Esai

Kekuatan Pemuda Menghadapi Pandemi Covid-19

4 Mins read
(Sumber Gambar: Fitrah)

Oleh: Fitratul Akbar*

KULIAHALISLAM.COM – Di tengah keprihatinan
bersama karena wabah pandemi Covid-19, kita dituntut untuk kembali
menggelorakan semangat kebangkitan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kita harus melawan lupa dan kemudian mengokohkan lagi semangat patriotisme
dalam upaya melawan pandemi global yang menyerang hampir semua negara di dunia.

112 tahun yang lalu,
tepatnya 20 Mei 1908, pemuda Indonesia yang didominasi mahasiswa STOVIA
melakukan perkumpulan dan mendirikan sebuah pergerakan yang bernama Budi Utomo.
Gerakan ini dipimpin oleh mahasiswa kedokteran yang berintelektual dan
sekaligus pemikir di zamannya, seperti Dr. Sutomo, Dr. Gunawan, serta Dr.
Wahidin Sudiro Husodo. Namun demikian, meskipun dipelopori oleh para intelektual
muda, namun gerakan ini sudah diawali oleh beberapa gerakan sporadis kaum buruh
dengan tujuan dan cita-cita yang sama akan lahirnya sebuah bangsa besar yang
bernama Indonesia. Dengan didasari semangat persatuan dan kebangkitan inilah
pemuda Indonesia bangkit dari masa-masa kegelapan zaman.

Tahun ini, pada
momentum peringatan kebangkitan nasional, Indonesia justru dirundung duka
dengan adanya penularan wabah global bernama Covid-19. Momentum kebangkitan
nasional seharusnya bisa menjadi ghirah bangkitnya semangat pemuda Indonesia
agar mereka tidak dalam “keterkungkungan” derita sehingga mereka masuk dalam
kelompok yang rentan terhadap dampak pandemi Covid-19. Pemuda Indonesia hari
ini harus kembali melahirkan semangat dalam mempelopori persatuan dan kesatuan
Indonesia, terutama dalam “memerangi” pandemi global agar Indonesia mampu
survive dan bangkit dari keterpurukan.

Kondisi Pemuda Atas
Pandemi

Istilah pemuda jika
merujuk pada World Health Organization(WHO) dikenal sebagai “young people”
yakni individu manusia yang berusia 10-24 sesuai dengan kriteria dari
International Youth Year tahun 1985. Sebelum terjadi wabah Pandemi Covid-19,
ternyata kaum muda dunia mayoritas dalam kondisi menganggur. Disebutkan oleh
International Labour Organization (ILO, 2020), pekerja muda cenderung tidak
memiliki pekerjaan dibandingkan dengan penduduk kelompok umur lain. Bahkan ILO
(2018), mencatat terdapat 77 persen anak muda bekerja di sektor informal secara
global.

Namun yang lebih
menghawatirkan yaitu kelompok umur yang dipekerjakan pada sektor informal
adalah di negara perempuan muda berpenghasilan rendah dan menengah. Kondisi ini
banyak terjadi di negara-negara berkembang, meskipun untuk kasus di indonesia,
kelompok pekerja di sektor informal tidak hanya ramai dari kalangan perempuan,
akan tetapi cukup berimbang dengan pekerja yang laki laki, Ditilik dari kondisi
pandemi indonesia dampak sangat besar bagi kelompok muda Indonesia. Kondisi ini
tak terelakan lagi dan kelompok muda Indonesia menjadi golongan rentan secara
ekonomi dan sosial akibat dampak domino yang dihasilkan.

Pemerintah Indonesia
pun telah memberikan warning, tentang dampak global yang akan menghunjam
perekonomian serta mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Pada scope ini,
upaya pemerintah mengambil tindakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),
menjadi kerentanan sendiri bagi kondisi ekonomi dan sosial. Hal ini
dikarenakan, karakteristik pengembangan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor migrasi. Mayoritas kelompok migran adalah usia muda yang bertujuan untuk
bekerja ataupun melanjutkan studi. Hal ini sesuai dengan pandangan Prijono
Tjiptoherijanto (1999) yang menyatakan urbanization economies adalah faktor
yang menjadi pendorong suatu kegiatan usaha yang berlokasi di kota-kota besar
sebagai konsentrasi penduduk dan prasarana urban, baik dari sebagai potensi
konsumen maupun sebagai sumber tenaga kerja.

Selain faktor ekonomi,
secara global dampak pandemi yang juga tidak kalah penting adalah dampak
terhadap pendidikan. Seluruh siswa di dunia mengalami gangguan belajar, yang
hingga sekarang sulit diprediksi kapan berakhirnya. Gangguan proses belajar ini
mayoritas dialami oleh kaum muda dan tentunya akan berdampak negatif pada hasil
pembelajaran, perkembangan mental dan kualitas lulusan.

Untuk kondisi
negara-negara berkembang seperti Indonesia, penutupan sekolah langsung
berdampak pada siswa dengan ekonomi lemah, terutama di daerah terpencil yang
terbatas akses internet. Kondisi ini makin diperburuk dengan ketidaksiapan SDM
pengelola lembaga pendidikan. Inilah beberapa dampak domino pandemi global yang
saat sekarang ini menjadi momok menakutkan tidak hanya bagi siswa, kaum muda,
namun hampir semua masyarakat Indonesia.

