A. Khutbah Jumat Pertama;
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
1. Hamdallah;
2. Syahadatain;
3. Salawat
Allahumma shalli ala’ Muhammad. Wa’ala alihi wa Shahbihi Aj’mai’in
4. Ammaba’du
5. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha haqatuqatih wa la tamutunna illa wa antummuslimun”
6. Qalallahu ta’ala fil Qur’anil adzim;
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-‘ālamīn. Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
7. Tema : Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam Rahmat Bagi Semeseta Alam
Prof.Dr.Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 8 menyebutkan bahwa Q.S Al-Anbiya ayat 107 merupakan penegasan dari Allah mengenai keistimewaan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Keistimewaan Rasulullah shallallahu alahi wasallam adalah akhlak Rasulullah yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
Sifat rahmat Rasululullah diantaranya adalah untuk membimbing manusia dan menyelamatkan jiwa manusia. Nabi Muhammad shallallahu alahi wasallam tidak diutus hanya supaya Allah dikenal manusia. Ulama menyebutkan ada dua tujuan Rasulullah diutus Allah. Pertama, menyangkut kehidupan akhirat. Kedua, menyangkut kesuksesan manusia di dunia.
A. Menyangkut Kehidupan Akhirat
Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang tugas kekhalifahan tersebut adalah menjaga, melindungi, dan memanfatkan dan menikmati berbagai kenikmatan yang Allah ciptakan untuk manusia.Sebagai wujud rasa terimakasih atas berbagai limpahan nikmat Allah kepada kita, maka kita diperintahkan Allah untuk secara totalitas mengabdi dan beribadah kepada Allah sesuai dengan ketentuan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Untuk mencapai dan menggapai kesuksesaan,kebahagian di akhirat maka syarat utamanya adalah tauhid. Tauhid bukan hanya mengucapkan kalimat “La Illaha Illallaha (Tiada Tuhan selain Allah)” tetapi tauhid memiliki konsekuensi yang dituntut untuk dilaksanakan.Adapun konsekuensinya diantaranya, pertama adalah Iman. Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya “Ensiklopedia Rukun Iman jilid 1” menyebutkan bahwa pondasi iman adalah qalbu.
Iman adalah pengakuan akan kebenaran, cinta dan tunduk. Membenarkan/kebenaran maksudnya adalah mengetahui dan mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad shallallahua alaihi wasallam sebagai utusan Allah. Cinta disitu maksudnya adalah mencintai Allah dan Rasulullah shallallahu alahi wasallam sehingga ia bertekad kuat untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasulullah.
Kedua, Islam. Secara epistimologi (asal usul kata), Islam berasal dari kata salam yakni damai atau kedamaian. Jadi, siapapun yang mengklaim agamanya Islam maka perilaku, sikap dan sifat wajib mencerminkan kedamaian, kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam semesta.
Jadi, seseorang yang beragama Islam maka ia akan menjaga lisan dan tangannya dengan menekankan pada prinsip : “Jangan perlakukan orang lain yang jika engkau diperlakukan yang sama, engkau tidak menyukainya”. Kemudian, Islam juga artinya memiliki sikap empati dan simpati. Selanjutnya, Islam artinya tidak tunduk dan tidak melakukan kebatilan atau kemungkaran atau tindakan yang menganggu masyarakat luas seperti balapan liar.
Ketiga, Ihsan. Konsekunsi tauhid selanjutnya adalah Ihsan. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَ
Arab-latin : An’ ta’budallaha ka annaka tarahu fa in’lam takun’ tara fainnahu yaraka. Artinya :”Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihatnya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu”. (H.R Imam Muslim).
Untuk mencapai atau menggapai tingkatan Ihsan itu maka qalbu itu wajib dijaga dan menghindari sebiasa mungkin maksiat atau sifat-sifat buruk dalam jiwa manusia. Karena dosa yang kita lakukan membuat qalbu menjadi dipenuhi noda kegelapan akibatnya rasa Ihsan itu sirna dalam qalbu dan jiwa.
***Jamaah Shalat Jumat dan kaum muslimin/muslimat***
Konsekuensi tahuhid selanjutnya adalah mengimani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Untuk menyelamatkan manusia dari kebatilan, sifat jahiliyah atau setanisme maka Allah menurunkan wahyu Al-Qur’an kepada umat manusia melalui Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Banyak di antara kita bahkan tidak perduli dengan Al-Qur’an karena Al-Qur’an kita anggap kita suci saja.
Padahal Al-Qur’an bukan kitab suci tetapi kitab yang mensucikan aqal (pikiran), qalbu, dan nafs (jiwa). Al-Qur’an mesti dipandang sebagai kebutuhan hidup. Dalam bukunya Prof.Dr.Ziauddin Sardar berjudul : “ The Future of Muslim” menyatakan bahwa kebanyakan umat Islam lebih menyadari atau sadar akan kebutuhan hidupnya dibandingkan akan kebutuhan terhadap Allah.
