Kajian mengenai majaz dalam Alqur’an merupakan salah satu cara untuk memahami kedalaman makna wahyu Ilahi. Salah satu bentuk majaz yang sering dibahas dalam tafsir adalah majaz fi al-mufrad, yaitu penggunaan lafaz yang maknanya melampaui makna literalnya.
Jalal ad-din as-Suyuti (1445-1505 M) dalam kitab monumentalnya, “al-Itqan fi‘ulum al-Qur’an” (juz 3, halaman 122) https://app.turath.io/book/11728 memberikan perhatian khusus terhadap majaz fi al-mufrad dengan menjelaskan berbagai bentuk penggunaannya dalam Alqur’an. Pemahaman tentang majaz ini penting untuk memahami konteks dan makna yang lebih sesuai dalam Alqur’an.
Definisi Majaz fi al-Mufrad
Majaz berasal dari bahasa Arab yang seakar dengan kata tajawaza ((تجاوز yang bermakna melampaui batas. Menurut M. Quraish Shihab dalam kaidah tafsir-nya (https://books.google.co.id/books/about/Kaidah_Tafsir.html?id=E0vZDwAAQBAJ&redir_esc=y ), majaz mengacu pada pemindahan makna dari yang literal ke makna lain yang disebabkan indikator yang mendukung pengalihan makna tersebut.
Dalam kitab al-Itqan fi ‘ulum al-Qur’an, as-Suyuti mengutip pandangan ‘Izzu ad-din ‘Ibn ‘Abdi as-Salam yang menyebutkan bahwa majaz fi al-mufrad terjadi ketika satu kata melampaui makna asalnya menuju makna lain yang didukung oleh konteks atau alasan tertentu.
Bentuk-Bentuk Majaz Fi al-Mufrad
Imam as-Suyuti menjelaskan bahwa Majaz fi al-mufrad dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yang masing-masing memiliki ciri khas dalam penggunaannya. Berikut adalah beberapa bentuk Majaz fi al-mufrad beserta contohnya dalam Alqur’an:
- al-h}adhfu (pembuangan), yaitu majaz yang menitik beratkan pada adanya lafaz yang tersembunyi.
Contoh: QS. Yusuf [12]: 82
وَسْـَٔلِ الْقَرْيَةَ الَّتِيْ كُنَّا فِيْهَا وَالْعِيْرَ الَّتِيْٓ اَقْبَلْنَا فِيْهَاۗ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ
lafaz الْقَرْيَةَ (negeri) menyimpan makna tersembunyi, yaitu lafaz أهل (penduduk).
- az-ziya>dah, yaitu majaz menitik beratkan pada adanya lafaz atau huruf tambahan.
Contoh: QS. al-Syura [42]: 11
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ
huruf kaf di depan lafaz كَمِثْلِهٖ dianggap tambahan tanpa mempengaruhi makna
- Sebagian (juz) bukan keseluruhan (kull).
Contoh: QS. al-Baqarah [2]:19.
يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ
lafaz اَصَابِعَهُمْ (jari-jari) merujuk pada sebagian, bukan semua jari.
- Keseluruhan (kull) untuk sebagian (juz).
Contoh: QS. al-Baqarah [2]: 144.
وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ
Lafaz وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ (dimanapun kamu berada) bermakna tubuh kalian. karena yang dimaksud adalah menghadap dengan dada, bukan sekadar menghadap secara fisik.
- Bentuk lafaz khas (khusus) untuk ‘am (makna umumnya).
Contoh: Q.S al-Munafiqun [63]: 4.
هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ
Lafaz الْعَدُوُّ (musuh) di dalam ayat tersebut maksudnya adalah الأداء (semua musuh)
- Bentuk lafaz ‘am (umum), untuk khas (makna khususnya).
Contoh: Q.S al-Syuraa [42]: 5.
وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِى الْاَرْضِ
Lafaz لِمَنْ فِى الْاَرْضِ di maksudkan khusus bagi المؤمنون (orang-orang yang beriman).
- bentuk lafaz al-musabbab (akibat) untuk maksud lafaz as-sabab (sebab). Contoh: QS. Ghafir [40]: 13
وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ رِزْقًا
Lafaz رِزْقًا (rizki) merupakan akibat dari turunnya مطر (hujan) dan sebagai sebab datangnya rezeki.
- bentuk lafaz as-sabab (sebab) untuk maksud al-musabbab (akibat).
Contoh: Q.S al-Baqarah [2]: 194
فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ
lafaz اعتدوا menggunakan makna majaz yang merupakan sebab dari makna yang dimaksud yakni balasan atas kezaliman (jaza’). Maka makna yang tepat dari اعتدوا adalah balaslah.
- Nama proses untuk hasilnya.
Contoh: Q.S Yusuf [12]: 36.
اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَعْصِرُ خَمْرًاۚ
Lafaz خَمْرًا (arak) yang di maksud عنب (anggur) perasan anggur sebelum menjadi arak.
- Bentuk lafaz al-hal (keadaan) untuk al-mahal (tempat).
Contoh: QS. Ali ‘Imran [3]: 107
فَفِيْ رَحْمَةِ اللّٰهِ ۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Lafaz رَحْمَةِ اللّٰه (rahmat Allah) maksudnya adalah الجنة (surga), hal ini karena keadaan surga penuh dengan rahmat Allah.
- Bentuk lafaz al-mahal (tempat) untuk al-hal (keadaan).
Contoh: QS. al-‘Alaq [96]: 17
فَلْيَدْعُ نَادِيَهٗۙ
Lafaz نادية (tempat pertemuan) dan yang di maksudkan adalah penduduk yang mendiami tempat tersebut.
- Menyebutkan dengan kebalikan.
Contoh: QS. al-Inshiqaq [84]: 24
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Lafadz بشر di dalam ayat ini biasanya di gunakan untuk الخبر السار (kabar berita yang menyenangkan atau menggembirakan), namun yang dimaksud untuk kabar berita yang tidak menyenangkan sekali, yaitu عذاب أليم (azab yang pedih).
Dari uraian di atas, kita dapat melihat betapa kaya dan dalamnya makna yang terkandung dalam Alqur’an, terutama terkait dengan penggunaan majaz fi al-mufrad. Imam As-Suyuti dalam al-Itqan fi ‘ulum al-Qur’an menunjukkan bagaimana lafaz-lafaz tertentu bisa melampaui makna literalnya dan menuntut pemahaman yang lebih kontekstual.
Memahami bentuk-bentuk majaz ini penting tidak hanya untuk mengembangkan pemahaman linguistik terhadap Alqur’an, tetapi juga untuk menggali pesan-pesan spiritual yang lebih mendalam.
Dengan memahami konsep-konsep ini, kita bisa lebih bijak dalam menafsirkan wahyu Ilahi dan menggali hikmah-hikmah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kajian tentang majaz dalam Alqur’an tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memperdalam penghayatan spiritual umat Islam terhadap pesan-pesan Alqur’an.