejujuran, dan nilai berbagai untuk sesama, untuk merasakan penderitaan antar sesama. Itu menjadi nilai yang selalu kita ejawantahkan, kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
Terutama spirit cinta kasih, belas kasih, ini yang ditengah krisis masyarakat kita yang miskin, masih membutuhkan bantuan material, membutuhkan kesetiakawanan sosial antar sesama manusia. Kita bercerai berai akhirnya kita akan jatuh, karena itu spirit persatuan dan kesatuan ini harus kita jiwai bersama sebagai satu umat, sebagai satu bangsa, agar kita mampu berdiri tegak maju bersama sekaligus juga sejahtera bersama.
Sebenarnya makna dari perayaan idul fitri itu adalah lebih tepat disebut sebagai hari raya makan-makan bersama, berbuka puasa. Dalam tradisi Islam ada dua hari raya, hari idul fitri dan hari idul adha. Idul Adha adalah perayaan pengorbanan, sedangkan idul Fitri perayaan makan, kembali berbuka puasa, sebab dilarang untuk berpuasa.
Makna fitri juga dikenal makanan, kembali makan-makan sebagai kebutuhan dasar manusia. Karena itu, kita kembali makan, berbuka puasa setelah kita ibadah puasa sebulan suntuk lamanya dengan iman dan penuh pengharapan ridho dari Tuhan.
Nasionalisme kita adalah kemanusiaan. Kemanusiaan inilah yang mengikat kita sebagai bangsa, sebagai warga negara.
Hakikat sejati kita sebagai bangsa adalah kemanusiaan yang satu dan setara, Itulah sebabnya momen idul fitri ini kita harus punya satu kesadaran kemanusiaan dengan melihat saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita, mereka yang fakir miskin, dan terlantar itu harus menjadi bagian dari kesadaran kita sebagai manusia, untuk kesadaran menumbuhkan sikap empati, simpati dan belas kasih kepada mereka.
Karena itu, dalam merayakan momen idul fitri ini maka santuni lah mereka yang tidak mampu, agar mereka merasakan kebahagiaan dalam momen hari raya idul fitri ini.
Cara menyantuni mereka kaum fakir miskin mustadafin itu adalah melalui zakat fitrah, makna zakat fitrah itu adalah sarana untuk membersihkan dari kesucian jiwaraga, membantu meringankan kebutuhan hidup yang lain. Karena itu, distribusikan zakat fitrah itu kepada mereka, agar merasakan kebahagiaan.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dalam tradisi Islam yakni tradisi berbagi, berderma, dan memberikan sedikit yang kita punya kepada mereka yang membutuhkannya. Itu sebenarnya menandakan bahwa tali cinta, dan kasih sayang kita antar umat, beragama, bermasyarakat dan bernegara berbangsa.
Maka, jadikan momentum hari raya idul fitri ini untuk kita saling memberi maaf dan meminta memaafkan, berjiwa besar berlapang dada, menyantuni bantuan, selain berbagi berderma, merajut kembali persatuan dan kesatuan kita sebagai relasi sosial warga masyarakat.
Makna hari raya idul fitri adalah hari raya makan, diharamkan untuk berpuasa dan disarankan makan sebelum sholat Ied, dan setalah sholat kita dianjurkan untuk saling berkunjung berkumpul dan bersilaturahim dengan sesama dan makan bersama. Karena itu, hari raya idul fitri adalah festival (fastbreaking) berbuka puasa, makan-makan bersama setelah kita berpuasa sebulan lamanya dibulan suci puasa ramadhan.
Dan yang terpenting dan terutama adalah ini bagian dari kemenangan. Kemenangan bagi mereka yang mampu menahan diri dan menahan nafsu, bukan hanya nafsu makan tetapi yang terutama adalah terkait dengan nafsu keserakahan, itulah yang menjadi pangkal dari segala kejahatan dan keburukan.
Karena itu, kemenangan hanya diberikan kepada mereka yang mampu menahan diri, dari nafsu ketamakan, nafsu zulmani terkait dosa dan kegelapan, mereka yang berbuat dosa biasanya hidup dalam kehinaan dan kegelapan.
Dan kita merayakan kemenangan karena kita mampu menahan diri dari nafsu-nafsu yang bersifat zulmani, dan kita merayakan ini karena kita berpegang teguh pada nurani, nurani itulah yang menjadi satu sandaran untuk kita menapaki kehidupan, nur itu adalah cahaya yang terkait dengan kesucian, cahaya yang menjadi panduan kita dalam menjalani hidup ini dengan akal budi dan hati nurani agar kita selalu berpegang teguh pada kebenaran, keadilan dan kemenangan.
Spirit saling memaafkan antar sesama. Agar tercipta keharmonisan dan kerukunan antar umat, karena akan kelapangan hati jiwaraga untuk saling memberi maaf dan meminta maaf. Jadi spirit untuk saling memberi maaf inilah yang menjadi spirit ciri dan identitas nasional kita sebagai bangsa, prinsip untuk selalu menjaga dan merawat tali silaturrahmi antar sesama ini adalah membuat jiwa bangsa ini menjadi kokoh, karena raki silaturrahim itu menyatukan kita dari berbagai latar belakang yang berbeda, kepercayaan dan suku ras dan agama. Ini adalah bentuk dari tindakan persatuan dalam kebhinekaan dan persaudaraan antar kemanusiaan, agar kita mampu meraih kemenangan dalam keadaban yang berkemajuan untuk negara bangsa.
Hikmah Idul Fitri
Hikmah yang bisa kita ketik dari hari raya idul Fitri dan ibadah puasa adalah terutama dalam aspek kejujuran. Puasa mengajarkan kepada kita untuk jujur, karena apa, karena Perbedaan antara orang yang berpuasa dan tidak berpuasa itu adalah tipis sekali.
Semoga kejujuran ini adalah perilaku pejabat publik kita, dalam proses penyelenggaraan negara. Karena kita mengalami defisit integritas dalam penyelenggaraan negara. Dampaknya adalah pada penyelenggara negara yang bersih dan tata kelola yang baik (clean and good government). Kalau penyelenggara negara jujur, maka ini akan menurunkan derajat korupsi kita. Dan ini menjadi tantangan kita dalam bernegara, karena nilai kejujuran itu diabaikan dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan, kelakuan pejabat publik dan politisi-politisi yang bertindak despotik, tiranik dan sewenang-wenang terhadap masyarakat.
Momen Idul Fitri
Maka saatnya kita jadikan idul Fitri sebagai tonggak untuk menjadi manusia baru, dan jalan baru untuk memulai menampilkan dan memerankan diri secara hakiki, sebagai insan-insan bertakwa, yang jiwa nya senantiasa dekat dengan Allah SWT, sebagai abdullah (hamba Allah) dan perannya sebagai (khalifatullah fil ard), khalifah di muka bumi. Yang senantiasa menebar kebajikan, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, dan hal-hal yang membawa kemaslahatan. Sehingga kehidupan akan menjadi lebih baik.
Jadikan idul fitri wahaha intropeksi diri kita semua, jangan-jangan kita sebagai warga bangsa, sebagai tokoh umat dan tokoh bangsa. Kehilangan jiwa abdulllah dan khalifatullah dalam kehidupan. Sehingga kita abai menjalankan peran kita sebagai manusia yang muslim dan mukmin. Dan menebar rahmatan lil alamin.