Keislaman

Mengenal Sekilas Apa Itu Kajian Living Qur’an

3 Mins read

Secara etimologi, living Qur’an merupakan gabungan dari dua kata, yakni living yang bermakna hidup dan Qur’an yang bermakna kitab suci umat Islam. Sedangkan secara terminologi, living Qur’an adalah teks Alqur’an yang hidup (dimeriahkan) di dalam masyarakat. Dalam dunia akademisi, living Qur’an merupakan studi tentang suatu fenomena yang berkaitan dengan kehadiran Alqur’an dalam suatu komunitas masyarakat tertentu yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Heddy Shri Ahimsa menyatakan bahwa living Qur’an memiliki tiga makna. Pertama, living Qur’an adalah sosok dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasari pada hadis riwayat Muslim nomor 746, yang menyatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah seperti Alqur’an. Kedua, living Qur’an mengacu pada orang-orang yang mengamalkan Alqur’an dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti membacanya, mengikuti perintahnya, dan menjauhi larangannya. Ketiga, living Qur’an bukan hanya memahami Alqur’an sebagai sebuah teks kitab, melainkan “kitab yang hidup,” yang dapat memberikan manfaat nyata kepada orang-orang.

Sejarah menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW sebenarnya pernah mengamalkan Alqur’an dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah rukiah atau mengobati diri sendiri maupun orang lain dengan membaca ayat-ayat tertentu dari Alqur’an. Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan bahwa Nabi SAW pernah membaca al-mu‘awwidhatayn atau surah al-Falaq dan al-Nas ketika sedang sakit (disihir). Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa sahabat juga pernah mengobati seseorang yang terkena sengatan kalajengking melalui bacaan surah al-Fatihah.

Interaksi dengan Alqur’an tidak hanya terbatas pada teks semata, buktinya adalah apa yang ditunjukan oleh dua riwayat di atas. Sebab, melihat isi surah al-Fatihah misalnya, tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menyembuhkan bekas sengatan kalajengking. Berangkat dari praktik yang sudah terjadi pada awal Islam inilah yang nantinya berkembang di masyarakat pemahaman atau praktik yang didasari pada fadilah ayat atau surah tertentu dalam Alqur’an, sebagai alternatif pengobatan, solusi ekonomi, dan lain sebagainya.

Baca...  Diskursus Penafsiran Ayat Pernikahan Beda Agama dalam Alqur'an

Living Qur’an adalah kajian yang berfokus terhadap aspek keagamaan (religious research), di mana individu atau komunitas masyarakat memahami Alqur’an bukan berdasarkan terjemahnya, melainkan melalui cara Alqur’an tersebut direspon dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan konteks budaya dan interaksi sosial. Dalam kajian ini, agama dilihat sebagai fenomena sosial, bukan sebagai doktrin.

Kajian living Qur’an tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran agama melalui Alqur’an atau menilai ‘amalan’ masyarakat tertentu. Sebaliknya, kajian ini lebih menekankan pada mengamati perilaku komunitas Muslim dalam hubungan sosial-keagamaannya. Dengan demikian, makna dan nilai yang melekat pada fenomena yang diteliti dapat ditemukan dengan mengidentifikasi komponen yang membentuk perilaku tersebut.

Lebih lanjut, terdapat tiga bentuk paradigma penelitian sosial-keagamaan. Pertama, paradigma posivistik, yang memahami fenomena sosial melalui sudut pandang objektif guna menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi, proses kejadian, hubungan setiap variabel, bentuk, dan polanya. Kedua, paradigma naturalistik, yang menekankan pada subjektivitas perilaku guna memahami makna dibalik perilaku, simbol, dan fenomena tersebut. Ketiga, paradigma rasionalistik, yang melihat realitas sosial berdasarkan pemahaman peneliti menggunakan teori yang sudah ada dan dihubungkan dengan pemahaman subjek yang diteliti.

Living Qur’an memiliki nilai dalam kehidupan umat Islam karena menekankan pentingnya menjadikan ajaran Alqur’an sebagai pedoman hidup yang nyata. Konsep ini tidak hanya mengajak untuk memahami Alqur’an secara tekstual saja, tetapi juga mengaplikasikannya dalam tindakan dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Ada beberapa nilai penting dari living Qur’an. Pertama, menghindari timbulnya vonis sepihak terhadap suatu tradisi, seperti bidah dan lainnya. Kedua, berpatisipasi dalam penelitian tentang Ilmu Alqur’an dan tafsir yang berfokus pada cara orang bertindak atau memandang Alqur’an. Selain itu, teori ini juga dapat digunakan untuk menemukan hubungan antara teks (Alqur’an atau hadis) yang menjadi dasar resepsi masyarakat terhadapnya. Ketiga, dapat digunakan sebagai sarana dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga meningkatkan apresiasi mereka terhadap Alqur’an.

Baca...  Tafsir Ijmali: Sebuah Pendekatan Hermeneutik dalam Memahami Al-Qur'an

Referensi:

Mazidah. “Implementasi Tradisi Pembacaan Surah al-Rahman di Pondok Pesantren al-Salam Naga Beralih Kabupaten Kampar.” Skripsi tidak diterbitkan. (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2020).

Fitrah Sugiarto, Ahlan, dan Nurwathani Janhari. Metodologi Penelitian Living Al-Qur’an dan Hadis. (Mataram: UIN Mataram Press, Desember 2023).

Al-Hajjaj b. Muslim. Sahih Muslim. (Riyad: Dar al-Hadarah al-Nashr wa al-Tawzi’, 2015).

Didi Junaedi. “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon).” Journal of Qur’an and Hadith Studies. Vol. 4 No. 2 (2015).

Ahmad Zainuddin dan Faiqotul Hikmah. “Tradisi Yasinan (Kajian Living Qur’an di Ponpes Ngalah Pasuruan).” MAFHUM: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 4 No. 1 (2019).

8 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Keislaman

Tariq Ramadan dan Gagasan Euro Islam: Menyatukan Islam dan Modernitas di Eropa

3 Mins read
Tariq Ramadan adalah salah satu intelektual muslim terkemuka yang mampu memadukan rasionalitas Barat dengan universalisme Islam. Sebagai muslim yang tinggal di Eropa,…
Keislaman

Interpretasi Konsep Istawa dalam QS. Thaha Perspektif Al Qurthubi dan Al Zamakhsyari

3 Mins read
Salah satu ayat yang menarik perhatian para ulama’, khususnya pada mazhab Mu’tazilah dan Sunni ketika memahami konsep ketuhanan, yakni pada QS. Thaha…
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim Keempat Akidah Asy’ariyah tentang Tindakan Tuhan

3 Mins read
Pada pengajian sebelumnya (episode 127 klaim ketiga) dikatakan bahwa tindakan-tindakan Tuhan menurut Asy’ariyah mampu (boleh) untuk memberikan penderitaan dan kesengsaraan kepada hewan-hewan,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Pentingnya Memahami Tindakan Tuhan agar Tak Sesat Pikir

Verified by MonsterInsights