KeislamanSejarah

Sekte-sekte dalam Mazhab Syiah

8 Mins read

Sejalan dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan keadaan umat Islam lainnya, dalam Syiah berkembang berbagai pemikiran keislaman yang pada intinya berpusat pada tokoh-tokoh Ahlul Bait ( keluarga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam) seperti Ali bin Husein Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Zaid bin Ali dan Imam Ja’far as-Sadiq.

Pemikiran yang paling menonjol terletak pada persoalan Imamah atau kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam wafat.

Hampir semua sekte Syiah menekankan pentingnya kepemimpinan Ali bin Abi Tholib. Permasalahan Imamah inilah yang membedakan Syiah dari aliran-aliran Islam lainnya.

Dalam hal ini, golongan Syiah mengajukan berbagai alasan atas keyakinan mereka itu baik berupa alasan-alasan ‘aqliyyah (secara rasional) maupun alasan-alasan naqliyah (Al-Qur’an dan Hadis).

Permasalahan Imamah atau kepemimpinan juga menimbulkan perbedaan pandangan ataupun pendapat di kalangan Syiah sendiri sehingga memunculkan berbagai macam sekte.

Namun yang pasti semua sekte Syiah sepakat bahwa Imam Ali Bin Abi Thalib adalah Imam pertama kemudian disusul oleh Hasan bin Ali kemudian Husein bin Ali.

Dalam hal ini muncul dua kelompok dalam Syiah. Kelompok pertama meyakini Imamah beralih kepada Ali Bin Husein Zainal Abidin yaitu putra Husein bin Ali bin Abi Tholib sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa Imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiah, putra Ali Bin Abi Thalib dari istri bukan Fatimah az-zahra.

Akibat perbedaan antara kedua kelompok ini, muncullah berbagai sekte syiah di dalam Syiah itu sendiri. Sebagian diantara sekte-sekte ini sebetulnya tidak dapat disebut sebagai sekte atau aliran karena hanya merupakan pandangan seseorang atau sekelompok kecil saja. Tetapi pada umumnya ahli membagi sekte Syiah dalam 4 golongan besar yaitu Kaisaniyah, Zaidiah, Imamiyah, dan kaum Gulat.

Kaisaniyah

Golongan Kaisaniyah adalah sekte Syiah yang mempercayai kepemimpinan Muhammad bin Hanafiah setelah wafatnya Husein bin Ali. Nama Kaisaniyah  diambil dari nama seorang bekas budak Ali Bin Abi Thalib yaitu Kaisan atau dari nama Mukhtar bin Abi Ubaid yang juga dipanggil dengan nama Kaisan.

Sekte Kaisaniyah terpecah menjadi dua kelompok.Pertama, yang mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah sebenarnya tidak mati, tetapi hanya gaib dan akan kembali ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka menganggap bahwa, Muhammad bin Hanafiyah adalah Imam Mahdi yang dijanjikan itu.

Yang termasuk golongan Kaisaniyah diantaranya sekte Al-Karabiyah, pengikut Abi Karb ad-Darir. Kedua, kelompok yang mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah mati tetapi jabatan Imamah beralih kepada Abu Hasyim bin Muhammad bin Hanafiyah.

Yang termasuk kelompok ini adalah sekte Hasyimiah, pengikut Abi Hasyim. Sekte ini terpecah-pecah setelah meninggalnya Abi Hasyim. Menurut Ibnu Khaldun, di antara sekte Hasyimiyah yang pecah menjadi beberapa kelompok tersebut adalah para penguasa pertama Dinasti Abbasiyah yaitu Abu Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far al-Mansur.

Ibnu Khaldun selanjutnya menyatakan bahwa setelah meninggalnya Abi Hasyim, jabatan Imamah berpindah kepada Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, kemudian secara berturut-turut pindah kepada Ibrahim al-Imam, As-Saffah dan al-Mansur.

Sekte Kaisaniyah ini telah lama musnah. Namun kehebatan dan kebesaran nama Muhammad bin Hanafiyah masih dapat dijumpai dalam cerita-cerita rakyat, seperti yang terdapat dalam cerita rakyat Aceh dan Hikayat Melayu yang terkenal yaitu “Hikayat Muhammad Hanafiyah”. Hikayat ini telah dikenal di Malaka sejak abad ke-15 M.

Golongan Zaidiah

Zaidiah adalah sekte dalam Syiah yang mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali Bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Ali bin Husein bin Al Abidin seperti yang diakui sekte Imamiyah, karena menurut mereka Ali bin Husein Zainal Abidin dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin.

Baca...  Daulah Islamiyah dan Jejak Khulafur Rasyidin (2)

Dalam Zaidiah, seseorang baru dapat diangkat sebagai Imam apabila memenuhi syarat yaitu keturunan Fatimah binti Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, memiliki pengetahuan luas tentang agama Islam, zuhud, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata dan berani. Sekte ini mengakui keabsahan khalifah atau Imamah Abu Bakar As Siddiq dan Umar Bin Khattab.

