(Sumber Gambar: Dok. Pribadi Redaksi Kuliah Al-Islam) |
KULIAHALISLAM.COM – Saat ini, Sebagai seorang muslim pernahkah kita merasakan bahwa sholat membantu dalam menikmati kehidupan yang penuh makna ini, apakah kita melaksanakan sholat dengan benar, akan tetapi anda tidak merasakan apa pengaruhnya bagi kehidupan anda, atau boleh jadi kita tidak tekun dalam melaksanakannya, kadang-kadang rajin dan kadang lupa atau melalaikannya. Atau, kita sudah melaksanakan ibadah sholat tetapi masih melakukan perbuatan tercela, buruk dan merusak rendahkan orang lain.
Manusia-manusia modern ini, hidup ditengah kemudahan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan. Manusia lebih mudah mendapatkan informasi dan pengetahuan sehingga segala sesuatu kegiatan yang terjadi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, akan menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan. Dengan kata lain, manusia-manusia era modern saat ini akan menggugat, mempertanyakan dan meragukan atas segala sesuatu. Baik yang berkaitan dengan hakikat ilmu pengetahuan, manfaat ilmu pengetahuan, eksistensi teknologi informasi, hingga pertanyaan mendasar terkait keimanan, ibadah ritual dalam Islam.
Apakah itu, bertanya untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, bertanya untuk meragukan dan bertanya sekadar untuk menguji kemampuan manusia-manusia lainnya. Sholat menimbulkan banyak pertanyaan, baik terhadap hal-hal yang berada di luarnya, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengannya, misalnya seperti, apakah sholat itu? Mengapa manusia harus sholat? apa yang membatalkan sholat ? apa akibat tidak sholat? mengapa shalat harus didahului dengan bersuci? apa sebab shalat harus menghadap ke kiblat? dan lain sebagainya. Maupun terhadap hal hal yang
berada di dalam sholat itu sendiri, seperti bagaimana cara mengangkat tangan ketika takbiratul ihrom, cara ruku, cara sujud, cara itidal, duduk diantara dua sujud dan cara salam dalam sholat.
Apa saja yang dibaca dalam sholat, bahkan banyak sekali pertanyaan yang ditimbulkan oleh kata-kata yang di baca di dalam sholat itu, hampir setiap kata yang dibaca di dalam sholat itu menimbulkan pertanyaan yang banyak, seperti dalam sholat itu kita membaca “Allahumaghfirli” (ya Allah saya mohon ampunan dosa). maka dari kata kata ini akan timbul pertanyaan: apa dosa itu?, apa penyebab
manusia dapat berdosa?, kapan manusia dapat berdosa?, bagaimana cara menghapus dosa itu?, bagaimana cara memelihara diri?. Dan aneka pertanyaan lainnya.
Sholat Secara Bahasa
Shalat menurut bahasa berarti berdo’a. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT. (وصل عليهم إن صلاتك سكن لَهُمْ).
“Berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (At-Taubah: 103). Maksudnya, doakanlah mereka. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda,
إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُحِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَإِنْ كَانَ مُقْطَرًا فَلْيَطْعَمْ.
“Apabila salah seorang di antara kalian mendapatkan undangan, maka hendaklah memenuhinya. Apabila berpuasa, maka hendaklah ia berdoa, dan apabila tidak berpuasa, maka hendaklah ia makan.”
Kata Falyushalli, dalam hadits ini maksudnya mendoakan orang yang mengundangnya agar perjamuan dan hidangan yang disajikannya dilimpahi keberkahan, kebaikan, dan ampunan.’ Ash-Shalah (shalawat) dari Allah berarti pujian yang baik dan dari malaikat adalah doa.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا
عليه وسلموا تسليما )
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).
Abu Al-Aliyah berkata, “Shalawat (shalat) dari Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di hadapan malaikat. Sedangkan shalawat malaikat kepada nabi adalah doa.”
Ibnu Abbas berkata, “Yushallun” mengandung pengertian Yubarrikun (memberkati).” Adapula yang berpendapat, “Bahwasanya shalawat (shalat) Allah adalah rahmat atau kasih sayang, sedangkan shalawat malaikat adalah istighfar.” Pendapat yang lebih bisa dipertang- gungjawabkan adalah yang pertama.
