Esai

Refleksi Kini: Berkompetisi Dalam Berbuat Kebaikan

5 Mins read

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM – Islam merupakan sebuah agama yang diyakini oleh mayoritas umat manusia, telah menjadi jalan hidup yang mengayomi kebahagiaan hidup pemeluknya, baik semasa hidup maupun setelah hari berbangkit kelak. Islam memiliki fondasi utama yang relevan dan berperan memberi petunjuk ke jalan yang benar (shirat al-mustaim), yakni Al-Qur’an. Itu semua terbukti dari aktifitas manusia yang kerap melibatkan Al-Qur’an sebagai acuan hidup mulai dari perkara besar hingga problema kecil sekalipun. Sebaliknya, manusia yang mengabaikan perintah Al-Qur’an disinyalir akan lebih kurang beruntung dalam menjalankan dinamika sosial kehidupannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam berisikan firman Allah Swt. Selain nama Alquran, masih banyak nama lain, di antaranya al-Kitab, al-Furqan, al-Zikr, Hudanal-Syifa, terutama untuk kegelisahan hati, dan al-Mau’izah (nasehat). Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an terus dipelajari, sehingga tampak bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Selain itu, memahami Alquran dengan sepenuh hati diyakini mampu mengubah perilaku hidup manusia itu sendiri.

Dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa dulu kehidupan manusia adalah kesatuan yang 
tak terpisahkan dan hanya karena kecemburuan maka perselisihan
terus menerus terjadi. 
Di lain sisi, dengan pesatnya perkembangan penduduk serta pesatnya
perkembangan 
dalam masyarakat, muncul masalah-masalah baru yang membutuhkan
solusi untuk 
mengatasi situasi tersebut. Allah Swt mengutus Rasul yang berperan
sebagai pembawa 
kabar baik dan peringatan.8 Bersamaan dengan pengiriman Rasul juga diturunkan alKitab yang
berperan untuk menyelesaikan perselisihan dan mencari solusi atas berbagai 
masalah yang dihadapi manusia. Al-Qur’an berperan sebagai pedoman
bagi manusia
menuju jalan yang disenangi-Nya (hudan linnas) dan juga berperan
sebagai penemu jalan 
keluar dari kegelapan menuju alam terang. Pada kenyataannya,
fungsi ideal Al-Qur’an 
tidak langsung dapat diterapkan, tetapi harus membutuhkan
pertimbangan pemikiran 
serta analisis yang mendalam.

Allah
Ta’ala telah memberikan
berbagai
nikmat-Nya kepada semua
makhluk-Nya,
yang tentunya harus
disyukuri
dengan cara, yakni:
Pertama, seorang
hamba meyakini dalam hati bahwa
nikmat-nikmat
tersebut datangnya dari
Allah
semata, yang merupakan karunia-Nya
yang
diberikan kepada makhluk-Nya;
Kedua, mengucapkan rasa syukur kepadaNya melalui lisan-lisan dengan
cara memuji-Nya; dan
Ketiga, mempergunakannya sesuai
dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara
nikmat-nikmat
yang Allah swt.
berikan kepada makhluk-Nya adalah
harta benda
dan kesehatan bagi seluruh
anggota
badan, seperti lisan, tangan, kaki,
dan
lainnya.

Semua nikmat itu harus digunakan
untuk ketaatan kepada Allah,
Tuhan Sang
Pencipta segalanya. Dengan
cara
menginfakkan harta yang dimiliki
kepada
jalan kebenaran, membiasakan lisan 
untuk senantiasa berdzikir dan beristigfar kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa
sallam.
Dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan
ucapan yang baik, beramar
ma’ruf nahi
munkar dan sebagainya,
tentunya
akan mendapat ganjaran dari-Nya. 
Sebagai
seorang muslim, tentunya
harus tahu
tentang seberapa pentingnya
untuk
menjalani perintah-perintah Allah
dan
menjauhi larangan-Nya. Allah
menurunkan
ketentuan-Nya semata-mata
agar kita
seorang muslimin dapat hidup
dengan teratur.

Berkompetisi
dalam kebaikan itu sendiri
berarti apabila orang berbuat baik kepada siapapun, maka kita harus berbuat lebih baik lagi darinya. Pada dasarnya, berlomba dalam kebaikan berarti kita memperbanyak kebaikan kita dari orang lain. Tetapi hal yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain, terlebih lagi jika menghalalkan

segala cara agar dipandang oleh orang lain.

Baca...  Peranan Pemuda dalam Meraih Kemajuan Indonesia (III)

Berkompetisi
dalam kebaikan
termasuk
dalam ibadah, apabila berniat
positif
yang nantinya akan berdampak baik
juga
terhadap orang melakukannya. Oleh
karena itu,
berkompetisi dalam kebaikan
sama saja
seperti menimba pahala dalam
berbagai
kesempatan. Terlebih lagi jika
seseorang
melakukannya sesuai dengan
perintah
Allah. Contoh yang dapat diambil
adalah
berbuat baik terhadap sesama umat 
mencintai anak yatim, maupun menjalankan ibadah wajib dan sunnah-Nya.

Arti Kebaikan

Kebaikan berasal dari
kata baik, yang
artinya
elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak
ada
celanya dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), menguntungkan
(tentang
kedudukan dan sebagainya), berguna, manjur (tentang obat dan sebagainya),
tidak
jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan dan sebagainya), jujur, sembuh, pulih (tentang luka, barang yang rusak dan sebagainya), selamat, tidak kurang suatu apa), selayaknya, sepatutnya, (untuk menyatakan setuju), kebajikan. Kebaikan adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku (Depdiknas, 2008; 118- 119).

Kebaikan merupakan suatu
keadaan
dan perbuatan yang dapat diterima oleh masyarakat karena hal tersebut pantas diterima
secara kemanusiaan dan dapat
memberi
kenyamanan bagi mereka.
Pembahasan
tentang kebaikan tidak
dapat
dipisahkan dari lawan katanya yaitu
keburukan.
Untuk dapat dimengerti makna 
dari kebaikan maka perlu ada perbandingan sifat
sebaliknya. Oleh karena itu setiap membahas konsep kebaikan, maka dengan
sendirinya pasti terbahas juga makna keburukan. Berkaitan dengan itu, para ahli berusaha
menganalisis secara linguistik atas 
konsep baik dan konsep buruk.

Bahasa Arab konsep baik
itu adalah
diambil dari
istilah ‘al-khair’ yang berarti
kebaikan.
Kata ‘al-khair’ seakar dengan
kata
ikhtiar yang berarti memilih atau
kepemilihan.
Secara leksikal kata ‘al-khair’
yaitu
apa saja yang dipilih dan dikehendaki
oleh
manusia. Dengan demikian maka apa
saja
yang diinginkan oleh manusia adalah
baik.
Istilah lain kebaikan adalah sesuatu
atau
tindakan-tindakan yang berasal dari
pilihan
dan keinginan manusia (Fauziah,
2019;
77).

Baca...  Moderasi Beragama dalam Negara Multikultural

Mengutip Baruch Spinoza:
“seseorang tidak menginginkan sesuatu karena
diyakini
sebagai kebaikan, tetapi sebaliknya, sesuatu itu disebut baik karena
seseorang menginginkannya. Tentunya, segala sesuatu yang dibenci, dapat sebut
buruk”(Spinoza, 2006; 64). Pada kesempatan lain ia mengatakan: “mencari, menginginkan dan berusaha mendapatkan sesuatu bukan karena menganggapnya baik, tetapi sebaliknya, karena seseorang menginginkan, berusaha dan mencarinya, maka menyebut sesuatu itu baik (Spinoza, 2006; 64).”

Banyak dari filosof
muslim dan ahliahli bahasa muslim juga mendefinisikan
kebaikan sebagai sesuatu yang didambakan oleh semua orang (Spinoza, 2006; 65), atau sebagai sesuatu yang disukai oleh setiap manusia.
Definisi yang senada juga terdapat 
dalam sebagian karya Aristoteles dalam Nicomachean
Ethics, ia mengatakan: “Benar yang mereka katakan bahwa kebaikan
adalah segala sesuatu yang menarik dan disukai oleh setiap orang” (Spinoza, 2006; 65). Dari pemahaman tersebut
di atas
dapat dikatakan bahwa awalnya kata baik diletakkan pada arti keindahan yang dapat diketahui
melalui indera, lalu mereka 
menggeneralisasikan penggunannya pada keindahan-keindahan
spiritual (metafisis) 
dan moral.

1.     
Dalil Tentang Kompetisi Dalam Kebaikan

Al Qur’an pada Surah
al-Baqarah (2)
ayat 148, yang
berbunyi:
Artinya: “Bagi
setiap umat ada kiblat yang
dia
menghadap ke arahnya. Maka,
berlomba-lombalah
kamu dalam
berbagai
kebajikan. Di mana saja
kamu
berada, pasti Allah akan
mengumpulkan
kamu semuanya.
Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa
atas segala
sesuatu”.
Secara umum ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.

Pada ayat ini, Allah SWT.
Menerangkan
bahwa bagi setiap
pemeluk suatu agama
mempunyai
kiblatnya sendiri-sendiri, tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan
mereka untuk menghadap sesuai
dengan
keyakinan mereka, dan kaum
muslimin
mempunyai kiblat yang
ditetapkan
langsung oleh Allah SWT. Yaitu
Ka’bah. Dalam ayat tersebut juga, Allah SWT. selalu memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khoirot).

Baca...  Bagaimana Sebenarnya Karakteristik Islam Fundamentalis

Menghadap ke kiblat
(Ka’bah) harus
dipahami bahwa
umat Islam adalah satu.
Makna
dalam ayat ini yang dapat kita ambil
yaitu
hendaknya kita giat dalam bentuk
kebaikan.
Selain itu ayat ini juga
menjelaskan
bahwa Allah nantinya akan
mengumpulkan
semua manusia, dimanapun
dan
dari arah manapun mereka berada.
Tidak
ada seseorang pun yang luput dari
pengawasan
Allah SWT. Semua akan
diperlihatkan
seluruh amalnya baik itu amal
baik
maupun amal buruk dan semuanya
akan
mendapatkan balasan sesuai dengan
amalnya
masing-masing.

Bentuk
Berkompetisi Kebaikan
dalam
Sehari-Hari

Adapun
bentuk berkompetisi dalam
kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari di
antaranya:

a. Berlomba
membantu sesama saudara

Salah satu
berkompetisi dalam
melakukan
kebaikan yaitu membantu
sesama
saudara. Hal tersebut dilakukan
apabila
sesama saudara akan haus dari
pertolongan
manusia. Dan sesama manusia
harus
saling membantu supaya jika
mendapatkan
kesusahan akan dibantu juga
dengan
orang lain.

b. Berlomba
menghafal Al-Qur’an

Apabila ada
seorang Muslim untuk
melakukan
kebaikan seperti berlomba
menghafalkan
al-qur’an, pahala yang di
dapat akan
terus mengalir. Berlomba dalam
menghafalkan
al-qur’an banyak berbagai
macam
tantangan maupun ujian. Oleh
karena itu
umat muslim harus sabar dalam
menjalaninya.

c.
Istiqomah berpuasa

Dalam
melakukan lomba kebaikan
salah
satunya yaitu berlomba untuk
berpuasa.
Karena dalam hal berpuasa bisa
menahan
emosi diri dan mendapatkan
pahala yang
berlipat ganda. Orang yang
lomba untuk
berpuasa maka ketika berdoa
diterima
oleh Allah SWT.

d. Berlomba
dalam bersedekah

Ada pula
dalam berlomba-lomba
untuk
kebaikan dengan melakukan
bersedekah.
Sifat yang timbul karena peduli
terhadap
orang lain menjadikan orang untuk
selalu
bersedekah. Dalam bersedekah tidak
akan
mempersempit rezeki, melainkan akan
memperluas
harta.

e. Berlomba
untuk berakhlak mulia

Salah satu
untuk berkompetisi dalam
berbuat
kebaikan yaitu berakhlak mulia 
terhadap orang lain. Berakhlak mulia merupakan sifat terpuji yang ditanamkan dalam diri manusia. Dalam berakhlak mulia akan membawa hal dan dampak yang positif.

Sebuah amal
perbuatan dikatakan bermanfaat kebaikan jika di niati ikhlas
karena Allah, pengertian dari
berlomba-lomba
dalam kebaikan disini
adalah
berlomba dalam mencari kebaikan
yang
diridhai oleh Allah. Banyak ayat AlQur’an dan Hadis Nabi yang menjelaskan
tentang berkompetisi dalam kebaikan. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan berbuat kebaikan untuk bekal di hari akhir nanti.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights