KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Membuktikan Kenabian Nabi Muhammad SAW

3 Mins read

Ada tiga kelompok yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad SAW. Pertama, adalah kelompok Isawiyah. Satu kelompok di dalam masyarakat Yahudi yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad. Mereka mengatakan bahwa Muhammad memang seorang nabi, akan tetapi hanya khusus untuk orang-orang Arab.

Kedua adalah kelompok Yahudi. Kelompok ini mengatakan bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi. Mereka mengingkari kenabian Nabi Muhammad bukan karena aspek mukjizatnya atau aspek yang spesifik kepada Nabi Muhammad. Tidak. Pokoknya, secara umum, Muhammad bukanlah seorang nabi.

Ketiga adalah kelompok Kristen. Jika kelompok Yahudi menolak kenabian Nabi Muhammad dengan alasan jika nabi menjadi nabi, maka kenabian Nabi Muhammad secara tidak langsung menghapuskan (menasakh) kenabiannya Nabi Musa. Sementara nasakh bagi orang Yahudi adalah badha’ (seseorang menyadari pendapat sebelumnya lalu dikoreksi).

Artinya, jika Tuhan mengutus Nabi Muhammad, maka Tuhan mengalami badha’, dengan kata lain Tuhan mengoreksi dirinya sendiri, yang dulunya mengutus Nabi Musa merasa keliru lalu sekarang diganti dengan Nabi Muhammad. Dengan kata lain, mengutus nabi yang baru maka sama halnya dengan menasakh nabi yang lama.

Memang orang Kristen tidak menyoalkan nasakh. Hanya saja, baginya, nasakh melalui Nabi Muhammad adalah hal sangat problematis. Kenapa orang Kristen tidak mengingkari nasakh? Sebab, jika mereka mengingkari nasakh, maka bagaimana mereka mempertanggungjawabkan dan membela kenabian Nabi Isa? Artinya, jika orang-orang Kristen menolak nasakh, maka otomatis ia menolak keberadaan Nabi Isa.

Alih-alih meneriman nasakh, kenabian Nabi Muhammad tidak bisa menasakh kenabian Nabi Isa, karena bukti-bukti kenabian Nabi Muhammad tidak cukup jika dibandingkan dengan kenabian Nabi Isa. Itu sebabnya, tak heran jika orang Kristen mengatakan bahwa Alqur’an bukan bukti kenabian Muhammad dan lainnya.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Keutamaan Sifat Al-Sakha (Kedermawanan)

Dua argumentasi untuk melawan orang Kristen

Gus Ulil mengatakan bahwa dalam hal berhadapan dengan orang Kristen, kita bisa menggunakan dua argumen. Pertama, Alqur’an adalah bukti kenabian Nabi Muhammad. Kenapa? Karena Alqur’an adalah sesuatu yang secara normal mestinya bisa diproduksi orang-orang Arab, karena orang Arab menyukai sastra.

Bukankah Alqur’an datang dengan bentuk sastra yang indah? Dan bukankah ketika orang-orang Arab di sesumbari oleh Nabi Muhammad untuk membuat kitab yang mirip dengan Alqur’an justru mereka tidak mampu membuatnya?

Seharusnya, jika mereka ditantang, maka harus berani untuk melawan oleh karena mereka penyuka sastra-sastra. Kalaupun misalnya mereka orang Arab berhasil menandingi dan memproduksi kitab yang mirip dengan Alqur’an, belum tentu orang-orang Islam akan memeranginya.

Justru, kemungkinan mereka (jika berhasil) malah akan berkata, “Oh Muhammad ternyata kamu bukan nabi yang sesungguhnya. Anda adalah impostor dan tidak punyak hak menaklukkan kami.” Lebih dari itu, dengan memprodukasi kitab yang mirip dengan al-Qur’an, mestinya orang Arab bisa menghindarkan diri dari peperangan, akan tetapi mereka tidak melakukannya. Inilah bukti bahwa Alqur’an benar-benar merupakan mukjizat (tidak bisa ditiru).

Kedua, Nabi Muhammad memeragakan dan menunjukkan sejumlah tindakan-tindakan yang melawan adat (hukum alam). Diantaranya adalah terpecahnya rembulan, bisa bicaranya benda-benda yang tidak bisa berbicara, seperti batu, air dan pelepah kurma.

Termasuk juga keluarnya air dari jari-jemarinya nabi, bertasbihnya kerikil di dalam telapak tangannya nabi, serta memperbanyak makanan yang sedikit dan lainnya. Semuanya adalah bukti bahwa Nabi Muhammad utusan Tuhan yang sesungguhnya.

Sangkalan pertama

Lalu bagaimana jika orang Kristen mengatakan mukjizat-mukjizat nabi itu tidak bisa disaksikan oleh generasi-generasi yang sekarang. Kita hanya tahu lewat kabar. Apakah kabarnya benar? Apakah kabarnya mutawatir ataukah dhaif?

Baca...  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Mencapai Tingkatan Makrifat (Al-Maqamat)

Al-Ghazali mengatakan, walaupun masing-masing riwayat mengenai mukjizat tidak mutawatir, akan tetapi jika dijumlahkan seluruhnya, maka akan menjadi mutawatir. Jelasnya, kata Gus Ulil, sekalipun beritanya bermacam-macam, akan tetapi pada realitanya ada mukjizat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Dalam hal ini, ukuran mutawatirnya bukan perkisah dan periwayat, melainkan kumpulan keseluruhan riwayat yang membuktikan ada mukjizat yang terjadi pada nabi.

Analogi ini ibarat seperti sosok keberanian Sahabat Ali dan sosok kedermawanan Khatim yang sudah populer terkenal. Kok bisa tahu Khatim dermawan? Karena kisahnya sangat banyak tentang kedermawanannya.

Adakalanya, mungkin, masing-masing kisah kedermawanannya Khatim tidak mutawatir, akan tetapi jika dijumlahkan keseluruhannya, maka bisa menyakinkan khalayak umum. Demikian juga dengan kemukjizatannya Nabi Muhammad.

Sangkalan kedua

Bagaimana jika orang Kristen berkata, karena saya orang Kristen, maka riwayat tentang kenabian Nabi Muhammad tidak mutawatir. Al-Ghazali menjawab, misalnya ada orang Yahudi yang terisolasi di sebuah tempat serta tidak pernah berkumpul dengan orang Nasrani, lalu orang Yahudi itu tidak pernah mendengar sama sekali tentang mukjizat Nabi Isa.

Kalaupun pada akhirnya mutawatir, maka bisa dipastikan itu hanya pada orang Nasrani, dan orang Nasrani akhirnya dicurigai sebagai pengikutnya Nabi Isa. Anda bisa membayangkan jika ada orang Yahudi berpendapat demikian terhadap orang Kristen.

Sama, Anda tidak percaya terhadap kenabian dan kemukjizatan Nabi Muhammad dengan alasan mukjizatnya Nabi Muhammad tidak mutawatir, baik keseluruhannya maupun masing-masingnya. Lalu apa bedanya Anda dengan orang Yahudi?

Iya. Jika Anda tinggal ditempat yang terisolasi maka semuanya tidak ada yang mutawatir. Salah Anda sendiri. Seharusnya, Anda bergaul dengan orang-orang yang memiliki kisah-kisah dan pengetahuan. Jelasnya, kesalahan ada pada Anda sendiri.

121 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
Keislaman

Hakikat Syukur Ala’ Imam Al-Ghazali

2 Mins read
Syukur, meskipun secara umum dianggap sebagai sebuah lafal yang sederhana dan remeh, sejatinya merupakan konsep yang sangat mendalam dan menantang untuk diamalkan…
KeislamanSejarah

Tarajim Corak Penulisan Biografi Rasulullah

4 Mins read
Tarajim jamaknya dari tarjamah artinya biografi. Tarajim merupakan salah satu corak penulisan tarikh ( historiografi) Islam yang sangat populer dan sangat dominan….
KeislamanPendidikan

Mengenal Ilmu Mantik

2 Mins read
Mantik secara harfiah berarti berbicara atau berpikir, diterjemahkan dengan istilah logika formal yakni cabang filsafat yang mempelajari asas-asas dan aturan-aturan penilaian supaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanTafsir

Fisika Spiritual: Menjaga Gravitasi Ruhani di Tengah Fluktuasi Iman

Verified by MonsterInsights