Keislaman

Al Zahrawi, Sosok Dokter yang Memajukan Peradaban Islam

2 Mins read

Abū Al-Qāsim Khalaf Ibn ‘Abbās Al-Zahrāwī adalah seorang ulama dan dokter yang terkenal karena sumbangannya dalam bidang kedokteran yang memajukan peradaban Islam. Lahir pada tahun 326 H (936 M) di kota Az-Zahra, pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia. 

Karena lahir di Az-Zahra dan Andalusia, beliau mendapat julukan Al-Zahrāwī dan Al-Andalusī. Di samping itu, Al-Zahrāwī juga dikenal sebagai Abū Al-Jarāhah karena keahliannya dalam ilmu bedah yang diakui oleh bangsa Arab dan bangsa Eropa.

Pada masa abad pertengahan di Eropa, banyak ilmuwan yang mengeksplorasi bidang seperti filsafat, astronomi, seni, linguistik, atau pendidikan. Namun, Al-Zahrāwī memilih untuk menekuni studi dalam ilmu bedah. 

Sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk merawat korban perang dan kecelakaan pada masa pemerintahan Al-Hakam. Kontribusinya dalam ilmu bedah dan penemuan alat-alat bedah dianggap sebagai cahaya terang di tengah kegelapan abad pertengahan Eropa.

Al-Zahrāwī dikenal sebagai pelopor dalam bidang diagnosis penyakit (diagnoistie) dan metode penyembuhan penyakit telinga (the repeutic). Ia menjadi orang yang pertama kali melakukan pembedahan telinga dengan memperhatikan secara cermat anatomi syaraf, otot, dan pembuluh darah untuk memulihkan dan menjaga fungsi pendengaran. 

Al-Zahrāwī juga menemukan berbagai macam obat-obatan untuk bedah sesuai dengan berbagai macam tujuan bedah dan peralatannya, seperti gunting, pengikat, alat pelebar, kempa (apitan), dan baju pelindung dari besi dengan ukuran yang berbagai macam. Selain itu, ia juga dikenal karena kontribusinya dalam pengembangan ilmu penyakit kulit (dermafologi).

Kontribusi penting lain Al-Zahrāwī dalam dunia kedokteran adalah mengubah pandangan masyarakat terhadap pembedahan dari sesuatu yang sering dikaitkan dengan kepercayaan takhayul menjadi ilmu yang berbentuk ilmiah. Pada zaman tersebut, praktik pembedahan oleh tukang bekam, tukang cukur, dan bahkan dukun sering kali dipenuhi dengan unsur mistis yang tidak rasional. 

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Sesat Pikir Karena Asosiasi

Melihat fenomena tersebut, Al-Zahrāwī aktif memperkenalkan pendekatan ilmiah dalam praktIk bedahnya dan memberikan nasihat kepada para ahli bedah untuk terus berlatih sebelum melakukan praktik, guna menghindari kesalahan yang mungkin terjadi.

Al-Zahrāwī berhasil merumuskan dan menjelaskan prinsip-prinsip ilmu bedah dengan jelas dalam dua karyanya yang terkenal, yaitu A’mār al-‘Aqāqīr al-Mufradah wa al-Murakkab dan Al-Tashrīf Li Man ‘Ajiza ‘An Al-Talīf. Buku kedua Al-Zahrāwī ini dianggap sebagai karya terhebatnya yang memuat berbagai pengetahuan dan informasi dalam bidang kedokteran. 

Menurut Dr. Farīd Sāmī Haddād, karya Al-Zahrāwī yang berjudul Al-Tashrīf Li Man ‘Ajiza ‘An Al-Talīf adalah karya terbesar yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab dan memiliki banyak manfaat. Belum ada ahli medis yang mampu menyajikan ilmu kedokteran dan bedah sedetail dan selengkap Al-Zahrāwī.

Para ahli bedah di Eropa, termasuk dari Perancis dan Spanyol mengakui keahlian Al-Zahrāwī dalam merumuskan berbagai aspek ilmu bedah pada masa tersebut. Mereka juga menekankan bahwa buku Al-Zahrāwī bagian 30 yang diterjemahkan menjadi bahasa Latin adalah buku paling diminati dan populer pada zamannya. 

Buku ini dianggap sebagai buku paling terkemuka dalam literatur kedokteran dan bedah. Bahkan, seorang dokter dianggap tidak lagi memerlukan buku lain selain buku karya Al-Zahrāwī ini.

Buku Al-Tashrīf Li Man ‘Ajiza ‘An Al-Talīf tersebut menjadi sumber referensi yang praktis bagi dokter dan ahli bedah, sehingga dengan menggunakan satu buku ini saja mereka dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam bidang kedokteran. Buku ini terdiri dari 30 jilid, dimana setiap jilid terdiri dari serangkaian bab dan sub bab. Secara garis besar buku ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

  1. Bagian pertama membahas ilmu kedokteran dan anatomi (2 makalah)
  2. Bagian kedua membahas obat-obatan dan makanan (27 makalah)
  3. Bagian ketiga membahas pembedahan atau operasi (1 makalah)
Baca...  Eksistensi Tongkrongan Sebagai Ladang Dakwah

Sumber:

A. Khoirudin, T. Muhammad, M. Nidzom, I. Fadillah, and Arsandi, “Kontribusi Abu al-Qasim al-Zahrawi pada Ilmu Kedoktoran: Abu al-Qasim al-Zahrawi’s Contribution on Medical Science,” Bid. Kaji. Islam, vol. 7, no. 1, pp. 80–98, 2021.

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Jurusan Psikologi Islam.
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim dan Tindakan Tuhan Dalam Teologi Asy’ariyah

4 Mins read
Pada ngaji sebelumnya (episode 122/hal 316 edisi Darul Minhaj) dijelaskan bahwa salah satu klaim pandangan teologis keagamaan (akidah) Asy’ariyah mengenai tindakan-tindakan Tuhan…
Keislaman

Majaz fi al-Mufrad dalam Alqur'an Menurut kitab al-Itqan fi ‘ulum al-Qur’an karya Imam As-Suyuti

2 Mins read
Kajian mengenai majaz dalam Alqur’an merupakan salah satu cara untuk memahami kedalaman makna wahyu Ilahi. Salah satu bentuk majaz yang sering dibahas…
Keislaman

Memahami Alqur'an: Peran Terjemah, Tafsir, dan Takwil dalam Ajaran Islam

3 Mins read
Alqur’an, kitab suci umat Islam, memiliki posisi yang sangat sentral dalam kehidupan spiritual dan praktik keagamaan. Pemahaman terhadap Alqur’an menjadi salah satu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights