Esai

Makna Hidup Orang-orang Yang Bertakwa

8 Mins read

Ketahuilah bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an yang mulia kepada seorang Rasul yang terkemuka, Muhammad Ibnu Abdillah SAW, agar beliau SAW mengeluarkan manusia dari segala bentuk kegelapan menuju cahaya yang terang dan sekaligus kitab suci yang dibawanya menjadi sebaik-baik wejangan dan keterangan bagi segala sesuatu seperti obat bagi penyakit hati, sebagai sandaran hukum bagi umat manusia dalam masalah-masalah kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.

Selain itu, agar menjadi berita gembira bagi orang-orang beriman yang beramal saleh bahwa bagi mereka disediakan pahala yang besar dan sebagai pemberi peringatan bagi orang-orang kafir dan orang-orang yang menentang Al-lah bahwa bagi mereka disediakan siksa yang amat pedih. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا. وَأَنْ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا.(الإسراء : ۹-۱۰).

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.”(QS. Al-Isra’: 9-10).

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشَفَاء لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ. (يونس : ٥٧)

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS. Yunus: 57).

Kitab Al Qur’an ini adalah tali Allah yang kuat dan yang terjulur kepada manusia. la adalah pemberi pelajaran yang mengandung hikmah. Ia adalah jalan lurus yang tidak bisa dibelokkan oleh hawa nafsu, dan dipalsukan oleh lidah manusia. Para ulama tidak pernah bosan kepadanya, tidak pernah kehabisan bahan untuk menjawab semua pertanyaan, dan tidak pernah terputus keajaibannya. Para jin selalu memuji keajaibannya seperti yang disebutkan dalam firman Allah:

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ سَمِعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا. يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا . (الجن : ١-٢).

“Katakanlah: “(Hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami.”(QS. Al-Jin: 1-21).

Al Qur’an mengandung berita berita orang-orang terdahulu dan mengandung berita-berita orang-orang setelah kami la adalah sandaran hukum di antara kami. Isinya sungguh-sungguh, bukan main-main. Barangsiapa yang meninggalkan ajarannya, maka Allah akan menghukumnya. Barangsiapa yang mencari petunjuk dari selain Al Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya. Siapapun yang mendasari ucapannya dengan Al Qur’an, maka ucapannya benar. Siapapun yang mengamalkan ajarannya, maka ia diberi pahala. Siapapun yang menjadikannya sebagai sandaran hukum, maka ia mendapat keadilan. Siapapun yang menyeru kepadanya, maka dia diberi petujuk ke jalan yang lurus. Al Qur’an adalah Kitab yang wujud, yang hidup, rahasia keabadian, jembatan menuju kebahagiaan dan kesuksesan. Di dalamnya terdapat berbagai permisalan yang indah, tata krama, hukum yang bermanfaat dan syariat dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Semua ajarannya mengandung tata tertib, kedamaian, cinta, kasih sayang, kebajikan, keamanan.

Al Qur’an pernah mengangkat umat yang bengis dan sulit diatur menjadi umat yang terpimpin dan penuh kasih sayang. Al Qur’an pernah memimpin manusia yang dulunya penuh kebodohan dan kezaliman menjadi manusia yang pandai dan adil, mengubah manusia yang suka menumpahkan darah sesamanya menjadi manusia yang suka berbuat kebajikan dan lurus, menghormati jiwa, menahan pertumpahan darah, sehingga dengan petunjuk Al Qur’an padang pasir negeri Arab yang dulunya gersang menjadi surga dunia. Sumber petunjuk, sehingga kaisar Persia tunduk kepada kehebatan-kehebatan Al Qur’an dan sendi-sendi kerjanya runtuh tak bangun lagi untuk selamanya. Al Qur’an mampu mengirim cahayanya ke berbagai pelosok timur dan barat, sehingga di berbagai pelosok selalu terdengar suara takbir yang menyatakan keagungan Allah.

Baca...  Kepercayaan Yahudi Terhadap Tanah Perjanjian dan Konsep Zionisme

Kitab Al Qur’an ini pernah disebut oleh Nabi saw pada sabdanya pada hari Haji Wada’:

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي كِتَابَ الله.

