Artikel

Cita-Cita Ekopolis Para Filsuf

4 Mins read

   

KULIAHALISLAM.COM – Sebenarnya
tidak hanya para filsuf, bahkan kita orang-orang al-fakir ini pun pastilah  menginginkannya juga. Hanya saja kita tidak tahu seperti apa dan bagaimana
ecopolis yang sebenarnya itu. Dan pastinya, konsep ecopolis bukanlah seperti
kawasan hunian
 premium yang berada di
pusat Kota Terpadu Citra Raya Tangerang yang
merupakan proyek joint venture antara Ciputra Group dan
Mitsui Fudosan Residential, pengembang ternama asal Jepang. 

Beberapa filsuf
barat menyadari bahwa peradaban barat yang dijadikan kiblat itu justru tidak
beradab. Sementara beberapa filsuf timur juga mengajak kita untuk  kembali kepda konsep ecopolis. Jadi seperti
apa sih sebenarnya konsep ecopolis yang dicita-citakan para filsuf itu?

Istilah ecopolis bisa kita temukan dalam teori perkembangan kota yang pernah ditulis
oleh Lewis Mumford dalam bukunya The Culture of Cities.
Baginya, jika teknologi tidak ditata, dan
manusia terus dimesinkan, maka perkembangan kota bisa diramal perkembangannya.
Mungkin bukan perkembangan, tetapi justru kemunduran dan kehancuran sebuah
peradaban. Seperti apa kemunduran sebuah kota menurut Mumford?

  1. Ecopolis, sebuah kota yang baru pertama kali berdiri, masih
    peduli dengan lingkungannya.
  2. Polis, sudah menjadi kawasan perkotaan
  3. Metropolis,
    kota besar metropolitan
  4. Megalopolis semakin besar tetapi tambah semrawut. makin sulit
    diatur. Sebuah ciri-ciri peradaban yang akan runtuh karena perkembangannya tak
    terkontrol.
  5. Tyrannopolis, kota lanjutan dari megalopolis, namun muncul
    seorang pejabat  pemimpin yang bekerja sama dengan korporat, kapitalis.
  6. Nekropolis, nekro = mayat, atau sebut saja runtuh. Bukan
    berarti kotanya hilang, namun karakter peradaban kotanya lah  yang hilang; malah seperti kumpulan
    kampung-kampung yang kacau. Hilang sisi humanisnya. 

Dalam bukunya The Myth of the Machine: Technics
and Human Development
, Mumford  menghubungkan antara manusia dengan
teknologi. Di sana dirinci secara kronologis seperti apa jadinya sebuah
peradaban kota bila penataan teknologi dilakukan oleh manusia yang tingkahnya
seperti mesin. Manusia yang
memiliki aturan ketat,
mendetail sehingga terjebak dalam struktur besar. Manusia-manusia ini
hanya bertindak/ bertugas untuk melayani. Hampir tidak ada lagi fungsi
kemanusiaannya. Bahkan tidak ada dimensi etik, yang ada hanyalah kepatuhan
total dan pelayanan total. Fenomena Karakter manusia seperti ini bisa kita
lihat, dimana sebegitu banyaknya manusia entah kenapa manut saja disuruh untuk
berperang, seperti mesin. Buktinya adalah terjadinya perang dunia.  Manusia yang terstrukturisasi seperti inilah
yang disebut Mumford sebagai megamesin.

Baca...  Kisah Ruknuddin Baybars, Sosok Yang Berjasa Atas Berakhirnya Perang Salib

Manusia
sebagai megamesin menciptakan teknologi hanya berlomba-lomba untuk kepentingan
ekonomis saja. Dimana Semua pengembangan produk pabrikannya memang sengaja
dibuat seminimal mungkin. Penemuan-penemuan dan
 
kemunculan benda inovatif yang sifatnya terus-menerus, konstan,
bervariasi dan versinya terus
update itu dipengaruhi oleh iklan.
Perusahaan-perusahaan
enggan
memproduksi barang yang sifatnya lasting-quality product. Contohnya  perangkat smartphone yang kita nikmati ini
dibuat versi variasinya sebanyak mungkin dan diproduksi setipa tahun. Semua
orang terlena pada pemasaran yang sebenarnya tidak sedikitpun memikirkan
ketersediaan sumber daya alam dan hanya demi kepuasan manusiawi saja.  Pengembangan teknologi yang didasarkan pada
iklan ini yang disebut dengan megateknik oleh Mumford.  Nah konsep megamesin dan megateknik inilah
yang akan menyebabkan Nekropolis nantinya.
Menerawang teori kehancuran
peradaban ini, akankah lokasi perumahan yang kita tinggali ini akan berakhir
seperti apa yang kita lihat dalam film-film fiksi ilmiah itu? naudzubillah…

Nah, untuk
menghindari kehancuran peradaban ini, Mumford mengusulkan konsep Bioteknik. Sebagai
lawan dari megateknik, teknologi yang dikembangkan manusia semestinya
memperhatikan alam, berusaha untuk
menyeselaraskan dengan peluang ketersediaan SDA kehidupan. Teknologi tidak bisa
dkerjakan atas dasar kepentingang keilmuan teknologi sendiri saja (monoteknik),
tetapi harus dikerjakan berdasarkan aspek lain yang berkaitan dengannya
(politeknik), seperti dengan alam dan dengan kemanusiaan. Adakah kampus
politeknik yang ada kini benar-benar menerapkan teknik  pemanfaatan teknologi  yang tidak menggerus  SDA dan SDM; sehingga tidak tersisa untuk
generasi anak cucu berikutnya?

Pembahasan tentang megamesin ini dilanjutkan dalam buku
volume keduanya, Pentagon of Power: The Myth of the Machine. Ketika
terjadi perkawinan mesra manusia  dengan
teknologi, dan mengkonsolidasi keduanya ke dalam sistem yang komprehensif yang
melibatkan pendidikan, militer, dan pemerintah, muncullah struktur-struktur Megamachine
yang saling mendominasi dan saling menghegemoni satu sama lain.  Dengan megateknik, sekelompok kaum serakah
ini berusaha mengendalikan kaum lainnya di atas dunia dan berusaha
bertindak  bagai dewa. Mereka sengaja
membawa kita ke gaya hidup modern untuk memperbudak kita. Gaya hidup manusia ‘zaman
now’  ini sebenarnya sedang  dibawah kontrol segolongan elit tertentu.
Kita sebut mereka sebagai  elit global
yang telah mengontrol kita dari segala lini kehidupan; mulai dari gaya hidup
hedonis, keyakinan agnostik bahkan ateis hingga sistem pemerintah dengan
politik demokratis-liberalis.

Baca...  Sejarah Samiri dan Samirah Dalam Islam dan Yahudi

 Hal ini disadari oleh Mahatma
Gandhi, filsuf kelahiran Gujarat, India. Untuk melepaskan diri dari perbudakan
tersebut, beliau mengusulkan projek desa mandiri yang disebut sebagai Gram Swaraj.
Program ini sebenarnya adalah respon penjajahan Inggris terhadap negaranya. Projek
ini sendiri mengedepankan konsep teknologi tepat guna.  Mengajak masyarakat mampu  memanfaatkan teknologi yang  senada dengan
konsep
bioteknik Mumford. Impiannya adalah menyelamatkan desa dari serbuan produk
asing. Sebuah panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang
ditimbulkan dari mendukung industri asing/ penjajah yang menghasilkan kemiskinan
dan berbahaya bagi para pekerja dan manusia serta makhluk-makhluk lain.

Tidak berbeda
dengan konsep Dynamics Equilibrium yang diusulkan oleh Mumford ataupun
program Gram swaraj-nya Gandhi, seorang filsuf Islam juga hadir mengajak
kita dari kehidupan perkotaan untuk kembali ke alam.  Tidak sekadar menyarankan pemanfaatan teknologi yang menghubungkan
konsep ideal-dialektis antara sumber daya dan kebutuhan,
projek  kampung muslim yang diajarkan  Imran Nazar Hosein juga bertujuan untuk
melepaskan umat muslim dari hegemoni dunia Peradaban barat yang diciptakan Ya’juj
Ma’juj
.  Lewat tafsir eskatologis
dari ayat-ayat Al-Qur’an, beliau meramalkan bahwa kemajuan barat yang dijadikan
kiblat saat ini adalah bentuk lain dari tafsiran hadist ‘matahari terbit dari
barat’ sebagai tanda akhir dunia. Beliau mengajak kita untuk kembali ke
pedesaan demi menyelamatkan diri dari perbudakan ekonomi. Kampung muslim yang
didirikan harus berdikari menciptakan pasar sendiri yang lepas dari sistem
moneter Internasional. Memiliki sistem pemerintahan sendiri yang berbasis
musyawarah. Demikianlah, konsep ecopolis yang diajukan oleh Imran, sebuah
masyarakat perkampungan yang madani karena masyarakatnya yang relijius. Dengan
basis Relijius inilah yang menjadi pondasi kuat terbentuknya peradaban paling
humanis. Sifat relijius disini tentu saja lepas dari karakter megamesin seperti
yang disampaikan Mumford. Masyarakat yang menerapkan bioteknik dan tidak
melakukan fasad di muka bumi.  Dimana
manusianya hidup dengan teknologi yang selaras dan berpadu dengan alam.

Baca...  Agama dan Ketertiban Sosial
2362 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…
Artikel

Konsultan Feasibility Study (FS) dan Jasa Pembuatan Feasibility Study: Panduan Lengkap

4 Mins read
Pendahuluan Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pengambilan keputusan yang tepat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan suatu proyek. Salah satu tahapan yang…
Artikel

Ajaran Berniaga dalam Islam di Era Digital: Memaksimalkan Potensi dengan Pasarino

1 Mins read
Dalam era digital yang semakin pesat, dunia bisnis mengalami transformasi yang signifikan. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights