Ilmu kalam adalah salah satu bentuk ilmu keislaman. Kajian dalam ilmu kalam terfokus pada aspek ketuhanan. Secara harfiah, kata kalam artinya pembicaraan tetapi bukan dalam arti pembicaraan sehari – hari, melainkan pembicaraan yang bernalar dan logika (akal). Ilmu kalam adalah cabang ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan – kepercayaan keagamaan dengan bukti – bukti yang lain. Menurut Fu’at Al – Ahwani, ilmu kalam adalah ilmu yang memperkuat aqidah agama dengan ajaran – ajaran yang rasional.
Ilmu kalam sebagai salah satu cabang ilmu dalam Islam,yang memiliki peran penting dalam membentuk pemikiran umat Muslim, terutama dalam menghadapi tantangan radikalisme dan sekularisme. Radikalisme sering kali muncul akibat pemahaman agama yang sempit dan tekstual, sementara sekularisme dianggap sebagai upaya untuk menjauhkan agama dari kehidupan sosial dan politik. Ilmu kalam dapat berkontribusi dalam menyelesaikan kedua persoalan ini dengan menawarkan pendekatan teologis yang lebih rasional dan moderat.
Pengaruh kalam dalam persoalan radikalisme
Radikalisme dalam Islam sudah ada sejak zaman dulu, bahkan sejak masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Salah satu contoh yang terkenal adalah kelompok Khawarij, yang sangat keras dalam memahami agama. Mereka tidak mau berkompromi dan menganggap orang yang berbeda pandangan sebagai kafir, sehingga merasa boleh membunuh mereka. Kelompok radikal juga punya cara berpikir yang mirip dengan Khawarij. Mereka menolak pemerintahan yang dianggap tidak menjalankan Islam dengan benar dan sering menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan. Salah satu penyebab utama pemikiran radikal ini adalah cara mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an secara langsung tanpa melihat latar belakang sejarahnya.
Ilmu kalam bisa menjadi solusi untuk mengatasi radikalisme, karena ilmu ini mengajarkan cara memahami ajaran Islam dengan lebih rasional. Misalnya, pemikiran Asy’ariyah dan Maturidiyah mengajarkan keseimbangan antara wahyu (ajaran agama) dan akal (pemikiran manusia), sehingga tidak sampai pada pemahaman yang ekstrim. Jika ilmu kalam dipelajari dengan baik, umat Islam bisa memahami agama secara lebih luas dan tidak mudah terpengaruh oleh paham radikal.
Pengaruh kalam dalam persoalan sekularisme
Sekularisme adalah gagasan yang muncul di Barat sebagai reaksi terhadap kekuasaan gereja yang terlalu besar dalam urusan politik. Ketika konsep ini masuk ke dunia Islam, muncul perdebatan panjang di kalangan ulama dan cendekiawan Muslim. Sebagian kelompok Islam yang berpaham radikal menolak sekularisme karena mereka menganggapnya bertentangan dengan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk pemerintahan dan hukum. Mereka melihat sekularisme sebagai ancaman yang berusaha memisahkan Islam dari sistem negara.
Namun, ada juga pemikir Muslim yang melihat sekularisme dari sudut pandang yang lebih luas. Mereka berpendapat bahwa sekularisme tidak selalu bertentangan dengan Islam, asalkan nilai-nilai Islam tetap bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini, ilmu kalam bisa membantu menjembatani perbedaan pendapat dengan menawarkan pemahaman Islam yang lebih terbuka dan fleksibel.
Ilmu kalam berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan Sekularisme
1. Menyebarkan pemahaman tentang akidah dan tauhid yang benar.
Menyebarkan ajaran islam yang lurus tentang keimanan kepada Allah sesuai dengan Al Quran dan Sunnah dan tidak terjerumus kedalam kesyirikan, bid’ah, atau pemahaman yang menyimpang. Caranya bisa melalui dakwah, Pendidikan, kajian keislaman, atau tulisan yang menjelaskan prinsip – prinsip akidah dengan jelas dan mudah dipahami.
2. Membangun kesadaran umat islam tentang pentingnya peran agama dalam kehidupan.
Ilmu kalam dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Islam tidak hanya mengatur ibadah kepada Allah, tetapi juga mengatur hubungan antar sesama manusia dan berbagai aspek kehidupan, seperti social, budaya, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan memahami agama, umat islam akan lebih menghargai ajaran islam dan menjadikan pedoman hidup. Sehingga membuat mereka lebih kuat dalam menghadapi pengaruh sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan.
3. Menghadirkan model – model kepemimpinan yang berlandaskan akidah dan tauhid.
Ilmu kalam digunakan untuk mendorong umat islam unuk menjadi pemimpin yang berlandaskan akidah dan tauhid. Pemimpin yang berlandaskan akidah dan tauhid akan mampu membangun masyarakat yang adil dan makmur, serta menjunjung tinggi nilai – nilai islam. Islam adalah agama yang Rahmatan lil alamin, yang mengajarkan kasih sayang dan keadilan bagi seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Oleh karena itu, negara yang dibangun berdasarkan ajaran islam akan menjadi negara yang adil dan damai bagi seluruh rakyatnya. Agama juga dapat menjadi sumber motivasi untuk membangun pradaban yang adil dan sejahtera.
4. Memberikan pemahaman dan menunjukkan bahwa islam adalah agama yang damai dan toleran.
Menjelaskan kepada masyarakat bahwa islam mengajarkan hudup rukun, saling menghormati, dan menolak kekerasan. Islam menekankan pentingnya toleransi dalam berhubungan dengan orang lain, baik sesama muslim maupun non muslim. Contohnya, dalam islam diajarkan untuk tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain dan selalu bersikap adil serta menghargai perbedaan.
REFERENSI
Abdullah, Anzar. “Gerakan Radikalisme dalam Islam: Perspektif Historis.” ADDIN, vol. 10, no. 1, Februari 2016, pp. 1–28. Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar
Mukminin, M. A., Amin, N., & Mukit, A. (2024). The integration of reason and revelation in addressing the complexity of contemporary theology. Journal of Islamic Thought and Philosophy (JITP), 3(2), 231-251
Maharani, A. (2024). Urgensi moderasi dalam dalam menyebarnya pemahaman radikalisme. [Artikel Ilmu Kalam].
Noor Ayu Fathimah, & Kambali. (2024). Kalam menjawab tantangan dan persoalan Islam masa kini. Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 10(4), 1803-1813.