“Aku tinggalkan di antara kalian, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan sesat sepeninggalku. la adalah Kitab Allah.”

Kaum salaf saleh kami mengetahui benar-benar nilai Al Qur’an, mereka memahami dan mengamalkan isi kandungannya. Mereka menjadikannya sebagai sandaran hukum di antara mereka, sehingga para hakim mereka lurus dan para pasiennya yang khusyu’ maupun yang umum merasa puas. Maka dengan itu, seluruh dunia tunduk kepadanya, Al-lah memuliakan dan memberi pertolongan kepada kaum muslimin, sehingga mereka menguasai dunia selama berabad-abad.

Tetapi, sayangnya generasi-generasi setelah mereka meninggalkan sebagian ajaran Al Qur’an, menyepelekan hukum-hukumnya, berpaling dari petunjuk-petunjuknya. Sebaliknya, mereka menggantinya dengan seruling-seruling setan dan kisah-kisah para pemalsu, mereka menjalankan peraturan musuh-musuh agama, sehingga pelita petunjuk-petunjuk Islam dipadamkan oleh tangan-tangan mereka, maka akhirnya mereka menjadi tersesat. Maka musuh-musuh Islam dari kaum penjajah dan orang-orang yang tidak beragama menjadi bergembira, karena mereka berhasil menjauhkan umat Islam dari Al Qur’an seperti yang telah ditempuh oleh kakek moyang mereka terdahulu ketika berkata kepada kaumnya;

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوْا لِهَذَ الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيه لَعَلَّكُمْ تَغْلَبُوْنَ. (فصلت : (٢٦).

“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).”(QS. Fushilat: 26).

Sebagian besar kaum muslimin, dewasa ini, telah meninggalkan ajaran Islam dan hukum-hukumnya. Mereka telah menyepelekan amanat risalah Islam setelah mereka meninggalkan Al Qur’an dan berbagai ilmunya. Tidak ada kemuliaan, kemenangan dan keagungan bagi umat Islam, kecuali harus kembali kepada ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabinya sebelum kami terhalang dari petunjuk dan cahaya keduanya, sebelum kami dikalahkan oleh hawa nafsu dan materi, yang mana telah menguasai sebagian orang di antara kami.

Yang perlu kami sesalkan adalah kondisi para kawula muda kami yang menjatuhkan diri mereka di suatu peradaban yang tidak mempunyai rasa malu dan tidak peduli kepada ajaran agama sedikitpun. Mereka tenggelam dalam kehidupan glamor dan sesuatu yang mabuk-mabukkan dibawa oleh peradaban modern yang bertentangan dengan Islam dan petunjuk Al Qur’an. Bahkan, peradaban ini bertentangan dengan kebijaksanaan dan akal yang sehat. Sungguh, amat celaka peradaban yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah saw. Allah berfirman;

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا.

(الحشر :(۷)

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.”(QS. Al Hasyr :7).

Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ.

“Sesungguhnya, dengan Kitab Al Qur’an ini, Allah memuliakan suatu kaum dan menghinakan yang lain.”

Allah berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُوْرٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ. يَهْدِي بِهِ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النَّوْرِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (المائدة : ١٥-١٦).

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kami sembunyikan. Dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dân menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”(QS. Al-Maaidah: 15-16).

Baca...  Sang Penista: Habis Joseph Zhang Terbitlah Muhammad Kace

Keutamaan Manusia Bertakwa

Sesungguhnya takwa adalah pesan Allah bagi orang-orang terdahulu maupun yang terkemudian, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَن اتَّقُوا الله. ( النساء : (۱۳۱)

“Dan sungguh Kami telah memeirntahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.”(QS. An-Nisa: 131).

Bertakwa kepada Allah sangat tinggi nilainya. Karena itu, orang-orang beriman diperingatkan oleh Allah, janganlah mereka menjadi seperti kaum Yahudi dan Nasrani, orang-orang munafik dan orang-orang zalim, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. (الحشر : (۱۸)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18).

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنُحْزِيَّنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ.النحل : (۹۷)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl: 97).

Firman Allah di atas menyuruh kita takut dan mewaspadai siksa Allah, yaitu dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya dengan cara mengevaluasi apa saja yang telah kita kerjakan dan memperbanyak amal-amal kebajikan sebagai persiapan untuk masa depan kita pada hari kiamat, di hari ketika kita dihadapkan kepada Allah untuk dimintai pertanggungjawaban. Jika amal kebajikan yang kita lakukan, maka kita akan diberi pahala. Jika sebaliknya, maka kita akan disiksa.

Tanda-tanda Ketakwaan

Di antara tanda-tanda ketakwaan adalah ketika seorang mengetahui untuk apa ia dijadikan, hendak kemanakah ia kembali, dan apa yang harus ia lakukan?. Ketahuilah bahwa kematian dan sekaratmu akan menyebabkan kepedihan di hati, berlimpahnya tetesan air mata, dan terjadinya perpisahan, berakhirnya semua kesenangan dan terputusnya semua harta. Maka bagaimanakah kondisi kita pada saat maut menjemput kita ketika kita dipisahkan dari rumah kita dan keluarga kita dan dunia kita yang luas menuju lubang kubur yang sempit, sunyi dan gelap.

Di antara tanda ketakwaan adalah ketika seorang mengingat perpindahannya dari tempat tidur yang empuk menuju liang lahat yang dingin dan basah. Kemudian ia ditinggal oleh kaum kerabatnya, kawan-kawannya dan keluarganya. Mereka kembali ke rumah masing-masing untuk menikmati jamuan makan dan minum dan canda ria mereka. Seolah-olah mereka sudah tidak mengenal kita lagi.

Wahai orang-orang yang suka mengumpulkan harta, membangun gedung-gedung yang tinggi dan suka bersenda gurau dan hidup glamor tanpa membedakan dengan uang yang halal ataupun yang haram.

Ketahuilah bahwa akhir hartamu adalah kain kafan dan kemusnahan. Semua rumah dań gedung yang telah engkau bangun akan engkau tinggalkan begitu saja. Apakah seluruh hartamu, keluarga, saudara dan duniamu dapat menyelamatkanmu dari kematian dan berbagai kesulitan setelahnya?. Tidak, sekalian lagi tidak. Semua kekayaanmu akan kamu tinggalkan bagi ahli warismu yang tidak akan ingat kepadamu dan tidak akan memaafkan kesalahanmu.

Marilah kita memahami bahwa kehidupan dunia yang fana ini dan yang keadaannya tidak menentu ini, tidak lain hanyalah menipu dan bathil, kesenangannya hanya sementara, banyak orang yang tertipu oleh angan-angannya sendiri, tetapi akhir mereka kebinasaan, seperti yang disebutkan dalam firman Al-lah berikut:

تُدَمِّرُ كُلِّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوْا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ. (الأحقاف : ٢٥).

Baca...  Memahami Islam Agama Kemanusiaan

“Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi, kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.”(QS. Al-Ahqaaf: 25).

Hendaknya kita membandingkan apa yang akan terjadi di masa mendatang dan apa yang telah terjadi, agar kita dapat mengambil pelajaran dari semua kejadian yang ada jika kita termasuk orang-orang yang mau mengerti.

Makna Hidup Manusia

Tidakkah di antara kita semua melihat ada yang telah berusia lanjut dan ada pula yang masih kecil, tetapi setiap orang-orang yang mengalami masa yang lalu adalah ibarat mimpi bagi seorang yang tidur atau suatu khayalan bagi seorang yang berkhayal, karena setiap orang adalah kelahiran saat ia berada. Itulah hakekat dunia, maka pantaskah jika dunia menjadi idola yang terbesar bagi seorang yang berakal. Tidak mungkin, seorang yang berakal lebih mengutamakan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang abadi, yang mana tempat cemeti seorang mukmin di surga lebih mahal nilainya dari dunia dan seluruh isinya? Mana mungkin, seorang yang berakal akan menyibukkan hatinya, pikirannya dan jasmaninya untuk mendapat kesenangan dunia dan melupakan akhirat?

