KeislamanTafsir

Memahami Arti Ayat Mutasyabihat

4 Mins read

Kuliahalislam-Al-Mutasyabihat artinya adalah tidak jelas, mirip dan samar-samar. Ayat-ayat yang mengandung makna atau pengertian yang tidak tegas atau samar-samar yang disebabkan oleh arti yang berdekatan atau oleh kemungkinan beberapa pengertian; merupakan istilah populer dalam Ilmu Tafsir; lawan dari istilah al-Muhkamat ( tugas dan jelas).

Kedua istilah tersebut dikutip dari teks Ayat Al-qur’an : ” Dialah yang menurunkan kepadamu Alkitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Diantara isinya ada ayat-ayat muhkamat; Itulah pokok-pokok isi Al-qur’an dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : ‘kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami’, dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal”, (Q.S 3:7).

Berdasarkan ayat di atas para ahli Tafsir Al-qur’an menggolongkan ayat-ayat Al-qur’an di dalam dua kelompok yaitu ayat-ayat yang muhkamat ( yang mengandung pengertian yang tegas) dan ayat-ayat mutasyabihat. Para ahli tafsir mengemukakan pengertian ayat-ayat mutasyabihat sebagai ayat-ayat yang mengandung makna atau pengertian yang tidak tegas atau samar-samar yang disebabkan oleh arti yang berdekatan atau oleh kemungkinan beberapa pengertian.

Namun demikian di antara mereka terdapat perbedaan pendapat mengenai maksud mutasyabihat yang sesungguhnya.
Pendapat-pendapat mereka itu dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ayat-ayat yang pemahamannya memerlukan kajian yang mendalam atau penjelasan dari luar. Termasuk ini ayat-ayat mujmal (global, lawan dari kata al-mubayyan = rinci). Kedua, ayat-ayat yang mempunyai beberapa pengertian. Ketiga, ayat-ayat yang pengertian sebenarnya  berlainan dengan pengertian lahirnya. Keempat, yaitu ayat-ayat tertentu di dalam Alquran; dalam hal ini adalah ayat-ayat yang mansukh (dihapus) hukumnya, ayat-ayat yang berupa huruf-huruf hijaiyah (ejaan) pada awal sebagian surat ayat-ayat al-qasas ( tentang sifat Tuhan).

Selain itu para ahli tafsir juga berselisih paham mengenai kemungkinan mengenai ayat-ayat mutasyabihat. Perselisihan itu muncul antara lain karena perbedaan mereka dalam memahami bentuk atau status kalimat ; ” Dan orang yang mantap dalam ilmunya” dalam ayat di atas. Para ahli memperdebatkan apakah kalimat tersebut merupakan kalimat lanjutan dari kalimat sebelumnya yaitu dengan menganggap kata “wa (dan)” sebagai harf ‘atfi ( kata penghubung) sehingga pengertian : ” Tiada yang mengetahui penampilannya kecuali Allah dan orang-orang yang mantap dalam ilmunya”, ataukah sebagai kalimat baru yaitu dengan menganggap kata “wa” tersebut lil-ibtida’ ( berfungsi sebagai pokok kalimat) sehingga pengertiannya ” tiada yang mengetahui penakwilannya kecuali Allah. Adapun orang-orang yang mantap dalam ilmunya…”.

Bagi kelompok pertama, ayat-ayat mutasyabihat dapat dipahami karena menurut mereka, Al-qur’an itu justru diturunkan kepada umat manusia untuk dipahami, termasuk di dalamnya ayat-ayat mutasyabihat. Akan tetapi bagi kelompok kedua ayat-ayat mutasyabihat itu tidak dapat dipahami oleh manusia karena menurut mereka, ayat-ayat mutasyabihat ini diturunkan untuk menguji iman mereka.

Ayat-Ayat Sifat

Ayat-ayat sifat yaitu ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang mengarah pada sifat-sifat tajsim ( menganggap Tuhan mempunyai bentuk; antropomorfisme). Persoalan ini merupakan inti permasalahan dalam ayat-ayat mutasyabihat.

Oleh karena itu tidak heran apabila sebagian ahli tafsir membatasi ayat mutasyabihat pada ayat sifat-sifat tersebut. Berkaitan dengan persoalan ini muncul tiga golongan. Pertama, golongan Ahl al-Ta’wil atau golongan Mu’awwilah yaitu golongan yang menakwilkan ayat-ayat sifat dengan mengutamakan pengertian tersirat dari ayat itu. Misalnya, kalau menakwilkan kata “al-Yad” ( tangan; tangan yang dimaksud tangan Tuhan), pada firman-Nya : ” Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tanganku”, (Q.S 38;75), sebagai kekuatan atau kekuasaan Tuhan, kata ” al-wajh (wajah) sebagai zat atau wujud Tuhan dan ” Tuhan duduk di atas Arsy (singgasana)”, sebagai berkuasa.