Al-Qur’an menyentuh berbagai macam sendi dan solusi semua masalah kehidupan baik politik, sosial, ekonomi, pendidikan, sains, keluarga dan lainnya. Namun sendi-sendi itu tidak banyak tersentuh, inilah dibutuhkan peranan Ulama dan para Dai untuk memberikan pemahaman bahwa semua masalah baik ekonomi, politik, sosial, sains, pendidikan ada dalam Al-Qur’an.
Jadi, tidak lagi masanya terjebak pada fiqih perbedaan pendapat atau fiqih dasar ibadah kerana hal itu sudah semestinya diketahui setiap orang yang beragama Islam sejak kecil.Dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 30 disebutkan :
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
Arab-Latin: Wa qālar-rasụlu yā rabbi inna qaumittakhażụ hāżal-qur`āna mahjụrā.Artinya: Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an itu sesuatu yang diacuhkan”.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “ Fawaidul Fawaid” menyatakan bahwa “Al-Qur’an adalah sumber penerang kehidupan.Ia ibarat lentera ajaib bagi hati, tanpa perlu disulut api; minyaknya sudah dapat menerangi kekalaman ruang kalbu. Menyelami samudra hikmah di balik kedalaman makna ayat-ayatnya. Upaya ini akan membentuk kemampuan berpikir yang utuh dan kemampuan beramal secara sempurna, demi kebahagian hamba. Semakin dalam ayat-ayat kitab Allah itu diselami hamba, semakin terlihat jelas tapak jalan yang harus dilalui yakni oleh tiap musafir akhirat jika ingin capai tujuan dengan selamat. Bentangan kehidupan dari penciptaan dunia hingga hisab di akhirat terlihat nyata. Dan manusia tinggal memilih ke mana kehendak berpulang ; apakah menuju kepangkuan rahmat-Nya ataukah menuju impitan murka-Nya”
Oleh karena itu, mari kita hindari sifat ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورً “Mahjura” yaitu mengabaikan Al-Qur’an. Adapaun sikap mengabaikan Al-Qur’an menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah yaitu yang pertama, tidak mau mendengarkan, mengimani dan memperhatikan Al-Qur’an. Kedua, tidak mengamalkan ketentuan halal-haram Al-Qur’an meskipun ia sudah membaca dan mengimaninya. Ketiga, memiliki keraguan tentang Al-Qur’an merupakan solusi permasalahan kehidupan.
Konsekuensi tauhid selanjutnya adalah ilmu. Di dalam Al-Qur’an surah Fathir ayat 28”;
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ Arab-latin : Innama yakhsyallaha min’ ‘ibadhil ulama.Artinya Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku yang paling takut dengan-Ku adalah Ulama. Kata “Ulama” disini sering dipahami hanya orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan ratusan ribu hadits dan menguasai berbagai ilmu keislaman.
Padahal jika kita ambil pendapat Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menyebutkan bahwa sedikit saja ilmu yang kita miliki namun ilmu yang sedikit itu membuahkan hasil taqwa maka itu disebut Ulama. Jadi, semua kita bisa jadi Ulama jika giat dalam belajar ilmu. Minimal kita menjadi Ulama bagi diri kita sendiri dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
B. Menyangkut Kesuksesan Hidup di Dunia
Kita sudah bahas menyangkut tugas Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mensukseskan manusia di akhirat. Selanjutnya mengenai tugas Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menyangkut membimbing manusia sukses di dunia. Jamaah shalat jumat, pada saat ini kita menghadapi fenomena “Homo homonilupus” yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya.
Penyebabnya adalah ketimpangan sosial ekonomi yang semakin tinggi, dimana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin merana. Umat Islam punya sistem ekonomi-politi syariah tetapi gagal dijalankan sehingga tak mampu menghadapi hantaman kapitalisme-neo liberalisme.
Kemudian, penyebab lainnya adalah jumlah penduduk semakin besar hingga manusia saling bersaing untuk menggapai kejayaan walau menghalalkan segala cara.
Akibat dari hal itu semua, orang-orang tidak punya ketenangan sehingga mudah emosinya meledak-ledak hanya karena masalah sepela bahkan menganiyaya atau menghilangkan nyawa orang lain tanpa rasa bersalah dan tanpa penyebab yang berarti. Untuk itu yang perlu dilakukan untuk mencapai kesuksesaan di dunia adalah;
1) Tauhid Sosial
Tauhid Sosial mesti kita lakukan atau implementasikan dalam kehidupan. Karen Amstrong dalam bukunya “ Fields of Blood” menyatakan bahwa “ Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam membentuk masyarakat yang adil yang menentang struktural Mekah dimana bahwasanya menimbun kekayaan terhadap orang miskin itu salah. Orang miskin dan lemah harus diperlakukan terhormat. Kaum muslimin membentuk ummah yang memberikan alternatif bagi keserakahan dan ketidak adilan sistemik kapitalisme Mekah”.