Memang, kebanyakan orang telah memfokuskan semua perhatiannya, pemikirannya dan upayanya untuk mendapat dunia dan segala kesenangan. Kebanyakan orang tidak memikirkan dari mana ia memperoleh harta dan bagaimana ia menafkahkannya. Mereka tidak berfikir sedikitpun tentang masalah ini, seolah-olah mereka dijadikan untuk abadi di dunia, sehingga mereka bebas meraih kesenangan apa saja, tanpa peduli murka dan siksa Allah.

Berapa banyak orang yang berdusta, menipu, merugikan orang lain jika berbisnis dengan sesamanya. Jika seorang diberi amanat, maka ia tidak menyerahkannya kepada yang berhak. Jika engkau memikirkan kegiatan sebagian besar orang untuk meraih dunia, maka mereka tidak peduli kepada cara yang haram untuk mendapatkannya. Dengan rakusnya, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya seolah-olah mereka orang miskin atau orang kelaparan.

Di antara mereka, ada yang sekuatnya mencari dunia untuk kedudukan yang tinggi, agar dapat menguasai orang-orang lemah dan dapat bersenang-senang serta melampiaskan hawa nafsunya sepuas-puasnya, tanpa memikirkan kematian dan sekaratnya, kubur dan kesempitan dan kegelapannya, kesulitan di hari kiamat dan perhitungannya. Mereka adalah orang-orang yang selalu berfoya-foya dan menuruti hawa nafsunya. Mereka tidak mengerti maksud kehidupan di dunia yang hanya sementara dan sebagai tempat lewat menuju ke alam akhirat yang abadi. Karena itu, Nabi saw mengingatkan umatnya jangan sampai mereka tertipu oleh dunia dan berbagai kesenangannya, seperti yang disebutkan dalam sabda beliau saw ini:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوٌ خُضْرَةً وَاللَّهُ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَنَاظِرٌ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ. فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنْ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya kehidupan di dunia ini adalah manis dan menakjubkan. Allah akan memberi kesempatan kepada kalian untuk menguasai dunia dan untuk melihat apa yang kalian lakukan. Karena itu, berhati-hatilah kepada dunia dan wanita. Sesungguhnya cobaan pertama yang terjadi pada Bani Israil adalah kaum wanita.”

Maksud dari mewaspadai dunia bukanlah bertujuan agar seorang muslim meninggalkan dunia sama sekali. Karena dunia adalah tempat untuk bercocok tanam untuk bekal ke akhirat dan sebagai tempat lewat ke perkampungan akhirat. Seorang muslim harus mewaspadai segala kemilau dunia dan tidak terlalu rakus untuk mendapatkannya. Carilah dunia dengan cara yang wajar menurut petunjuk syariat dan dengan cara yang dihalalkan, sehingga dunia tidak menghalangi seorang muslim untuk mengingat Allah, mentaati-Nya dan takut kepada-Nya dan agar seorang muslim tidak terhalangi mencari rizki seperti yang dibolekan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu dengan cara yang jujur, amanat, ikhlas kepada manusia dan kepada Allah. Maka hanya dengan cara inilah seorang muslim dapat menikmati kebahagiaan dan keberkahan kehidupan dunia dan akhirat.

47 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Relevansi Hadis Tentang Memelihara Jenggot dengan Konteks Kekinian

7 Mins read
Hadis mengenai anjuran memelihara jenggot merupakan salah satu aspek dalam kajian Islam yang sering menjadi perbincangan, baik dari segi hukum, historis, maupun…
Esai

Gagasan Sukidi PhD, Tentang Keislaman dan Keindonesiaan

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Sukidi Mulyadi PhD adalah seorang tokoh Intelektual Muslim, kader Muhammadiyah. Beliau seorang Pemikir Kebinekaan dan Cendekiawan kebangsaan, yang selalu tampil…
Esai

Sosok Sukidi PhD, Seorang Cendekiawan Publik

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Sukidi Mulyadi atau yang dikenal dengan sebutan Sukidi PhD, adalah seorang cendekiawan Kebangsaan dan Pemikir Kebinekaan. Beliau Tokoh intelektual Muslim,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

Masjid Nurul Huda Gelar Rapat Persiapan Ramadan

Verified by MonsterInsights