Esai

Teologi Neo Al-Ma’un: “Manifestasi Muhammadiyah Menghadapi Kemiskinan”

2 Mins read

Sumber gambar : dokumen pribadi

KULIAHALISLAM.COM – Ada sejumlah Isu problematis yang santer terdengar belakangan ini dalam Kancah berislam di negeri majemuk ini, makin kesini makin buruk bagi ketahanan kohesi kebangsaan kita. Mempengaruhi kepada polarisasi konflik sektarian berwatak hegemoni antara si-kaya dan si-miskin yang tentu saja menimbulkan efek tidak kondusif dan produktif bagi kualitas bangsa kita di antara kemajuan zaman yang melesat begitu kencang ini.

Kita tahu bersama bahwa tujuan sebuah agama adalah untuk memenuhi hajat masyarakat luas. Misalnya, problem kemiskinan yang hampir merata disetiap lapisan masyarakat, problem ketidakadilan bagi setiap sektor kehidupan dan problem kebijakan politik yang timpang dan merugikan halayak ramai, ini merupakan siklus problem yang tidak bisa dipisahkan.

Dilihat dari perspektif di atas seharusnya Agama dapat menjadi penolong bagi kaum mustadh’afin, kaum yang lemah, tidak berdaya dan dapat menjadikan Agama sebagai rahmatan lil alamin, pengayom, penyelamat dan memberikan ketenangan kepada segenap masyarakat yang ada di sekitar pemeluk agama tersebut. 

Bukan malah sebaliknya, Abai terhadap problem kemiskinan dan penindasan yang kasatmata di hadapan mereka. Kaum agamawan yang celaka adalah mereka yang “menghalangi, menghambat” individu, kelompok, atau sistem yang berusaha memberikan bantuan pertolongan dan pemberdayakan kepada kaum miskin.

Oleh karena itu, perlawanan atas sistem yang rakus dan menindas hanya dapat muncul dari kesadaran beragama yang berpihak terhadap kaum duafa dan mustadh’afin sebagaimana tertuang dalam surat Al-Maun, dengan demikian Agama dapat memihak terhadap keadilan – hak setiap orang untuk hidup dan hak atas sarana-sarana kehidupan dan penghidupan. 

Siapa yang berjuang untuk mempertahankan kehidupan, memberikan bantuan karitas dan pemberdayaan kapasitas dan otoritas kepada kaum miskin, itulah dia yang “shalatnya menyelamatkan” kemanusiaan, Ia Mujahid anti kemiskinan dan pembela kaum miskin, Ia juga siap mati syahid dalam membela hak-hak kaum miskin dari para Begundal kapitalis neoliberalis dan kaki tangannya orang-orang jahil. (Zaqiyuddin Baidhawy, 2009 : 120)

Baca...  Hari Pahlawan: Jasa Tak Terlupakan

Teologi Al-Mu’min dalam Muhammadiyah

Sudah sama-sama kita ketahui, salah satu latarbelakang berdirinya organisasi Muhammadiyah adalah tentang surat Al-Ma’un ini. ketika itu KH Ahmad Dahlan mengajarkan Qur’an Surat al-Ma’un kepada para muridnya secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama, lalu salah satu murid bertanya mengapa Kyai tidak mengajarkan ilmu lain, karena mereka sudah berkali-kali mendapatkan pelajaran yang sama. 

Lalu disanalah terdapat pesan moral yang amat luar biasa dari seorang KH Ahmad Dahlan. Bahwa ibadah ritual tidak ada artinya jika pelakunya tidak melakukan amal sosial. Surat ini bahkan menyebut mereka yang mengabaikan anak yatim dan tak berusaha mengentaskan masyarakat dari kemiskinan sebagai ‘pendusta agama’

Manifestasi inilah yang kemudian diterjemahkan kedalam tiga pilar yang menjadi fokus besar Muhammadiyah, yaitu healing (pelayanan kesehatan), schooling (pendidikan), dan feeding (pelayanan sosial). Spirit pelayanan kemanusiaan yang dilakukan secara massif inilah yang diyakini mengapa gerakan itu terus hadir dan berusia lebih dari satu abad. 

Muhammadiyah pun memiliki banyak amal usaha di berbagai bidang di seluruh Indonesia bahkan kini menjangkau negara-negara lain di dunia. Penerjemahan itulah yang kemudian melahirkan lembaga pendidikan, kesehatan dan penyantunan orang miskin juga melakukan transformasi pemahaman keagamaan dari sekadar doktrin-doktrin sakral. (Andri 2018, 163).

Perkembang pesat Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LazisMu) bahkan dapat diterjemahkan sebagai internalisasi nilai-nilai Al-Mu’min. Para Amil merupakan para mujahid yang berupaya melakukan penerjemahan dalam bentuk penghimpunan dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf, kemudian disalurkan kepada masyarakat dengan berbagai layanan program yang sistematis dan terukur (Hendri 2020).

Dari Manifestasi surat Al-Ma’un ini lah Setidaknya hari ini Muhammadiyah memiliki 19.951 Sekolah, ada 102 Pesantren, 176 perguruan tinggi. Selain itu muhammadiyah juga memiliki amal usaha yang lain yaitu 457 Rumah Sakit, 635 Panti asuhan dan Panti jompo, 82 Rehabilitasi cacat, 71 Sekolah luar biasah (SLB), 13.000 Masjid dan musholah. 437 Baitul maal, 762 Bank Kredit Syari’ah. (“Lembaga pendidikan islam abad ke XX,” Jurnal Garuda Risdikti, No. 2 (Desember, 2015) hal. 238-239.)

Baca...  Potret Pembangunan Kota Bima Masa Kini


2554 posts

About author
Kuliah Al Islam - Mencerdaskan dan Mencerahkan
Articles
Related posts
Esai

Al-Qur'an Itu Up to Date: Memahami Keajaiban Kitab Suci yang Tak Lekang Oleh Zaman

5 Mins read
Diskursus tentang Al-Qur’an sebagai kitab suci yang relevan sepanjang zaman selalu menghadirkan pembahasan yang menarik dan mendalam. Banyak kalangan mempertanyakan bagaimana mungkin…
EsaiFilsafat

Hermeneutika Sebagai Filsafat Penafsiran di Era AI

2 Mins read
Dalam buku terbarunya yang berjudul Hermeneutika: Pengantar ringkas, Prof. Bambang Sugiharto–salah seorang filsuf terkemuka di Indonesia–mencoba menjelaskan urgensi hermeneutika sebagai bukan hanya…
Esai

Gelar Pahlawan

3 Mins read
Syahdan, Sokrates “tamat” di kursi pesakitan usai menenggak racun cemara sebagai hukuman karena telah dituduh telah “meracuni” akal anak-anak muda Athena. “Racun”…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights