Esai

Gesekan Awal Para Orientalis Mengenal Ketafsiran

3 Mins read

Pada pemikiran tafsir orientalis, saya merasa canggung, karena tidak pernah mengenal detail tentang para orientalis. Namun, membaca terkait pemikir non Muslim, saya pernah seperti pengarang “mu’jam mufahhras li alfadzil ahadis” karya dari seorang orientalis bernama A.J. Wensinck.

Historis perkembangan kajian orientalis dimulai pada abad-abad awal. Pada awal abad 14-15 universitas di Barat mengalami kemajuan yang ditandai dengan peristiwa “renaissance”. Hal ini menjadikan mereka terus berkembang dalam segala bidang.

Pada abad 15 terjadi peperangan besar yang mengakibatkan pertemuan ketiga agama samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Perang salib merupakan perang yang mempertemukan ketiganya di tanah suci Yesrussalam. Dengan meluapnya peristiwa tersebut, ada beberapa aspek/tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen dipertemukan salah satunya bidang agama.

Dialog agama antara ketiganya sangat kental. Hal ini dikarenakan mereka dalam kondisi berselisih, ingin menjatuhkan satu sama lainnya. Proses terjemahan buku-buku pengetahuan telah dilakukan orang-orang Barat paska perang salib.

Perselisihan menonjol terjadi karena pertemuan antara Kristen dan Islam, hal ini dikarenakan agama Islam dalam kitabnya, yaitu Alqur’an menyebutkan tentang konsep konsep teologi Kristen.

Berbeda dengan Yahudi, walaupun menyinggung Yahudi, tetapi tidak sampai mencela atau mengkritik, karena pada saat itu kaum Yahudi hidup di lingkungan Muslim dan mereka pun merasa nyaman tinggal di sana.

Kritik Kristen terhadap Islam mengkaji beberapa hal, yaitu: Alqur’an dalam penulisannya tidak sistematis, terkadang mengatakan ini namun selanjutnya berbeda tema dengan yang awal.

Kemudian pemikir Kristen mengkritik pembawa agama Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Mulai dari kepribadiannya, cara pergaulan (muamalah), bahkan kritikan tentang poligami yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Tokoh yang telah mengkritik figur Nabi adalah John of Damascus. Pada abad 15-17 dan dilanjut abad 18-sekarang menjadi titik awal pertentang umat Kristen terhadap Gereja-gereja. Kemudian diperkenalkan para tokoh orientalis dari mulai abad 9-18 M, diantaranya yaitu: John of Damascus (abad 8 M), Abu Nuh al-Anbari (abad 9 M), William (abad 17 M), Adrian Reland (abad 18 M), dan sebagainya.

Baca...  Menerapkan Etika Dalam Ibadah Sholat

Kritikan-kritikan terhadap ajaran Islam berlangsung pada abad-abad awal. Karel Steenbrink menulis buku khusus yang diberi judul ”the Jesus Verses of the Qur’an” menjelaskan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang Nabi Isa.

Beliau menggunakan tematik dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut. Banyak ayat Alqur’an yang menjelaskan tentang kekerasan dan terkadang diungkapkan dengan cara positif.

Persoalan ini oleh Karel Steenbrink dikatakan mirip dengan kitab Yoshua dan Hakim-hakim dalam perjanjian Lama Yahudi secara universal (Steenbrink, 2011, p. 138). Alqur’an juga membicarakan tentang Ezra dalam Q.S. 9: 30. Ayat tersebut menerangkan bahwa Ezra adalah anak Tuhan menurut Yahudi.

Akan tetapi, realitasnya tidak demikian, Yahudi tidak pernah memposisikan Ezra sebagai anak Tuhan ataupun sebagai Tuhan itu sendiri. Namun, dalam beberapa tradisi Yahudi seperti post-biblikal yang mengatakan bahwa Ezra digambarkan sebagai sosok mirip seperti Nabi Musa dan Ilyas (Steenbrink,
2011, pp. 142–143).

Historis ketika kemunduran Cordoba yang berada di Spanyol, masyarakat luar Spanyol mulai menjalin hubungan secara intensif antara mereka dan Muslim serta budayanya.

Para sarjana Barat mulai menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa Latin paska tertangkapnya Toledo pada tahun 1085 oleh pasukan Kristen, Uskup Agung Don Raymundo (1151), dan Benediktus Abbot dari Clunny Petrus (w. 1156) (Saeed, 2008, pp. 143–144).

Dari sini kita dapat melihat bagaimana proses untuk menjalin hubungan butuh peristiwa polemis sebagaimana yang telah terjadi di Spanyol. Namun, karena penerjemahan ini muncul ketika masa polemik terjadi menghakibatkan perselisihan antara Kristen dan Islam saling meruntuhkan satu sama lain, saling menunjukkan keunggulan agama masing-masing, sekaligus menangkal ketidakotentikan masing-masing ajaran agama mereka (Saeed, 2008, p. 144).

Terdapat gesekan antara tradisi Yahudi dan Islam sehingga memiliki persamaan dalam Alqur’an. Hal ini diungkapkan oleh Abraham Geiger yang menyatakan bahwa Islam telah meminjam tradisi Yahudi untuk perkembangan ajaran Nabi Muhammad.

Baca...  Tafsir Sosial: Batasan Toleransi Beragama Menurut Surat Al-Kafirun

Abraham juga memperlihatkan kesamaan-kesamaannya. Karena dia seorang rabi Yahudi yang memiliki kredibilitas keilmuan yang tinggi. Maka dia melihat ajaran Islam menggunakan sudut pandang atau paradigma kapasitasnya sebagai rabi Yahudi. Dia mengatakan “agama Yahudi adalah agama yang paling otentik, karena muncul sebelum Islam datang”.

Perkembangan khazanah Islam yang sangat luas untuk dikaji, entah seberapa waktu yang dapat dihabiskan hanya untuk melihat peradaban ilmu. Pada akhirnya, saya menyimpulkan tentang pemikiran tafsir orientalis bahwa kritikan yang diberikan oleh sarjana Barat telah memberikan sumbangsih khazanah keilmuan yang sangat besar bagi perkembangan Islam.

Tidak dapat dipungkuri bahwa mereka telah berjasa dalam mengembangkan bidang agama Islam, terutama bidang Alqur’an. Bagi orang-orang yang masih memiliki paradigma bahwa mereka (orientalis) adalah orang yang sengaja ingin menghancurkan Islam, saya harap agar terus belajar dan mengetahui secara pasti tujuan mereka dalam melakukan kajian tersebut saat ini secara objektif.

13 posts

About author
Dosen STAI Syubbanul Wathon Magelang
Articles
Related posts
Esai

Analisis Sejarah Metodologi Tafsir: Evolusi Interpretasi Al-Qur'an di Setiap Zaman

4 Mins read
Tafsir adalah ilmu yang membahas cara memahami dan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagai petunjuk hidup umat Islam, Al-Qur’an membutuhkan pemahaman yang mendalam…
Esai

Konsep Dasar Tafsir Sosial Kemasyarakatan Trend Poligami

3 Mins read
Konsep pernikahan yang secara umum dipahami sebagai penyatuan ikatan antara laki-laki dengan perempuan sebagai pasangan suami istri telah mengalami perkembangan dalam jumlah…
Esai

Tiga Patung Yesus di Tengah Lingkungan Muslim: Harmoni Tersembunyi di Desa Cumedak

3 Mins read
Tiga patung Yesus yang menghiasi Gereja Kristen Jawi Wetan di desa Cumedak, menjadi pemandangan langka yang menjadi ciri khas di wilayah tersebut,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanTafsir

Evolusi Metodologi Tafsir Al-Qur'an: Perubahan, Faktor, dan Konteks Sejarah

Verified by MonsterInsights