Shalawat dari Allah adalah pujian. Sedangkan dari makhluk, baik malaikat, manusia, dan jin adalah berupa sikap berdiri, ruku, sujud, doa, istighfar, dan tasbih. Adapun shalawat dari burung-burung dan serangga atau binatang melata lainnya adalah bertasbih.
Shalat Menurut Istilah
Syariat adalah ibadah kepada Allah yang terdiri dari ucapan-ucapan dan perbuatan tertentu yang bersifat khusus, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dinamakan shalat karena mencakup doa.
Pada awalnya shalat merupakan nama semua doa. Kemudian berubah menjadi doa tertentu atau nama doa. Kemudian dimaksudkan sebagai shalat sebagaimana yang diperintahkan syariat, karena antara shalat dan doa terdapat kesesuaian atau korelasi. Perintah dalam masalah ini sangat berdekatan. Jika kita menyebutkan nama shalat dalam syariat, maka tiada yang dimaksud darinya kecuali shalat sebagaimana yang dianjurkan.
Kedudukan Shalat dalam Islam
Pada dasarnya shalat merupakan kewajiban pertama dalam Islam dan kewajiban pertama pula yang akan dihapus dari Al-Qur’an. Shalat juga kewajiban pertama yang dimintakan pertanggungjawabannya kepada hamba pada Hari Kiamat. Kedudukan shalat sangatlah tinggi dalam Islam. Hal ini sebagaimana permintaan Nabi Ibrahim kepada Tuhannya agar beliau dijadikan sebagai orang yang senantiasa mendirikan shalat.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah, 610 رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء.
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40).
Dalam ayat lain, Allah berfirman,
واستعينوا بالصبرِ والصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبيرةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ.
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah: 45).
Shalat memiliki peran penting dalam menghilangkan kegalauan jiwa, menenangkan hati dan memperkuatnya, serta melapangkan dada karena mengkorelasikan hati dengan Allah. Shalat merupakan perbuatan terbaik manusia kepada Sang Pencipta.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Tsauban t, di mana Rasulullah bersabda,
وَاعْلَمُوا أَنْ خَيْرَ أَعْمَالَكُمُ الصَّلاةَ
“Ketahuilah bahwa perbuatan terbaik kalian adalah shalat.” Berdiri di hadapan Allah dalam shalat menyimpan sejumlah rahasia besar dalam mendatangkan kesehatan dan kebugaran. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
وأقم الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تنهى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنْكَر وَلَذِكْرُ اللهُ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al- Ankabut: 45).
Di antara manfaat positif shalat adalah bahwasanya shalat berpotensi membersihkan tubuh dari penyakit. Betapa banyak kita mengenal penyakit yang gagal diobati dengan berbagai pengobatan medis. Akan tetapi ketika mereka bergegas mendirikan shalat, maka penyakit mereka sembuh dan Allah berkenan menghilangkan penyakit-penyakit mereka tersebut. Terutama shalat malam.
Pernyataan ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dari Abu Hurairah, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah melihatku ketika aku sedang tiduran dan mengeluhkan rasa sakit pada perutku. Lalu beliau berkata, “Bangunlah, lalu shalatlah. Karena sesungguhnya shalat adalah obat penyembuh”.
Imam Ibnu Al-Qayyim–berkata, “Bisa jadi gerakan- gerakan ini seperti berdiri, sujud, dan ruku’ dapat menguraikan materi-materi yang mengendap dan memperkuat fisik. Dengan demikian, shalat merupakan obat paling mujarab.”
Di antara manfaat positif dari shalat adalah bahwasanya shalat berpotensi memperkuat organ-organ tubuh dan jiwa manusia. Shalat merupakan sumbu terbesar yang membangkitkan aktivitas setiap hari. Bagaimana tidak, sedangkan shalat adalah hubungan antara Sang Pencipta dengan makhluk-Nya yang terjadi sebanyak lima kali sehari semalam. Karena itu, Rasulullah bersabda, “Dan dijadikannya ketenangan jiwaku dalam shalat.” Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Wahar Bilal, tenangkanlah kami dengan (segera mengumandangakan) shalat.”
Di antara manfaat positif shalat adalah bahwa- sanya shalat merupakan nutrisi bagi ruh (jiwa) dan hati manusia. Karena hati dan ruh manusia sangat membutuhkan turunnya rahmat atau kasih membutuhkan nutrisi, maka begitu juga dengan ruh. Kita ketahui sayang Allah. Sebagaimana fisik bahwa masing-masing dari keduanya membutuhkan nutrisi dan juga membutuhkan regenerasi asupan gizi. Allah menjadikan shalat lima waktu sebagai nutrisi bagi ruh yang terbagi dalam sehari semalam.
