Abstrak
Al Qur’an merupakan sumber utama ajaran umat Islam, dan juga merupakan pedoman hidup manusia yang mengikutinya. Al Qur’an bukan hanya memuat petunjuk manusia dengan sang pencipta, akan tetapi Al Qur’an juga menghubungkan manusia dengan alam.
Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna, maka langkah yang pertama yang harus dilakukan yakni memahami Al Qur’an. Al Qur’an adalah dokumen agama umat Islam, dia adalah firman Allah yang mengandung kebenaran dan diturunkan dalam kebenaran pula.
Ada beberapa istilah untuk menyampaikan maksud dari ayat dalam Al Qur’an salah satunya adalah al-amthal al-Qur’an (perumpamaan dalam Al Qur’an). Allah memberikan berbagai macam perumpamaan dalam Al-Qur’an, di antaranya yaitu perumpamaan tentang cahaya, air, debu, tanah, surga, neraka dan lain lainya.
Salah satu fungsi amthāl yaitu untuk mengambil ‘ibrah, i’tibar dan hikmah. Untuk memahami ayat-ayat amthāl dibutuhkan ilmu bayān, ma’āni dan badī’.
Kata kunci: Al-Qur’an, Amthal, Perumpamaan
The Quran is the primary source of Islamic teachings and a guide for the lives of those who follow it. The Quran not only contains guidance for humans and their Creator, but also connects humans with nature. To fully understand Islamic teachings, the first step is to understand the Quran. The Quran is the religious document of Muslims; it is the word of God, containing truth and revealed in truth. Several terms are used to convey the meaning of verses in the Quran, one of which is al-amthal al-Qur’an (parables in the Quran). Allah provides various kinds of parables in the Quran, including those about light, air, dust, earth, heaven, hell, and others. One of the functions of amthal is to derive ‘ibrah, i’tibar, and wisdom. To understand the verses of Amthal, the knowledge of bayān, ma’āni, and badī’ is required.
Keyword: Al-Qur’an, Amthal, Parable
Pengertian Amthāl Al-Qur’an
Kata أمثل adalah bentuk jamak dari المثل atau misal, keserupaan, atau perumpamaan. Dalam Al-Qur’an amthal adalah cara Allah menjelaskan suatu makna abstrak dengan perumpamaan nyata agar mudah dipahami manusia.
Dalam memahami makna amthāl para ulama berbeda pendapat seperti Manna’ Khalil al-Qattan dan Zamaksyari yang mengartikan amthāl sama dengan al-mithl. Namun menurut Ibn ‘Arabi, kata al-mithl mengandung makna kemiripan yang nyata atau material. Sedangkan kata al-mathal mengandung makna kemiripan dalam arti yang rasional atau masuk akal.
Pendapat ini juga dianut oleh Fakhruddin al-Razi, ia membedakan makna dari keduanya menjadi, kata al-mithl yaitu penyamaan sesuatu pada sifat-sifat dasar alami sedangkan kata al-mathal kesamaan sesuatu itu terdapat pada sebagian sifat luar dari sifat dasar.
Sedangkan menurut menurut Al Zarkasyi dalam al-Burhān, amthāl al-Qur’ān adalah ungkapan yang menggunakan bentuk perumpamaan untuk menjelaskan sebuah makna, menguatkan hujah, atau memperindah penyampaian sehingga dapat meresap lebih kuat dalam jiwa.
Sementara itu, Al Suyuthi dalam al-Itqān menyebut bahwa amthāl merupakan bentuk penjelasan Allah kepada manusia dengan perantara contoh yang sepadan dengan keadaan, sifat, atau akibat yang ingin digambarkan.
Dari pemaparan definisi amthāl di atas, maka dapat disimpulkan bahwa amthāl Al-Qur’an yaitu menyerupakan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang indrawi atau sesuatu yang dapat dipahami oleh manusia, baik perumpamaan dalam hal keadaan, sifat maupun kisah.
Mayoritas ulama tafsir pada masa lampau memahami dan menafsirkan amthāl Al-Qur’an sebagai satu kesatuan utuh tanpa memperhatikan bagian demi bagian dari amthāl Al-Qur’an itu. Mereka membatasi makna yang dikandung oleh al-mathal pada makna global yang dikandung oleh kesatuan susunan kata katanya.
Pembagian Amthal Al-Qur’an
Para ulama ulūm al-Qur’ān mengklasifikasikan amthāl menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk penyampaian dan tingkat kejelasan perumpamaannya. Dari beberapa amthal dalam Al-Qur’an, amthal dibagi menjadi tiga bagian.
Amthal Musharahah (امثل المصرحة)
Al-Amthāl al-Muṣarraḥah yaitu sesuatu yang dijelaskan dengan lafaz al mathal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan) Singkatnya Amthal ini dijelaskan secara eksplisit dan secara terang-terangan dalam Al-Qur’an, biasanya ditandai dengan adanya kata mathal, matsal, atau kamatsal. Contohnya ada pada surat Al Baqarah ayat 17.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًاۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ
١٧
Artinya: Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (QS. Al Baqarah: 17)
Al-Amthāl al-Kāminah (الا مثل الكامنة)
Al-Amthāl al-Kāminah yaitu Al-Amthāl yang di dalam nya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamthil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik dan redaksinya singkat padat dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contoh dari Al-Amthāl al-Kāminah dapat dilihat di surat Al-Isra’:29.
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا ٢٩
Artinya: Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal. (QS. Al-Isra’ : 29)
Dalam ayat tersebut menjelaskan untuk jangan menjadi orang yang bakhil, kikir dan tak mau memberi kepada siapa pun, dan jangan pula berlebihan dalam membelanjakan harta melebihi kemampuan mu, jika tidak maka kamu kan menjadi orang tercela dan terhina. Tetapi dalam diksinya tak dijelaskan secara lugas dengan lafadz tamthil.
Al-Amthāl al-Mursalah ( الا مثل المرسلة)
Al-Amthāl al-Mursalah yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat tersebut tergolong sebagai mathal. Singkatnya Amthāl mursalah adalah ungkapan yang menyerupai pepatah atau hikmah yang sudah dikenal secara umum, dan digunakan dalam Al-Qur’an sebagai bentuk penegasan. Contohnya ada pada Surat Al-Maidah ayat 100
قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَࣖ
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah : 100)
Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak sama nilainya di sisi Allah dan dampaknya di hari kemudian hal-hal yang buruk dengan hal-hal yang baik, meskipun banyaknya kuantitas yang buruk itu menarik hati, karena sedikit yang berkualitas lebih baik dari pada yang banyak tapi tidak berkualitas. Maka yang memilih keburukan pasti akan menyesal bahkan tersiksa.
Rukun dan Sighat Amthal dalam Al-Qur’an
Para ulama balāghah menyebut bahwa setiap permisalan memiliki tiga rukun utama yang menjadi fondasinya. Tiga rukun ini dijumpai dalam berbagai jenis amthal baik secara eksplisit maupun implisit. Adapun rukunnya yakni:
- Al-Musyabbah, yaitu sesuatu yang diserupakan, atau sesuatu yang akan diceritakan dengan kata lain objek asal yang ingin dijelaskan atau digambarkan melalui permisalan. Biasanya berupa kondisi manusia, sifat, keadaan orang beriman, orang munafik, dan perbuatan atau amalan tertentu.
- Al-Musyabbah bih, yaitu objek yang digunakan sebagai gambaran untuk menjelaskan al-musytabah. Allah menggunakan fenomena alam, kejadian sehari-hari, binatang, objek fisik, atau kisah untuk membuat perumpamaan yang kuat.
- Wajh al-Musyabbah, persamaan makna, yaitu aspek yang menyatukan antara kedua objek sebelumnya (Al-Musyabbah bih, dan Al-Musyabbah)
Berdasarkan pemaparan rukun amthāl di atas, maka terdapat beberapa sighat amthāl yaitu:
- Sighat tasybīh al-sharih yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, di dalamnya terungkap kata-kata mathal (perumpamaan), seperti dalam surat al-Baqarah ayat 261
- Sighat tasybīh al-dzimmī yaitu bentuk perumpamaan terselubung/ tersembunyi. Dalam perumpaan nya terdapat kata mathal, akan tetapi perumpamaan diketahui melalui artinya, contohnya yaitu seperti dalam surat al-Hujurat ayat 12.
- Sighat majaz mursal yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan al-musyabbah bih. Sebagaimana dalam surat al-Hajj ayat 73.
- Sighat majaz murakkab yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang dari segi perumpamaannya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitannya tersebut yaitu perumpamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamhiliyah, seperti dalam surat al-Jumu’ah ayat 5.
- Sighat isti’arah tamthiliyah yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik, bentuk ini hampir sama dengan majaz murakkab. Contohnya seperti dalam surat Yunus ayat 24.
Manfaat mempelajari Amthal Al-Qur’an
- Menonjolkan sesuatu ma’quul (yang hanya bisa dijangkau akal) dan dapat dirasakan oleh panca indera manusia
- Menyingkapkan hakekat-hakekat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak.
- Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amtsaal kaaminah dan amtsaal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
- Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuatkan matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak.
- Menjauhkan orang yang diberi matsal untuk melakukan hal yang dibenci Allah jika isi Mathalnya buruk
- Untuk menguji orang yang diberi mathal.
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan mengenai konsep amthāl al-Qur’ān, dapat dipahami bahwa perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an bukanlah sekadar unsur estetika bahasa, tetapi merupakan metode komunikasi Allah kepada hambanya dalam menyampaikan isi Al-qur’an kepada manusia. Melalui amthal, Allah menyerupakan perkara yang gaib dengan sesuatu yang konkret, memindahkan konsep-konsep rumit ke dalam gambaran yang dekat dengan pengalaman manusia, sehingga pesan-pesan Al-Qur’an dapat lebih mudah dipahami, direnungi, dan dihayati. Perbedaan definisi menurut para ulama menunjukkan kekayaan perspektif dalam memahami perumpamaan, namun semuanya bermuara pada satu tujuan: menjadikan makna Al-Qur’an lebih hidup dalam jiwa manusia. Pembagian amthal menjadi musharrahah, kāminah, dan mursalah, serta keberagaman sighat-nya, menunjukkan betapa telitinya Al-Qur’an dalam memilih bentuk bahasa agar pesan yang disampaikan sesuai dengan konteks, karakter objek, dan tujuan permisalan.
Daftar Pustaka
Manna` Khalīl al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī ‘Ulūm al-Qur`an …, h. 283
Balqis, P. (2021). Konsep Amthāl dalam al-Qur’an. PAPPASANG, 3(2), 47-62.
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, … 320

