Penulis: Addin Mahabbatul Mahfiroh, Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Ilmu psikologi adalah ilmu yang banyak mempelajari tentang kehidupan dan perilaku manusia. Mengenai ilmu yang meneliti kehidupan pada manusia, salah satu ilmuwan psikolog hebat dan terkenal yaitu Jian Piaget.
Beliau meneliti tentang perilaku manusia di dalam tahapan perkembangan, pembelajaran, pemahaman serta persepsi seorang manusia terhadap lingkungan sekitar.
Sebagai seorang psikolog yang hebat beliau mempelajari perkembangan perilaku pada anak-anak yang dikhususkan pada biologis yang menjurus kepada pemikiran dan pandangannya terhadap perkembangan psikologis dan kognitif dalam hal biologis. Serta dihubungkan dengan kedewasaan pada manusia.
Dalam sudut pandang ilmuan psikologi Jian Piaget mengenai pemikiran anak prasekolah mengatakan, seorang anak yang memasuki usia prasekolah tidak dapat berpikir sebagaimana sudut pandang orang dewasa.
Hal ini dikarenakan pola pikir anak-anak dengan orang dewasa memiliki berbedaan. sekitar 14 abad yang lalu seorang tokoh Ahmad dan ilmuwan Ibnu Abbas Ad- dunia,mengkaji dari pernyataan Rasulullah SAW, mengemukakan siapapun yang mengatakan kepada seorang anak “ini dia” dan kemudian ia tidak memberikan kepadanya maka akan dianggap oleh anak tersebut sebagai suatu hal kebohongan walaupun hal itu dimaksudkan dengan bercanda.
Dalam hal ini Rasulullah SAW mengatakan bahwa dunia anak-anak adalah dunia yang berbeda dan anak-anak tidak dapat melihat sesuai dengan sudut pandang kita sebagai seorang dewasa.
Dengan demikian makna dari yang beliau sampaikan adalah seseorang anak memiliki sebuah dunia atau pemahaman yang berbeda dengan kita sebagai seorang dewasa pada umumnya, sehingga pemahaman mereka dengan kita tidak dapat dipaksakan untuk sama.
Akan tetapi sejatinya anak-anak akan belajar untuk menangkap dan memahami suatu hal dari setiap aktivitas yang ia alami atau dapati.
Ketika ia mencoba memahami kegiatannya secara verbal maka mereka tidak akan dapat menangkapnya dengan maksimal, karena mereka belum mencapai tahap pemikiran seperti orang dewasa, sebaliknya mereka akan cenderung berpikir secara dangkal dan juga egois.
Dalam hal pola Berpikir Anak, Ilmuan Jian Piaget berpendapat bahwa pemikiran seorang anak tidaklah dapat disamakan sebagaimana sudut pandang kita sebagai orang dewasa.
Hal ini jelas menjadikan apa yang ditangkap dan dipahami oleh seorang anak tidaklah sama dengan apa yang ditangkap dan dipahami orang dewasa. Salah satu ciri yang membedakan cara berpikir anak pada tahap ini adalah ciri dari animisme yaitu mengaitkan kehidupan dengan benda mati.
Pada kenyataannya tahapan anak-anak akan selalu mempercayai setiap benda yang mati adalah memiliki roh dan juga jiwa. Sehingga adalah suatu hal yang wajar jika didalam tahapan ini seorang anak akan menghabiskan masa bermainnya dengan benda-benda mati, menyanyanginya layaknya teman, dan mengajaknya bicara seakan-akan dapat berbicara kepadanya.
Dalam hal ini juga bisa diketahui bahwa sebagian besar anak-anak yang tengah mengalami hal ini aka selalu melakukan aktivitasnya baik makan,belajar,bahkan tidur dengan benda-benda yang ia anggap hidup.
Justru bila salah satu aktivitasnya tidak ia lakukan dengan benda yang ia senangi akan menjadikan ia tidak bersemangat. Para ahli Psikologi membuktikan bahwa masa anak membutuhkan perhatian khusus.
Karena secara mengambil tindakan dan juga berperilaku seorang anak Belumlah matang dan masih minim didalam hal pengalaman, mereka masih membutuhkan bimbingan dan arahan didalam bertindak dan menentukan suatu hal, sehingga kita perlu berhati-hati di dalam berperilaku dan bersikap tegas pada anak-anak.