Penganut paham ini antara lain adalah aliran Muktazilah,Syiah dan beberapa tokoh Asy’ariyah seperti Imam al-Haramain Al-Juwaini. Kedua, golongan as-Sifatiyyah al-Mutawaqqifah yaitu golongan yang mengakui adanya sifat-sifat tersebut seperti yang tercantum dalam ayat, akan tetapi mereka tidak berani menjabarkannya secara tegas. Mereka percaya, berdasarkan sifat-sifat tersebut, Tuhan mempunyai tangan tetapi tidak mengetahui bagaimana tangan Tuhan itu sesungguhnya. Demikian pula sifat wajah, mata dan sebagainya. Golongan ketiga yaitu as-Sifatiyyah al-Musyabbiihah yaitu golongan yang menyerupakan sifat-sifat itu dengan sifat-sifat-sifat makhluk atau manusia.

Menurut Raghib al-Isfahan ( ahli fikih dan tafsir), tasyabuh (ke-mutasyabihat-an) suatu ayat dapat terjadi pada tiga aspek. Pertama, pada aspek kata. Seperti pada kata al-yad (tangan) dan kata al-‘ain (mata) yang mempunyai beberapa pengertian. Kedua, pada aspek makna, seperti pada makna sifat-sifat Tuhan dan sifat-sifat hari kiamat, di mana manusia tidak dapat menggambarkan secara pasti. Ketiga, pada aspek kata dan makna sekaligus seperti pada kata makna ayat ” bunuhlah Al-musyrikin (musyrik) di mana saja kamu dapati mereka”, (Q.S 9:5); kata dan makna Al-musyrikin (orang musyrik) dapat berarti seluruh kaum musyrikin, sebagian atau orang-orang tertentu saja.

Adapun hikmah dituangkan ayat-ayat mutasyabihat menurut Fakhrudin Ar Razi merangkum pandangan ulama-ulama sebelumnya terdiri atas lima hal. Pertama, menambah pahala karena dengan diturunkannya ayat-ayat mutasyabihat seorang peneliti akan berusaha lebih giat lagi untuk mencari kebenaran dan dalam hal ini terdapat pahala yang besar.

Kedua, dapat memperluas wawasan, karena dengan sendirinya seorang peneliti didorong untuk membandingkan pandangannya atau pandangan mazhabnya mengenai maksud ayat tersebut dengan pandangan orang lain atau mazhab lain, sehingga dia akan menyimpulkan atau sampai pada pendapat yang benar. Ketiga, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan sekaligus memerangi taklid karena dengan sendirinya dia akan meneliti ayat-ayat tersebut dengan menggunakan nalar, dasar dan bukti-bukti.

Keempat, menambah ilmu pengetahuan. Karena untuk mengetahui maksud ayat tersebut dengan baik dia harus mendalami berbagai disiplin ilmu yang terkait seperti ilmu bahasa, gramatika, dan Ushul Fiqih. Kelima, sebagai isyarat bahwa secara umum kandungan ayat Al-qur’an mencakup kalangan Khawas ( orang-orang tertentu) dan awam.

Sifat orang awam adalah sulit memahami esensi sesuatu. Misalnya, mereka sulit memahami suatu wujud yang tidak mempunyai materi atau yang tidak berdimensi. Dalam hal ini bahasa yang digunakan kepada mereka adalah bahasa yang sederhana yang sesuai dengan kemampuan mereka supaya mereka dapat mencernanya, akan akan tetapi dibalik ungkapan itu terkandung makna yang sebenarnya. Dengan demikian, pada mulanya makna ayat-ayat itu mutasyabihat tetapi kemudian setelah jelas apa yang dimaksud sebenarnya maka ayat-ayat itu menjadi ayat muhkamat.

 

 

113 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya' Ulumuddin: Mencela Harta dan Sikap Kikir

4 Mins read
Harta adalah salah satu unsur terpenting di dunia. Menurut Al-Ghazali, dunia adalah segala hal yang terjadi sebelum kita meninggal. “Dunia” adalah “sesuatu…
Keislaman

Analisis Praktik Kesederhanaan Mahar Oleh Masyarakat Muslim Tinjauan Hadis Nabi

17 Mins read
Abstrak Meningkatnya permintaan mahar dalam praktik pernikahan Muslim di masa sekarang ini memunculkan kekhawatiran terhadap pergeseran makna substantif mahar dalam Islam. Mahar…
KeislamanKisah

Ruang Aman dari Allah: Narasi Kesembuhan Jiwa Nabi Musa

5 Mins read
Setiap manusia pasti memiliki luka batin yang mengendap di dalam dirinya. Luka di masa lalu, trauma yang selalu sama rasa sakitnya dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights