Penulis: Hardianti, Mahasiswa IAIN Pontianak Kalbar
Berbicara mengenai modernisasi berarti kita seakan-akan melihat ke arah belakang, melihat apa yang pernah terjadi sehingga perubahan-perubahan di masa sekarang dapat terjadi. Modernisasi dapat dikatakan sebagai proses perubahan dari keadaan tradisional menuju pada perubahan yang lebih maju atau modern.
Pendidikan Alqur’an Hadis yang juga mengalami perubahan serta perkembangan, saat ini menjadi perbincangan yang hangat dan juga memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak diperhatikan oleh berbagai kalangan ilmuan.
Pendidikan Alqur’an dan Hadis di Timur Tengah memiliki sejarah yang cukup panjang dan juga sudah mengalami perubahan-perubahan, terutama pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun.
Terdapat juga beberapa tokoh seperti Jamal Al-Din Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha yang juga terlibat dalam gerakan modernisasi pendidikan Islam di Timur Tengah sejak abad ke-19.
Mesir dan Turki membantu modernisasi pendidikan Islam di Timur Tengah, gerakan ini bertujuan untuk menciptakan sikap modernitas yang terfokus pada kegunaan praktis dan hakikatnya mengandung kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan. (Habibi, 2018)
Terdapat dua wilayah muslim yang dijadikan sebagai studi kasus untuk melihat bagaimana modernisasi pendidikan Islam itu berlangsung. Mesir dan Turki dianggap representatif yang dijadikan sebagai pijakan untuk melihat modernisasi pendidikan di Timur Tengah.
Mesir telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembaruan dan juga modernisasi Islam di Timur Tengah. Turki yang pengaruhnya lebih relatif kecil, tetapi proyek sekularisasinya yang berlangsung sudah sejak 1924 bersamaan dengan pembekuan sistem khilafat Islamiyah memberikan sebuah wawasan lain tentang modernisasi dan respons muslim terhadap Barat.
Perlu diketahui lebih dari pada itu, tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi pendidikan Islam di negara-negara muslim merupakan gerakan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Modernisme Turki sepenuhnya telah berorientasi ke Barat.
Para pelopor modernisme Turki ini telah menjadikan Barat sebagai satu-satunya tolak ukur dan acuan kemajuan baginya. Ada gerakan Tanzimat (regulasi) pada abad ke-19, hingga sampailah pada gerakan-gerakan sebelumnya yaitu seperti Usmani Muda, Turki Muda, dan memuncak pada kemalisme, seluruhnya menempatkan Barat dengan keunggulan kebudayaan ilmu dan teknologi sebagai pedoman dalam rangka merealisasikan turki yang lebih modern dan maju.
Akan tetapi, modernisme Turki lebih dari sekadar adopsi ilmu dan teknologi. Turki mengambil strategi sekularisme dan menjadikannya sebagai ideologi negara, sebagai jalan menuju modern. Sekularisme Turki ini dikonsepsikan dan dijalankan oleh Mustafa Kamal, yaitu ia seorang pendiri Turki modern.
Maka dari itu, modernisme Turki ini sering kali diidentikkan dengan ideologi kemalisme. Kemalisme inilah yang menjadi pembeda antara modernisme Turki dengan modernisme yang berlangsung di negara-negara muslim lainnya. (Habibi, 2018)
Sekitar 150 tahun yang lalu, Islam mengalami perluasan wilayah sehingga terdapat banyak kota baru di wilayah Timur Tengah, salah satunya yaitu kota Basrah. Pada saat inilah yang mana kota Basrah ini memerlukan adanya tokoh yang dapat menyebarkan agama Islam terutama Alqur’an dan Hadis.
Dikatakan bahwa pada zaman nabi pun kota Basrah ini menjadi pusat rihlal para sahabat dan generasi penerus dalam melakukan penyebaran pendidikan Alqur’an dan Hadis hingga sampai dengan saat ini.
Pada abad ke-19 Islam sempat mengalami kemajuan dan kemunduran yang disebabkan oleh faktor internal dan juga faktor eksternal, yang mana hal ini diidentifikasikan oleh seorang pemikir yang berasal dari Mesir yaitu Muhammad Abduh.
Beliau mengatakan bahwa faktor eksternal berupa kolonialisme dan faktor internal berupa ajaran-ajaran sinkretis serta terdapat penyimpangan dari ajaran Islam yang otentik (ajaran syariat Islam yang benar). (Burhani, 2015)
Di Mesir pada abad ke-18 lembaga pendidikan yang pertama kali berdiri adalah Madrasah. Dengan kata lain madrasah ini disebut sebagai kuttab, yaitu kuttab sebagai tempat untuk anak-anak dalam menimba ilmu Alqur’an dan kitab-kitab sahih lainnya.
Pada umumnya kuttab ini berada di bawah pengawasan badan waqaf. Yang mana di Mesir pada abad saat itu pendidikan juga dapat berlangsung di masjid-masjid, hal ini terjadi karena Amr Ibn Ash telah mendirikan masjid pertama di Fusthath.
Misi masjid menjadi tempat berlangsungnya penyelenggaraan pengajaran pendidikan Islam masih terorganisir hingga sampai saat ini, walaupun tidak semua masjid yang ada di Mesir menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Islam.
Referensi
Habibi F. D. (2018). Modernisasi Pendidikan Islam di Timur Tengah (Studi Kawasan Mesir dan Turki). Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 4, No. 2, 32-39. Nurul A. (2022).
Kajian Hadis Di Kawasan Basrah: Sebuah Analisis Tentang Penyebaran Dan Perkembangan Hadis Di Basrah, Universum. Vol. 16, No. 2, 20. Burhani N. A. (2015).
Kitab Kuning dan Kitab Suci: Pengaruh Al-Jabiri Terhadap Pemikiran Keagamaan di NU dan Muhammadiyah. Masyarakat Indonesia, Vol. 41, No. 1, 30. Ihsan M. (2007).
Pendidikan Islam dan Modernitas di Timur Tengah: Studi Kasus Mesir. Jurnal Hunafa, Vol. 4, No. 2, 131.
Editor: Adis Setiawan