(Perspektif
Baru dari Kelas ‘Islam dan Feminisme’ di UCR)
Mengejutkan
memang ketika penulis baru saja mengikuti kelas “Islam dan feminisme” di UCR. Pasalnya,
penulis tidak menyangka bahwa materi pertama yang diajarkan adalah justru
tentang teknik merekayasa kromosom bakteri. Lah… apa hubungannya kan? Masa iya
feminisme ada hubungannya dengan ilmu biologi terapan seperti ini?
Tentu saja tidak
seperti di Indonesia, kita belajar islam dan feminisme melulu soal budaya patriarki.
Berkutat hanya pada masalah-masalah dominasi laki-laki atas perempuan. Di kelas
ini kita justru mencari jalan solusinya melalui sudut pandang sains terapan. Inilah
yang membedakan cara kita melihat dunia. Di kita, belajar feminisme seperti fokus mewadahi aspirasi kewanitaan agar supaya
sama rata dengan kelaki-lakian. Bagaimana bisa sama, toh secara anatomi pun
kita memang beda. Sementara di Amerika, California
khususnya, kita belajar bagaimana menyelesaikan akar dari kerentanan wanita. Yap
, termasuk dari sisi kesehatan dan biologis wanita.
Di kelas kita
mulai belajar tentang teknik manipulasi kromosom. Tentu tidak Kromosom manusia,
tetapi tentu saja kromosom bakteri. Bagaimana memisahkan fragmen DNA, bagaimana
mengkloning molekuler, dan tahap akhir tentang Denaturasi dan renaturasi asam
nukleat bakteri. Wah.. Aku jadi teringat
saat aku pernah bekerja sebagai asisten lab mikrobiologi di @Hamsa Multisains Indonesia.
Semua adalah proses yang sulit. Harus dengan infrastruktur lab yang mumpuni
agar semua proses menciptakan genom bakteri baru bisa sesuai keinginan.
Diakhir kelas
kita berbicara soal Karyogram; semacam teknik pewarnaan kromosom, seperti
pewarnaan Giemsa atau pewarnaan banding kromosom, karyogram dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang struktur kromosom dan adanya kelainan kromosom. Ini
memungkinkan dokter dan peneliti untuk mendiagnosis gangguan genetik sedini
mungkin. Karyogram adalah teknik yang bisa mengidentifikasi cacat dalam jumlah
kromosom dan translokasi kromosom. Analisa tentang kelainan ini tentu berguna
untuk mendiagnosa bayi-bayi yang baru lahir.
Dengan ilmu ini,
kita bisa mencegah kelainan alat seksual. Bentuk anatomi seksual seperti Micropenis,
Hipospadia, Gonadal Dysgenesis, Uterus Didelphys tentu akan menjadi masalah
bagi anak ketika ia beranjak dewasa. Mengintegrasikan topik kurikulum ilmiah
seperti gangguan seksual, anatomi, dan kromosom ke dalam kelas-kelas tentang
Islam dan feminisme dapat memperkaya pemahaman tentang gender dan seksualitas
dari perspektif agama dan ilmiah. Bagaimana? Tertarik kuliah di Universitas
California Riverside?
1 Comment