Membangun masyarakat berkemajuan (Sumber gambar : ngopibareng.id) |
Oleh : Fitrah TA
KULIAHALISLAM.COM – Keluarga merupakan akar bagi terbentuknya masyarakat, bangsa dan bahkan sebuah peradaban. Kesinambungan dalam suatu masyarakat atau bangsa dapat mempengaruhi keseimbangan keluarga-keluarga yang menjadi anggotanya.
Jika keseimbangan keluarga di dalam sebuah masyarakat itu baik, akan baiklah masyarakat itu, sebaliknya jika keseimbangan masyarakat itu buruk, akan menjadi buruk pula masyarakat tersebut.
Dalam sebuah keluarga, pelajaran pertama yang diperoleh seorang manusia adalah mencintai, menghormati, mengabdi, menaruh kesetiaan dan taat, serta melaksanakan nilai-nilai moral.
Semuanya itu merupakan bunga-bunga yang mekar dari sebuah keluarga, dan yang akan memungkinkan manusia berjalan seiring dengan manusia-manusia lainnya di dalam jagat raya ini.(Ibnu Musthafa, 95-96)
Sejak zaman dahulu hingga sekarang, manusia memiliki fitrah (naluri-naluri) yang luhur. Pada dasarnya ia memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai, mengasihi dan dikasihi ,menghormati dan dihormati.
Dengan naluri-naluri itu, manusia dapat menjalin persaudaraan dan kebersamaan. Namun ketika keinginan luhur itu tertutup oleh hawa nafsu yang tak terkendali, tidak saling mencintai tetapi saling membenci.
Tidak saling, mengasihi tetapi saling mencurigai, sehingga kemudian memunculkan rasa permusuhan dan memecah belah keluarga dan antar masyarakat.
Islam adalah agama yang bergerak maju dan senantiasa membawa kemajuan. Untuk mengingatkan kaum muslim bahwa mereka harus selalu berada dalam pertumbuhan, perkembangan, dan evolusi dalam kerangka islam.
Alquran membandingkan umat Muhammad saw, sebagai benih yang disemaikan di bumi. Benih itu tumbuh dalam bentuk tunas yang kecil dan lemah, kemudian memperkuat dirinya dan kokoh pada batangnya.
Melalui tahap-tahap itulah, kemudian tumbuh berkembang dengan kecepatan dan kekuatan sedemikian rupa hingga penanamannya tercengang dan gembira atasnya.
Perkembangan adalah satu dari tujuan-tujuan yang di arahkan oleh Alquran. Alquran meletakkan dasar dari suatu masyarakat yang terus menerus dalam keadaan tumbuh, berkembang dan meluas.
Will Durant mengatakan bahwa, tidak ada suatu agama pun telah menyeru umatnya dengan kekuatan yang sedemikian besar sebagaimana yang telah dilakukan islam.
Sejarah kedatangan Islam menunjukkan betapa keras dan kuatnya Islam di dalam mengokohkan suatu masyarakat baru dan membuatnya maju.(Ibnu Musthafa, hal 149-150).
Adalah kewajiban bagi setiap warga masyarakat dan umat islam untuk mengamalkan dan menebarkan nilai-nilai atau ajaran luhur agama islam dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Juga belajar dan mendalami kembali nilai-nilai Islam, lalu kemudian di amalkan kepada masyarakat agar supaya masyarakat dan umat Islam dapat kembali bangkit, damai, sejahtera dan maju dalam mengarungi kehidupan dimasa kini dan masa depan.
Juga dapat bekerja keras, bersemangat dan berlomba-lomba dalam membangun kedamaian, keharmonisan dan kebaikan untuk keluarga dan masyarakat dan negara itu sendiri.
Oleh karena itulah maka, ditengah perkembangan zaman yang begitu cepat dan permasalahan kehidupan yang begitu kompleks dan arus perkembangan teknologi informasi yang membuat umat manusia tak mampu membendung bahkan lelah, lemah dan tidak mampu mengatasi setiap perubahan-perubahan zaman yang begitu cepat dan kompleks ini.
Dengan demikian, melihat perkembangan zaman yang cepat dan kompleks. Menjadi kewajiban setiap warga masyarakat dan umat islam khususnya keluarga untuk bertanggung jawab dan membina setiap anggota dan lingkungan sekitar agar tercipta lingkungan yang damai, harmonis dan kondusif.
Juga setiap masyarakat sadar dengan fungsi dan peran masing-masing dalam hidup berkeluarga dan masyarakat agar supaya menjamin keseimbangan dan kesejahteraan hidup bermasyarakat dan bernegara itu sendiri baik di masa kini dan masa depan.
Baik sangka kepada manusia dan kepada Tuhan, menghilangkan dendam dan kesumat. Lantaran baik sangka kita kepada tenteram hidup, dan hilanglah zalim sesama manusia, banyak perkara yang selesai dan tidak ada rancangan yang terbengkalai.
Hidup pun damai, orang yang sengsara tertolong. Terbujuk tangis orang yang kecewa. Terbimbing tangan orang yang jatuh. Itulah sifat yang menjadi kepala dari segala sifat baik di dalam diri manusia.(Buya Hamka Falsafah hHidup, 180).
Alangkah gembiranya, kalau manusia sudi sakit sesakit, susah sesusah. Karena kesusahan itu bisa dipikul bersama. Dibagi bagi sehingga ringan dadanya oleh yang menanggungnya. Bujukan kawan adalah obat yang paling manjur mengurangi kesusahan.(Buya Hamka, Falsafah Hidup, hal 202).
Penulis adalah Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Editor : Adis