KULIAHALISLAM.COM – Makna hari raya Idul Fitri merupakan suatu kemenangan karena telah melakukan ibadah yaitu berpuasa. Kemenangan melawan hawa nafsu syahwat, setelah sebulan berpuasa manusia dapat dorongan dari dalam diri seseorang, oleh karena itu melawan hawa nafsu harus mampu dikendalikan oleh diri sendiri atas setiap gejolak yang terjadi di sekitar kelurga dan warga masyarakatnya.
Ramadhan diawali dengan salat tarawih, salat witir, dan puasa. Umat Islam di seluruh dunia berpuasa sebulan penuh. Idul fitri adalah hari penutup Ramadhan. Hari kemenangan, karena berhasil menaklukan hawa nafsu; hari kembali suci, karena membersihkan diri perbuatan keji mungkar dan zalim, maka dosa-dosa seorang muslim yang menjalankan ibadah berpuasa akan diampuni oleh Allah SWT maha kuasa.
Idul Fitri, yang dikenal juga sebagai Lebaran, adalah hari raya yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan, bulan penuh puasa. Di Indonesia, perayaan Idul Fitri memiliki makna yang sangat dalam, tidak hanya sebagai momen keagamaan tetapi juga sebagai momentum waktu untuk mempererat hubungan keluarga, sanak saudara dan warga sosial masyarakat dan kemanusiaan universal.
Idul Fitri, dengan segala nilai dan tradisinya, menawarkan contoh yang kaya tentang bagaimana ritual keagamaan dan sosial dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis bagi individu dan komunitas.
Hari raya Idul Fitri adalah puncak pengalaman hidup sosial keagamaan rakyat Indonesia, terutama umat Islam selama satu tahun diarahkan untuk dapat merayakan hari besar itu dengan sebaik-baiknya. Sehingga mereka bekerja keras untuk menabung, berbelanja dan digunakan saat menjelang kelak mereka nikmati pada saat tibanya hari raya Idul Fitri.
Setiap orang menyambut Idul Fitri dengan penuh semangat sesuai dengan kemampuan. Hampir tidak ada masyarakat muslim yang melewatkan begitu saja Idul Fitri. Pada satu sisi, mereka memandang Idul Fitri sebagai puncak kemenangan dari perjuangan panjang yang berupa kekuatan menahan diri (imsak) selama sebulan penuh dari berbagai godaan. Mereka harus mengendalikan diri. Pada sisi lain, mereka juga melihat Idul Fitri sebagai pintu masuk untuk menjalani kehidupan baru setelah masa pendadaran selama Ramadan. Bagi warga metropolis, Idul Fitri tahun ini sangat spesial. Selain momen religius, Idul Fitri tahun ini merupakan momen politik yang akan menentukan kehidupan publik selama periode kepemimpinan baru lima tahun ke depan.
Makna Idul Fitri adalah kemenangan karena telah melaksanakan ibadah, yakni berpuasa. Kemenangan atas hawa nafsu, setelah satu bulan berpuasa manusia dapat memperoleh dorongan dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu melawan hawa nafsu harus mampu dikendalikan oleh diri sendiri.
Hari Raya Idul Fitri menjadi momen berharga, berkumpulnya keluarga dan silaturahmi antar warga untuk saling bermaaf-maafan, khususnya bagi yang beragama Islam di Indonesia bahkan seluruh dunia.
Merayakan hari raya Idul fitri setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan bersama keluarga besar merupakan sebuah rutinitas bagi sebagian masyarakat Indonesia. Di dalam hari raya Idul fitri ini terdapat suatu tradisi yang sudah membudaya, yaitu halal bihalal. Halal bihalal merupakan momen yang tepat untuk bersilaturahim dan saling meminta maaf antar sesama. Momen Halal bihalal juga dianggap sebagai ajang komunikasi produktif antar berbagai komponen tokoh umat dan tokoh bangsa yang dilaksanakan dengan suka cita dan dibentuk secara seremonial simbolik.
Idul Fitri merupakan puncak ritual puasa yang berfokus pada proses pembebasan umat manusia. Ungkapan dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa sepuluh hari terakhir bulan Ramadan merupakan pembebasan dari api neraka (itqan min an-nar) menunjukkan hal ini. Pembebasan dalam konteks ini dapat diartikan sebagai terbebasnya manusia dari berbagai belenggu dan ikatan yang dapat merendahkan derajat kemanusiaannya, seperti hawa nafsu, egoisme pribadi, keserakahan menumpuk harta, dan sebagainya.
Bukan saja pembebasan dari penjajahan asing, seperti Belanda dan Jepang, tetapi juga dari berbagai belenggu dan ikatan yang dapat mengerdilkan jiwa dan mentalitas manusia Indonesia, seperti belenggu suku, ras, agama dan sebagainya. Dengan kata lain, Hari Raya Idul Fitri memiliki makna, yakni sama-sama menjadikan manusia sebagai pribadi yang merdeka dan mandiri, baik jiwa maupun raga. Hanya orang-orang yang merdeka dan mandiri yang memperoleh nilai dan hikmah dari perayaan Idul Fitri, yakni menjadi manusia yang menjunjung tinggi martabat kemerdekaan dalam makna yang sesungguhnya.
Idul Fitri merupakan jalan awal dalam menuju jiwaraga yang berpotensi dalam kebajikan, kebenaran dan keindahan sesuai dengan asal lahiriah dan jasmaniyah (fitrah) dan kebersihan setelah umat Islam berpuasa selama sebulan.
Idul fitri merupakan fase kembali manusia pada kesucian yang notabene sebagai produk akhir dari puasa ramadan. Disinilah terdapat sinergi spiritualitas hubungan manusia secara vertikal kepada Allah swt. dengan interaksi sosial, sesama hamba Allah swt. Setelah berpuasa satu bulan penuh, ditutup dengan tradisi halal bi halal yang merupakan sebuah momentum saling membuka hati dan kesempatan untuk saling bermaafan. Tidak ada sekat yang memisahkan antar umat muslim, baik yang tua, muda, kaya, miskin, maupun anak-anak, pejabat publik dan warga biasa, semua membaur menjadi satu sebagai tanda kemenangan dan keindahan atas hadirnya keagungan hari yang sangat fitri bagi seluruh kaum muslimin dunia.