Di antara dampak-dampak positif shalat lainnya adalah bahwasanya shalat mampu menghilangkan berbagai penyakit hati. Allah tidak menyembuhkan seorang pun dari makhluk-Nya dari penyakit-penyakit ini, yaitu kesedihan dan berkeluh-kesah ketika menghadapi musibah dan tidak mendapatkan keberuntungan. kecuali hanya mereka yang shalat.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
إِنَّ الإِنْسَانَ خُلقَ هَلُوعًا (٢) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَرُوعًا وَإِذا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلا الْمُصَلِّينَ ).
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) ia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat.” (Al-Ma’arij: 19-22). Itulah berbagai penyakit hati yang dapat disembuhkan dengan shalat.
Di antara dampak-dampak positif shalat yang lain adalah bahwasanya Allah memerintahkan hamba-Nya untuk ber- konsentrasi dengan shalat dan memohon bantuan dengan- nya dalam menggapai kepentingan dunia, Allah tidak memerintahkan meminta pertolongan secara khusus dalam menyelesaikan suatu persoalan dengan selainnya. Karena shalat merupakan penolong terbesar bagi kepentingan-kepentingan dunia dan akhirat, serta mencegah kerusakannya.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah. “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153).
Rasulullah sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, apabila menghadapi suatu urusan yang membuat beliau bersedih, maka beliau segera berkonsentrasi untuk shalat. Hal yang sama juga dilakukan ketika menghadapi berbagai bencana dan musibah, dan ketika terjadi gerhana matahari dan gerhana rembulan. Beliau segera mengerjakan shalat dalam menghadapi semua itu.
Dalam As-Sunan disebutkan, bahwasanya Rasulullah apabila menghadapi permasalahan pelik, maka beliau segera mengerjakan shalat.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Shalat memiliki pengaruh menakjubkan dalam menjaga kesehatan fisik dan hati serta memperkuat kinerjanya, di samping membersihkan dan melindungi keduanya dari materi-materi jahat. Tiada dua orang yang mendapat ujian dengan kecacatan atau menderita suatu penyakit atau mendapat musibah dan bencana, kecuali orang yang paling banyak mengerjakan shalat di antara keduanya yang paling sedikit terdampak pengaruhnya dan lebih selamat darinya.”
Shalat merupakan aktivitas yang signifikan dan vital, serta berpotensi meningkatkan kinerja dan fungsi-fungsi organ tubuh manusia, baik secara fisik maupun psikologis, hingga mencapai derajat yang lebih tinggi.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Rasulullah, dimana beliau bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابٍ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلكَ مِثْلُ الصَّلَوَات الْخَمْسِ يَمْحُو الله به الْخَطَايَا.
“Tahukah kalian, apabila terdapat sebuah sungai di hadapan pintu salah seorang di antara kalian sehingga ia bisa mandi di dalamnya setiap hari sebanyak lima kali, apa pendapat kalian tentangnya, adakah kotoran yang masih tersisa?” Mereka menjawab, “Tiada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Beliau menjelaskan, “Hal yang demikian itu seperti halnya shalat lima waktu, di mana Allah berkenan menghapus dosa-dosa tersebut dengannya.” Dengan demikian, shalat memiliki kedudukan penting dalam Islam.
Kemuliaan dan Keagungan Ibadah Sholat
Di antara bukti-bukti yang memperlihatkan kedudukan dan keagungan shalat adalah beberapa poin berikut:
1. Shalat merupakan tiang agama, di mana agama itu tidak akan berdiri tegak kecuali dengannya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal disebutkan, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Kepala segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak punuknya adalah jihad.” “Apabila tiangnya telah runtuh, maka runtuh pula segala sesuatu yang terbangun di atasnya.
2. Perbuatan pertama yang akan dimintai pertanggung- jawabannya pada Hari Kiamat dari seorang hamba. Kebaikan amal dan perbuatannya dan kerusakannya tergantung pada kebaikan dan keburukan shalatnya.
Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik dari Rasulullah, beliau bersabda, “Kewajiban pertama yang akan dimintakan pertanggungjawabannya dari seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amal dan perbuatannya baik dan apabila shalatnya rusak, maka rusak pula seluruh amal dan perbuatannya.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Kewajiban yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada Hari pertama Kiamat adalah masalah shalatnya. Apabila baik, maka berbahagialah ia.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Wa Anjah (Dan selamat)”, Dan apabila rusak, maka ia sia-sia harapannya dan merugi.”
3. Shalat adalah rukun Islam terpenting dan tiang utama setelah kedua kalimat syahadat.
Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, dari Rasulullah, beliau bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah yang berhak disembah dengan sebenarnya dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji di Baitul Haram.”
4. Di antara bukti-bukti yang menunjukkan kedudukan penting shalat dalam Islam adalah bahwasanya Allah tidak mewajibkan pelaksanaannya di muka bumi melalui malaikat Jibril, melainkan secara langsung tanpa mediator pada malam Isra’ dan Mi’raj di atas tujuh langit.
5. Shalat pada awalnya diwajibkan sebanyak lima puluh kali shalat atau lima puluh kali waktu. Hal ini menunjukkan cinta Allah terhadap shalat. Kemudian Allah berkenan meringankan kewajiban dari hamba-hambaNya dengan menetapkan kewajiban shalat kepada mereka sebanyak lima waktu sehari semalam dengan pahala yang sebanding dengan shalat lima puluh waktu. Pahala lima puluh kali shalat dapat diperoleh dengan lima kali shalat. Hal ini menunjukkan kedudukannya yang vital.
6. Kewajiban terakhir yang akan hilang dari agama. Apabila kewajiban dari tersisa padanya. agama ini hilang, maka tiada sesuatu yang tersisa darinya.
Hal ini sebagaimana hadits marfu’ yang diriwayatkan Abu Umamah, yang menyebutkan, “Tali Islam akan terlepas satu demi satu. Setiap suatu tali terlepas, maka orang-orang bergantung pada tali berikutnya. Kewajiban pertama yang dilanggar adalah keputusan pengadilan dan adalah shalat.”
7. Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya Muhammad dan para pengikut beliau agar memerintahkan kepada keluarga mereka untuk shalat.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah, وَأْمُرْ أَهْلَكَ بالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نرزقكَ والْعَاقِبَةُ للتقوى (١٣)
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha: 132).
Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah, bahwasanya beliau bersabda,
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِين وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وهم أبناء عشرِ وفرقوا بينهم فِي الْمَضَاجِع.
“Perintahkanlah putra-putri kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karenanya ketika berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan di antara mereka di tempat-tempat tidur.”
8. Orang yang tertidur dan lupa, maka diperintahkan untuk mengerjakan shalat ketika bangun atau ingat. Hal ini menegaskan arti penting dan kedudukannya.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik dari Rasulullah, bahwasanya beliau bersabda,
مَنْ نَسيَ صَلَاةٌ أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذكرها.
“Barangsiapa lupa mengerjakan suatu shalat, maka hendaklah ia mengerjakannya ketika ingat. Tiada penebusnya kecuali itu.”
9. Pesan terakhir yang disampaikan Rasulullah kepada umatnya adalah shalat. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ummu Salamah, bahwasanya ia berkata, “Pesan terakhir yang di-sampaikan Rasulullah adalah, “Shalat, shalat, dan hamba sahaya perempuanmu (Tawanan perang).” Hingga Rasulullah menjadikannya menggema di dada beliau dan senantiasa terucap dari lisan beliau.
Jadi, kita melaksanakan ibadah sholat sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada setiap makhluknya. Sehingga kita semuanya selalu ingat, berzikir dan melakukan setiap kewajibannya.
Ibadah sholat sebagai kewajiban sarana manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatnya, berpikir atas segala sesuatu yang terjadi ditengah lingkungan masyarakat.
Ibadah shalat mampu menghilangkan berbagai penyakit hati. Allah tidak menyembuhkan seorang pun dari makhluk-Nya dari penyakit-penyakit ini, yaitu kesedihan dan berkeluh-kesah ketika menghadapi musibah dan tidak mendapatkan keberuntungan. kecuali hanya mereka yang shalat.
Ibadah sholat mampu membentuk karakter manusia (muslim) yang bersyukur, berpikir positif, disiplin, teratur, sehat dan kuat, merekat kebersamaan dan persaudaraan.