Pemuda Menghadapi Covid-19

Wabah pandemi global
berhasil “menghentikan” dunia pendidikan secara global. Menurut data UNESCO
(2020), ada 191 negara melakukan tindakan menutup sekolah. Akibat tindakan itu
ada sekitar 91 persen siswa terdaftar atau 1.5 miliar pelajar tidak dapat
sekolah. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menenggarai bahwa sektor pendidikan
yang paling terdampak karena pandemi global akibat tempo penyebaran yang cepat
dengan skala yang luas. PBB berupaya maksimal dalam menangani dampak pandemi
ini khususnya untuk anak-anak, remaja serta kaum muda yang kurang beruntung
secara ekonomi sehingga dampak yang mereka rasakan lebih parah. Indonesia terus
berbenah dalam mengatasi problematika pendidikan karena dampak pandemi ini.

Kebijakan pendidikan
dengan menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring), memaksa tenaga pengajar
sekaligus para pelajar menjalankan proses pembelajaran melalui kontak tak
langsung. Kebijakan yang cukup bagus dengan perkembangan teknologi saat ini,
meskipun pemerintah Indonesia lupa, di beberapa daerah tertentu mereka tidak
terjangkau jaringan internet.

Sebagai pemuda yang
hidup di zaman millenial, tentu akan lebih positif ketika mempunyai ghirah yang
sama dengan para pelopor kebangkitan nasional. Penyaluran semangat itu tentu
berbeda dengan para pemuda pada masa pra kemerdekaan. Pandangan mengenai
pendidikan yang dijiwai effort pemuda dalam “menelanjangi” teknologi, tentu
diharapkan melahirkan gaya baru dalam me-resolusi berbagai persoalan bangsa.

Prinsip-prinsip
pembelajaran dengan mengambil etos pelopor kebangkitan nasional, bukan hanya
sebatas mengikuti perkembangan teknologi daring maupun kecerdasan buatan di
zaman revolusi industry 4.0. Hal yang terpenting adalah menanamkan effort
dengan pembelajaran otodidak baik itu menggunakan jaringan internet ataupun
tidak. Konsep otodidak merupakan solusi terbaik saat ini, dan konsep ini
mewarisi semangat gerakan kepemudaan di masa lampau. Pemuda Indonesia mesti
melatih diri agar tidak tergantung pada pembelajaran jarak jauh, melainkan
belajar “membunuh” rasa malas dengan meningkatkan kreatifitas dan berfikir
kritis.

Pandemi Covid-19
berdampak cukup parah pada sektor ekonomi dan sosial pemuda yang ada di seluruh
dunia. Pemuda tergolong pada kelompok yang sangat rentan akibat gangguan
pandemi ini. Selain kehilangan pekerjaan, peluang ekonomi, kesehatan dan
pendidikan merupakan beberapa faktor yang jelas terdampak pada fase penting
kehidupan mereka. Apalagi dengan fakta orang muda yang lebih cenderung
menganggur atau dalam konteks di Indonesia cenderung menjadi pekerja
outsourching, membuat mereka rentan terhadap pengaturan kerja bahkan hingga PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja).

Kondisi inilah yang
membuat mayoritas pekerja muda tidak memiliki perlindungan sosial yang layak
atau tidak memadai. Pada saat yang bersamaan, orang-orang muda sebenarnya mampu
merespons atas kondisi krisis yang mereka hadapi. Melalui berbagai macam
gerakan, diantaranya tuntutan terhadap perlindungan kesehatan masyarakat,
perbaikan birokrasi pelayanan publik, kesukarelaan, dan berbagai macam
kreativitas inovasi. Semangat inilah yang secara harakah (movement) semestinya
mengambil inspirasi dari gerakan kebangkitan Nasional.

Kaum muda Indonesia
tentu diharapkan mengambil suatu kunci harakah yang berbeda dengan pemuda lain
di dunia. Keunggulan pemuda Indonesia dengan jumlah yang cukup besar, melebihi
rata-rata jumlah pemuda yang ada di negara lain di dunia. Pemuda Indonesia
diharapkan mampu membuktikan effort dan etos di tengah pandemi ini, dengan
tetap sebagai kontributor utama dari bonus demografi Indonesia. Diharapkan
pemulihan inklusif dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s)
selama periode aksi dalam melawan pandemi Covid-19 ini terus terjaga. Pemuda
Indonesia diharapkan untuk terus berpacu dalam merespons pemulihan ekonomi dan
kesejahteraan dalam melindungi hak-hak asasi manusia bagi keberlangsungan
kemajuan semua anak muda Indonesia. Sekarang saat paling tepat bagi pemuda
Indonesia untuk melakukan perjuangan  dalam
melindungi negara tercinta dan sebagai relawan yang kuat dalam memutus mata
rantai pandemi Covid-19.

*)Penulis Mahasiswa Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Pegiat Isu-isu Ekonomi Filantropi Islam, Kemanusiaan dan Perdamaian. 

2361 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
Esai

Maknai Kematian sebagai Ujian dan Nasihat

3 Mins read
Setiap manusia akan merasakan kematian, kapan dan dimanapun kematian itu menjemput hidup manusia, umur manusia juga terbatasSetiap manusia akan merasakan kematian, kapan…
ArtikelEsaiFilsafatKeislaman

Telaah Kritis Gerakan Feminisme Era Kontemporer

12 Mins read
Feminisme merupakan gerakan sosial dan politik yang berfokus pada upaya menghapuskan ketidaksetaraan gender serta memperjuangkan peningkatan posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan…
Esai

Ketika Agama Berhenti di Kerudung

2 Mins read
Ketika agama berhenti di kerudung, dalam masyarakat yang kental dengan nilai-nilai agama, sering kali penampilan fisik menjadi ukuran penting dalam menilai tingkat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights