Pendidikan

Kita Baca Al-Qur’an dengan Cara Berbeda, Kok Bisa? Mengungkap Misteri Sab’ah Ahruf

3 Mins read

Pernahkah kita bertanya, mengapa Al-Qur’an bisa dibaca dalam beberapa cara yang berbeda, meskipun teksnya sama? Misalnya, dalam Surat Al-Fatihah, ada yang membaca “مالك” dan ada yang “ملك”. Fenomena ini bukanlah kesalahan atau pertentangan, melainkan salah satu kekayaan Al-Qur’an yang dikenal dengan istilah Sab’ah Ahruf, sebuah konsep yang membuka pintu kemudahan bagi umat Islam sejak zaman Nabi.(Ridho dan Hariyanto 2024, hlm. 307-308)

Latar belakang kemunculan Sab’ah Ahruf tidak lepas dari kondisi masyarakat Arab saat itu yang terdiri dari berbagai suku dengan dialek bahasa yang beragam.(Nengsih 2020, hlm. 19-20) Al-Qur’an turun pertama kali dengan bahasa Quraisy, dialek yang paling fasih. Namun, banyak dari suku-suku lain yang merasa kesulitan untuk melafalkannya secara persis. Melihat kenyataan ini, Nabi Muhammad SAW pun memohon kepada Allah melalui Malaikat Jibril agar umatnya diberi keringanan.(Adiah dkk. 2022, hlm. 80-81)

Kisah permohonan Nabi ini terekam dalam sejumlah hadis shahih. Suatu riwayat menceritakan, awalnya Jibril membacakan Al-Qur’an dalam satu huruf (satu dialek). Nabi kemudian meminta tambahan, dan permintaan itu dikabulkan hingga mencapai tujuh huruf.(Bazith 2020, hlm. 135-136) Dalam riwayat lain, Umar bin Khattab pernah hampir memprotes Hisyam bin Hakim yang membaca Surah Al-Furqan dengan lafal berbeda. Namun, Nabi justru membenarkan keduanya seraya bersabda, “Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf.”(Ridho dan Hariyanto 2024, hlm. 318-319)

Lalu, apa sebenarnya makna dari “tujuh huruf” ini? Para ulama memiliki beragam pendapat, bahkan mencapai puluhan versi penafsiran.(Adiah dkk. 2022, hlm. 82-83) Sebagian memahami Sab’ah Ahruf sebagai tujuh dialek Arab utama seperti Quraisy, Hudzail, atau Tamim, yang meski berbeda lafal, memiliki makna yang sama.(Nengsih 2020, hlm. 22-23) Pendapat lain mengartikannya sebagai variasi bacaan yang mencakup perbedaan i’rab (harakat), tasrif (bentuk kata), taqdim-ta’khir (urutan kata), dan sebagainya.(Bazith 2020, hlm. 137-138)

Baca...  Kepala MA Sunan Kalijaga; Rapotan Sebagai Ajang Mengevaluasi Anak Didik

Ada juga yang memaknainya secara lebih substansial, yaitu tujuh aspek kandungan Al-Qur’an seperti perintah, larangan, halal, haram, kisah, perumpamaan, dan nasihat.(Adiah dkk. 2022, hlm. 84-85) Yang menarik, sebagian ulama melihat angka “tujuh” bukan sebagai bilangan harfiah, melainkan simbol kesempurnaan dan keluasan, sebuah metafora bahwa Al-Qur’an dapat mengakomodasi keragaman cara baca tanpa kehilangan esensinya.(Ridho dan Hariyanto 2024, hlm. 314-315)

Terlepas dari perbedaan penafsiran, mayoritas ulama sepakat bahwa Sab’ah Ahruf adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad. Ia adalah dispensasi Ilahi yang memudahkan umat dari berbagai latar belakang bahasa untuk membaca, menghafal, dan memahami Kalamullah tanpa beban.(Abdulwaly 2021, hlm. 97-98) Inilah wujud dari firman-Nya, “Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)

Dalam perkembangannya, keragaman bacaan ini kemudian dibukukan dalam disiplin ilmu qira’at. Di sinilah sering terjadi kekeliruan di kalangan awam, yang mengira bahwa Sab’ah Ahruf sama dengan Qira’at Sab’ah (tujuh imam qira’at). Padahal, keduanya berbeda. Sab’ah Ahruf adalah payung besar keragaman bacaan, sementara Qira’at Sab’ah adalah sebagian dari manifestasinya yang dibakukan oleh ulama seperti Ibnu Mujahid.(Bazith 2020, hlm. 139-140)

Ibnu al-Jazari, seorang ahli qira’at generasi berikutnya, bahkan mengkritik pembatasan hanya pada tujuh qira’at. Menurutnya, masih banyak qira’at lain yang sahih dan memenuhi syarat, sebagaimana ia tuangkan dalam karyanya yang memperkenalkan Qira’at ‘Asyarah (sepuluh qira’at).(Ridho dan Hariyanto 2024, hlm. 324-325) Hal ini menunjukkan bahwa khazanah bacaan Al-Qur’an sesungguhnya sangat luas, tidak terbatas pada tujuh versi saja.

Lantas, bagaimana dengan Mushaf Utsmani yang kita gunakan saat ini? Apakah masih mencakup semua tujuh huruf? Sebagian ulama berpendapat bahwa Mushaf Utsmani hanya memuat satu huruf, yaitu huruf Quraisy. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa rasm Utsmani masih memungkinkan untuk dibaca dengan beberapa variasi selama masih sesuai dengan kaidah yang ditetapkan.(Bazith 2020, hlm. 139) Yang jelas, kodifikasi Utsmani berhasil meredam polemik dan menyatukan umat dalam satu mushaf.

Baca...  Pembuktian Otentisitas Al-Qur’an dari Perspektif Teologis

Hikmah dari keberagaman ini sungguh luar biasa. Selain sebagai bukti kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi bahasa, ia juga menjadi cerminan keluwesan dan universalitas Islam. Allah tidak memaksa hamba-Nya untuk seragam dalam hal yang bersifat teknis selama substansinya terjaga. Perbedaan bacaan justru memperkaya khazanah tafsir dan pengambilan hukum, sebagaimana terlihat dalam sejumlah ayat yang memiliki implikasi hukum berbeda karena perbedaan qira’at.(Nengsih 2020, hlm. 37-38)

Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan keberagaman, konsep Sab’ah Ahruf mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan selama ia bersumber dari otoritas yang sah dan tidak bertentangan dengan prinsip dasar. Ia adalah pengingat bahwa kemudahan dan rahmat Allah lebih luas dari yang kita bayangkan.

Jadi, lain kali kita mendengar orang membaca Al-Qur’an dengan cara yang sedikit berbeda, kita tak perlu heran atau buru-buru menyalahkan. Bisa jadi, itu adalah salah satu dari sekian banyak cara baca yang dibenarkan, sebuah warisan otentik dari Nabi yang justru menunjukkan kedalaman dan kelenturan ajaran Islam. Mari terus mempelajari, menghayati, dan mensyukuri kemudahan yang Allah berikan melalui kitab-Nya yang mulia.

Sumber Referensi

Abdulwaly, Cece. 2021. Makna Sab’ah Ahruf: Menyimak Ragam Pendapat Ulama tentang Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf. Cetakan Pertama. 1 vol. Farha Pustaka. Digital PDF.

Adiah, Halimatus, Rika Afrida Yanti, dan Irwansyah. 2022. “SAB’ATU AHRUF DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN.” Jurnal Cerdas Hukum 1 (1): 88.

Bazith, Akhmad. 2020. “HUBUNGAN QIRA’AH AL-SAB’AH DAN SAB’AH AHRUF.” Jurnal Ilmiah Islamic Resources 17 (2): 142. https://doi.org/10.33096/jiir.v17i2.89.

Nengsih, Desri. 2020. “AHRUF SAB’AH DAN QIRÔ’ȂT SAB’AH SEBAGAI DISIPLIN ILMU ALQURAN.” AL TADABBUR: JURNAL ILMU ALQURAN DAN TAFSIR 5 (1): 40. https://doi.org/10.30868/at.v5i1.757.

Baca...  Konsep Talak Dalam Al-Qur’an

Ridho, Moch. Taufiq, dan Ahmad Hariyanto. 2024. “Konsep Sab’atuAḥrufDan Relasinya Dengan Qira’at Sab’ah (Tinjauan Sosio-Historis).” Mukaddimah: Jurnal Studi Islam 9 (2): 330.

2 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
KeislamanPendidikan

Mahmud Yunus Tokoh Pendidikan Indonesia

4 Mins read
Kuliahalislam.H. Mahmud Yunus (Batusangkar, Sumatera Barat, 10 Februari 1899-Jakarta, 16 Januari 1982). Ia adalah Ulama, tokoh pendidikan Islam Indonesia yang gigih memperjuangkan…
KeislamanPendidikan

Hukum Menikahi Sepersusuan (Radaah)

5 Mins read
Kuliahalislam. Radaah (rada’ah) artinya adalah penyusuan. Masuknya air susu manusia ke dalam perut seorang anak yang umurnya tidak lebih dari 2 tahun….
Pendidikan

I‘jaz Al-Qur’an: Keajaiban Bahasa yang Menantang Akal dan Pena

4 Mins read
Pendahuluan Saat membaca Al-Qur’an, kita biasanya fokus pada apa yang disampaikan: nilai moral, kisah para nabi, dan petunjuk hidup. Namun ada sisi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Opini

Bencana Sumatra, IMM Bekasi Tuntut Perhatian Serius dan Solusi Komprehensif

Verified by MonsterInsights