Dalam teologi mereka disebutkan bahwa mereka tidak menolak prinsip Imamah al-mafdul ma’awujud al-afdal yaitu bahwa seseorang yang lebih rendah tingkat kemampuannya dibandingkan orang lain yang sezaman dengannya dapat menjadi imam atau pemimpin, sekalipun orang yang lebih tinggi dari dia itu masih ada.

Dalam hal ini, Ali Bin Abi Thalib dinilai lebih tinggi daripada Abu Bakar As Siddiq dan Umar Bin Khattab. Oleh karenanya, sekte ini dianggap sebagai sekte Syiah yang paling dekat dengan Ahlussunnah Wal Jamaah.

Dalam persoalan Imamah, sekte Zaidiah ini berbeda pendapat dengan sekte Isna ‘Asyariah atau Syiah Dua Belas yang menganggap bahwa jabatan Imamah harus dengan Nas. Menurut Zaidiah, Imamah tidak harus dengan Nas, tapi boleh dengan ikhtiar atau pemilihan. Dari segi teologi, penganut paham Zaidiah ini beraliran teologi Muktazilah.

Oleh karena itu, tidak heran kalau sebagian tokoh-tokoh Muktazilah terutama Muktazilah Baghdad berasal dari kelompok Zaidiah. Diantaranya adalah Qadi Abdul Jabbar, yang merupakan tokoh Muktazilah terkenal yang menulis Kitab Syarah al-Usul al-Khamsah. Hal ini bisa terjadi karena adanya hubungan yang dekat antara pendiri Muktazilah yaitu Wasin Bin Ata dan Imam Zaid bin Ali.

Akibatnya muncul kesan bawa ajaran ajaran Muktazilah berasal dari Syiah Zaidiah padahal Zaid bin Ali yang banyak terpengaruh oleh Wasil Bin Ata sehingga ia mempunyai pandangan yang dekat dengan sunnah.

Sekte-sekte yang berasal dari golongan Zaidiah yang muncul kemudian adalah Jarudiayah, Sulaimaniyah, dan Batriyah atau As-Salihiyah. Sekte Jarudiayah adalah pengikut Abi Jarud Ziyad Bin Abu Ziyad. Sekte ini menganggap bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah menentukan Ali Bin Abi Thalib sebagai pengganti atau Imam setelahnya akan tetapi penentuan tidak dalam bentuk yang tegas melainkan dengan isyarat atau dengan menyebutkan keunggulan Ali Bin Abi Thalib dibandingkan yang lainnya.

Sekte Sulaimaniyah adalah pengikut Sulaiman Bin Jarir. Sekte ini beranggapan bahwa masalah Imamah adalah urusan kaum Muslimin yaitu dengan sistem musyawarah sekalipun hanya oleh dua tokoh muslim. Bagi mereka, seorang Imam tidak harus melupakan yang terbaik di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, sekalipun yang layak jadi khalifah sesudah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah bin Abi Thalib akan tetapi kepemimpinan Abu Bakar dan Umar adalah sah.

Hanya dalam hal ini umat telah melakukan kesalahan karena tidak memilih Ali Bin Abi Thalib. Namun mereka tidak mengakui kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan karena menurut mereka Utsman bin Affan telah menyimpang dari ajaran Islam. Seket Sulaimaniyah ini juga disebut dengan sekte al-Jaririyah.

Sekte Batriyah atau as-Salihiyah adalah pengikut Kasir an-Nu’man al-Akhtar atau pengikut Hasan bin Sholeh al-Hayy. Pandangan mereka mengenai Imamah sama dengan pandangan sekte Sulaimaniyah. Hanya saja dalam masalah Utsman bin Affan, sekte ini tidak memberikan sikapnya.

Mereka berdiam diri atau tawaqquf. Menurut al-Baghdadi ( ahli Ushul Fiqih), sekte ini adalah sekte yang paling dekat dengan Ahlussunnah.Oleh karena itu, Imam Muslim meriwayatkan beberapa hadis dalam kitabnya Shahih Muslim dari Hasan bin Sholeh al-Hayy.

Baca...  Meminang dan Hukum Melihat Yang Akan di Pinang

Golongan Imamiyah

Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan Ali Bin Abi Thalib sebagai penggantinya dengan penunjukan yang jelas dan tegas, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq, Umar Bin Khattab setelah Utsman bin Affan. Bagi mereka, persoalan Imamah adalah salah satu persoalan pokok dalam agama Islam atau Ushuluddin.

Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang terbesar adalah golongan Isna ‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas. Golongan kedua terbesar adalah golongan Ismailiyah. Dalam sejarah Islam, kedua golongan sekte Imamiyah ini pernah memegang puncak kepemimpinan politik Islam.

Golongan Ismailiyah berkuasa di Mesir dan Baghdad. Di Mesir golongan Ismailiyah berkuasa melalui Dinasti Fatimiyah. Pada waktu yang sama golongan Isna ‘Asyariyah berkuasa dengan berdirinya Dinasti Buwaihi pada masa pemerintahan dan kekuasaan kekhalifahan Abbasiyah selama kurang lebih satu abad.

Semua golongan yang menang dengan nama Imamiyah ini sepakat bahwa Imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib. Kemudian secara berturut-turut Hasan, Husein, Ali Bin Husein, Muhammad Al Baqir, dan Ja’far as-Sadiq. Sesudah itu mereka berbeda pendapat mengenai siapa yang pengganti Imam Ja’far as-Shadiq.

Diantara mereka ada yang meyakini bahwa jabatan Imam tersebut pindah ke anaknya yaitu Musa al-Kazim. Keyakinan ini kemudian melahirkan sekte Isna ‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas.

Sementara yang lain meyakini bahwa Imamah pindah kepada putra Imam Ja’far as-Sadiq yaitu Isma’il bin Ja’far as-Sadiq, sekalipun dia telah meninggal dunia sebelum Ja’far as-Sadiq sendiri.

Sebagian lain menganggap bahwa jabatan Imamah berakhir dengan meninggalnya Ja’far as-Shadiq. Sekte Isna ‘Asyariyah merupakan sekte terbesar Syiah dewasa ini. Sekte ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menetapkan 12 orang Imam sebagai penerusnya yaitu Ali Bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali bin Husein Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far as-Shadiq, Musa al-Kazim, Ali ar-Rida, Muhammad al-Jawad, Ali al-Hadi, Hasan al-Askari, Muhammad al-Muntazar (al-Mahdi).

Golongan ini percaya bahwa ke-12 Imam tersebut adalah Maksum atau manusia yang suci yang terbebas dari dosa. Apa yang dilakukan mereka tidak bertentangan dengan kebenaran karena mereka selalu dijaga oleh Allah dari perbuatan yang salah dan bahkan dari kelupaan.

Menurut Syiah Dua Belas, jabatan Imamah berakhir pada Imam Muhammad Al-Mutazar bin Hasan al-Askari atau yang biasa dikenal dengan Imam Mahdi yang diyakini belum mati sampai saat ini.

Menurut mereka Imam Mahdi masih hidup tetapi tidak dapat dijangkau oleh umum dan menanti kehadirannya pada akhir zaman. Dengan kata lain, Imam Muhammad Al Muntazar adalah manusia yang gaib.

Menurut Syiah Dua Belas, selama dalam masa kegaiban Imam Mahdi, jabatan kepemimpinan umat baik dalam wawasan keagamaan maupun warisan kemasyarakatan dilimpahkan kepada fuqaha atau mujtahid ( ahli agama Islam yang telah mencapai tingkat ijtihad mutlak).

Fuqaha atau mujtahid ini harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, faqahah yaitu ahli dalam bidang keislaman. Kedua, ‘adalah (adil), Taqwa dan istiqomah ( konsisten) dalam menjalankan aturan-aturan Islam. Ketiga, kafa’ah yaitu memiliki kemampuan memimpin dengan baik. Mujtahid atau Faqih yang menggantikan jabatan Imam Mahdi itu disebut Na’ib al-Imam atau wakil Imam. Ayatullah Ruholah Khomeni, misalnya salah seorang Na’ib al-imam tersebut.

Sebagai sekte Syiah terbesar, kelompok Syiah Dua Belas sebenarnya bukan golongan Imamiyah atau golongan yang hanya memusatkan perhatian pada persoalan Imamah semata, tetapi juga merupakan golongan yang terlibat aktif dalam pemikiran-pemikiran keislaman lainnya seperti teologi, fiqih dan filsafat.

Baca...  Sumber Pengetahuan yang Sebenarnya

Dalam teologi dekat dengan golongan Muktazilah tetapi dalam persoalan-persoalan pokok agama mereka berbeda. Pokok-pokok agama menurut Syiah Dua Belas adalah at-Tauhid (Tauhid), al-‘adl (keadilan), an-Nubuwwah (wahyu, kenabian), al-imamah (kepemimpinan) dan al-ma’ad ( tempat kembali setelah meninggal).

Sementara itu, dalam bidang fiqih, mereka tidak terikat pada satu mazhab fiqih manapun. Menurut sekte ini, selama masa keagamaan Imam Mahdi urusan penetapan hukum Islam harus melalui ijtihad dengan berlandaskan pada Alquran, Hadis atas sunah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, hadits atau Sunnah Imam Dua Belas, Ijmak dan akal.