Seperti yang sering kita dengar bahwa seorang anak akan menirukan apa yang sering ia lihat. Tidak menutup kemungkinan hal tersebut adalah hal yang sering anak-anak lihat dari orang tua, saudara, guru, tema, ataupun lingkungan tempat ia tinggal.
Maka penting bagi kita untuk memberikan contoh berperilaku baik terhadap anak-anak, menyanggkut hal bahwa masa anak-anak adalah masa meniru dan pengingat yang baik.
Salah satu contoh kesalahan yang sering kita lakukan dan abaikan adalah, bermain dengan benda mati handphone.
Seringnya kita memperlihatkan aktivitas kita bermain handphone dihadapan anak-anak kita. Hal tersebut menjadikan muncul rasa untuk mekukan hal yang sama pada anak.
Sering kali kita jumpai banyak dari orang tua yang membiarkan anaknya bermain handphone tanpa adanya pengarahan dan pembatasan waktu, demi seorang anak tersebut merasa senang, nyaman atau mau melakukan hal yang kita inginkan sepertihalnya makan dan mandi, karena pada umunya anak-anak yang masih sangat belia akan mengalami penurunan nafsu makan dan sulit untuk dimintai mandi.
Mirisnya lagi terkadang hal tersebut sengaja dilakukan orang tua agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa harus mendangar anak-anak mereka merengek untuk meminta ditemani bermain. Hal seperti inlah yang seharusnya menjadi perhatian khusus bagi setiap orangtua mauapun calan orang tua.
Mengenai perkembangan seksual anak-anak. Dalam Islam, sebagai seorang muslim, kita telah memiliki seorang panutan didalam menjalankan seluruh syariat islam, yaitu Rasulullah. Didalam hal pendidikan beliau menekankan untuk kita sebagai seorang orang tua memisahkan tempat tidur setiap anak, yaitu antara anak laki-laki dan juga perempuan.
Hal ini adalah hal yang perlu dilakukan di saat mereka telah memasuki masa pubertas, yaitu mulai 9 tahun untuk anak Perempuan dan mulai 12 tahun pada anak laki-laki.
Beliau juga menekankan kepada kita untuk secara intensif memberikan perhatian pada masa perkembangan anak, memberikan pengarahan dan pembelajaran kepada anak untuk mempersiapkan masa pubertas mereka.
Karena masa pubertas adalah suatu masa dengan rasa kaingintahuan terhadap seks mulai muncul. Maka penting bagi kita untuk bertindak bijak didalam mendidik anak-anak demi mencegah suatu hal yang tidak diinginkan.
Dalam salah satu kasus yang memjadi bukti pentingnya pola asuh orantua didalam memisahkan tempat tidur anak adalah terjadi di kabupaten Rejong Lebong, Bengkulu dalam kasus ini menceritakan seorang adik (16) kakak (21) yang melakukan hubungan intim layaknya suami istri sebanyak 3 kali.
Bersumber dari Detik News menjelaskan bahwa dalam hubungan tersebut disebabkan karena tidak adanya pola asuh orang tua yang memisahkan kamar tidur bagi anak- anaknya, bahkan orang tua korban mengatakan bahwa didalam satu keluarga terbiasa tidur didalam satu ruangan yang sama tanpa adanya sekat.
Keluarga menyatakan bahwa anak Perempuan mereka telah mengalami hamil tiga kali dengan kehamilan yang pertama telah melahirkan 1 anak yang telah berumur 2 tahun, dan kehamialn yang ke dua dan ketiga mengalami keguguran.
Mirisnya lagi demi menutupi aib keluarga, orantua pelaku dan korban nekat menuduh tetangga mereka telah mengamili anak Perempuan meraka. Sekilas dalam cerita di atas menjelaskan begitu pentingnya penerapan didalam pola asuh anak yang telah Rasulullah SAW contohkan.
Perlu kita ingat Kembali segala yang telah Rasulullah SAW tetapkan dan contohkan kepada kita, umatnya adalah demi kebaikan kita didalam menjalani kehidupan. Karena sejatinya segala yang telah beliau contohkan dan tetapkan pastilah sudah dipertimbangankan dengan matang oleh beliau.
Lalu kita sebagai seorang orang tua hendaklah meneladani dan menerapkan segala hal yang telah beliau tetepkan kepada kita. Terbukti dengan keadaan dari zaman ke zaman tidaklah lagi aman dan mudah diatur. Maka dengan car meneladani ketetapan Rasulullah SAW adalah bentuk kita mengimani beliau dan bentuk jihat didalam menjalani ancaman kehidupan di akhir zaman ini.