Ulama menekankan bahwa Al-Qur’an menekankan pentingnya menentang kezaliman dan tirani. Dengan demikian, ekonomi Islam berupa zakat, infak/sedekah harus dilakukan bagi orang Muslim yang mampu secara harta untuk mensucikan hartanya. Disisi lain Masjid dan organisasi Islam harus menjadi pionir dalam implementasi tauhid sosial dimana orang-orang miskin, terjepit utang karena kebutuhan hidup, anak-anak yang tak mampu sekolah harus dibantu seoptimal mungkin. Sehingga mereka tidak merasa diacuhkan oleh sesama saudaranya seaqidah.
2) Menghidupkan kembali Ukhwah Islamiyah
Ukhwah Islamiyah itu sudah kita tidak lihat lagi kecuali hanya dalam shalat berjamaah kita saling berdekapan sama rata.Dalam kehidupan Ukhwah Islamiyah ini sirna bahkan para Ulama tidak banyak yang dapat mencontohkannya, saling bertikai karena perbedaan pemikiran atau aliansi.
Ukwah Islamiyah akan terwujud ketika ada rasa dalam jiwa bahwa muslim yang lain juga bagian dari dirinya sehingga saling bahu membahu menemukan solusi ketika punya masalah kehidupan, inilah hakikatnya Ahsunnah wal jamaah artinya saling bergandengan tangan dalam hal kebaikan, kebajikan dan membantu.
3) Memohon Perlindungan Allah
Syaikh Mutawalli As Sya’rawi dalam Tafsirnya menyebutkan bahwa seytan berupaya menghancurkan manusia dari arah depan dengan cara menjadikan teknologi menjadi berhala sehingga enggan menyembah dan mengingat Allah karena dianggapnya masa depan itu adalah menguasai teknologi sementara iman menghambat pada kemajuan dan kesuksesaan.
Seytan juga berupaya menghancurkan manusia dari arah belakang dengan cara kemalasan dan kebodohan. Ia anggap hidup ini hanya sekali maka tidak ada guna beriman. Maka itu, kita harus banyak mengingat Allah dan memohon pertolongannya dari pelik dan bertaburnya fitnah dunia.
Kesimpulan
Rasululullah shallallahu alaihi wasallam diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.Rasulullah diutus supaya manusia meraih kebahagiaan di akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat maka perkuat tauhid, amalkan Al-Qur’an dan giat dalam berilmu karena Allah. Rasulullah juga diutus agar manusia mencapai kebahagiaan di dunia dengan cara menerapkan tauhid sosial, ukhwah islamiyah dan memohon perlindungan pada Allah dari dahsayatnya fitnah dunia.
Saran
– Mari kita lebih giat lagi menghiasi masjid kita ini dengan amal dan ibadah kepada Allah.
-Mari pelajari lagi fiqih-fiqih Islam khususnya mengenai ibadah.
– Mari patuhi hukum yang ada di Indonesia khususnya Undang-Undang Lalu Lintas Jalan karena sekarang banyak terjadi kecelakaan karena abai terhadap hukum padahal hukum yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia selama mengandung manfaat wajib kita patuhi.
– Mari kita menjadi umat yang pembawa rahmat bukan pembawa laknat.
Barakallahu Fil Qur’anil Adzim Innahu Huwal Ghafururrahim
II. Khutbah Kedua :
1. Hamdalah
2. Syahadatin : Asyahadu alla ilaha ilallaha. Wa asyhadu anna Muhammadarasulullah.
3. Salawat : Allahumma shalli a’la Muhammad. Wa a’la alihi wa shahbihi ajmain.
4. Ammaba’du.
5. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Arab-Latin : “Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha haqatuqatih wa la tamutunna illa wa antummuslimun”.
6. Qallallahu ta’ala fil Qur’anil adzim :
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Arab-Latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīmā”
7. ALLUHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD,WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, FIL ‘AALAAMIINA INNAKAHAMIIDUMAJIID.
8. Doa
Allahmmaghfir lilmuslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat, innaka samii’un qoriibun mujiibud da’waat. Rabbana atina fidunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabanar (2x)
9. Ibadalah
10. إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Arab-Latin: Innallāha ya`muru bil-‘adli wal-iḥsāni wa ītā`i żil-qurbā wa yan-hā ‘anil-faḥsyā`i wal-mungkari wal-bagyi ya’iẓukum la’allakum tażakkarụn
11. Wa la dzikrullahi akbar