Sekte Ismailiyah, Sekte terbesar kedua dalam golongan Imamiyah adalah golongan yang mengakui bahwa Imam Ja’far as Sadiq telah menunjuk anaknya sebagai penggantinya setelah ia wafat. Akan tetapi, karena anaknya yang bernama Isma’il bin Ja’far terlebih dahulu meninggal maka penunjukan itu dimaksudkan kepada anaknya Isma’il yaitu Muhammad bin Isma’il.

Muhammad bin Isma’il lebih dikenal dengan sebutan Muhammad al-Maktum (Muhammad yang menyembunyikan diri). Golongan Ismailiyah berpendapat, selama seorang Imam belum mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendirikan kekuasaan maka Imam tersebut perlu menyembunyikan diri, kemudian setelah merasa kuat ia akan keluar dari persembunyiannya.

Selama masa persembunyiannya itu, sang Imam memerintahkan utusan utusannya untuk menggalang kekuatan. Oleh karena itu, beberapa Imam sesudah Muhammad al-Maktum selalu menyembunyikan diri sampai masa Abdullah Al Mahdi yang kemudian berhasil mendirikan dan menjadi khalifah pertama Dinasti Fatimiyah di Mesir. Imam yang menyembunyikan diri ini disebut al-Imam al-Maur.

Sebagian dari penganut sekte ini percaya bahwa sebenarnya Isma’il bin Ja’far meninggal dunia melainkan hanya gaib dan akan kembali lagi ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka disebut sebagai sekte As-Sab’iyah atau golongan yang mempercayai tujuh Imam. Untuk sekte ini, Imam terakhir adalah Isma’il bin Ja’far.

Golongan Ismailiyah sampai saat ini masih ada, namun jumlah mereka sedikit. Pengikut sekte ini terutama terdapat di India. Salah satu Imam sekte ini adalah Aga Khan.

Golongan Gulat

Kaum Gulat adalah golongan yang berlebih-lebihan dalam memuja Imam Ali Bin Abi Thalib atau imam-imam lain yang menganggap bahwa para imam tersebut bukan manusia biasa melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri. Menurut Al-Bagdadi, kaum Gulat telah ada sejak masa Ali Bin Abi Thalib.

Mereka memanggil Imam Ali dengan sebutan “anta, anta” yang artinya “engakau, engkau”. Yang dimaksud di sini adalah engkau adalah Tuhan. Menurut sejarawan al-Bagdadi, sebagian dari mereka sempat dibakar hidup-hidup oleh Ali Bin Abi Thalib. Tetapi pemimpin mereka yaitu Abdullah bin Saba hanya dibuang ke Madain.

Sebagian ulama berpendapat, kaum Gulat bukan masuk dalam kelompok Syiah karena mereka telah jauh menyimpang dari ajaran Islam terutama dalam masalah Tauhid. Di antara mereka ada yang menyalahkan atau bahkan mengutuk Ali Bin Abi Thalib karena tidak menuntut haknya dari penguasa yang telah merampas haknya sebagai pengganti atau khalifah sesudah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Hal ini justru berlawanan dengan ajaran Syiah karena inti ajaran Syiah justru memuliakan Ali Bin Abi Thalib.

Dalam Syiah sendiri, kaum Gulat dipandang sebagai kelompok yang sesat bahkan tidak diakui sebagai sekte Syiah. Kaum Gulat dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu As-Sabiyah dan golongan Al-Gurabiyah. Golongan As-Sabiyah berasal dari nama Abdullah bin Saba yang menganggap bahwa Ali Bin Abi Thalib adalah jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.

114 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
EsaiKeislaman

Pengaruh Ilmu Kalam Terhadap Radikalisme dan Sekularisme

2 Mins read
Bagaimana Ilmu Kalam Menghadapi Radikalisme dan Sekulerisme ? Radikalisme dan sekularisme adalah dua kutub ekstrem yang membahayakan keseimbangan sosial dan spiritual masyarakat….
Keislaman

Etika Komunikasi Qur'ani: Fondasi Harmoni Sosial

4 Mins read
Etika komunikasi adalah penerapan nilai-nilai moral dalam proses berkomunikasi agar tercipta hubungan yang saling menghormati, jujur, dan penuh tanggung jawab. Etika ini…
KeislamanTokoh

Al-Ya'qubi Bapak Geografi Islam

5 Mins read
Kuliahalislam.Al-Ya’qubi wafat di Mesir 284 H/897 Masehi. Ia merupakan seorang pengembara, sejarawan dan ahli geografi arab terkenal yang hidup di Baghdad pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Ilmu Kalam dalam Menghadapi Tantangan dan Kontribusi Radikalisme dan Sekularisme

Verified by MonsterInsights