(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam) |
KULIAHALISLAM.COM – Islam merupakan sebuah agama yang diyakini oleh mayoritas umat manusia, telah menjadi jalan hidup yang mengayomi kebahagiaan hidup pemeluknya, baik semasa hidup maupun setelah hari berbangkit kelak. Islam memiliki fondasi utama yang relevan dan berperan memberi petunjuk ke jalan yang benar (shirat al-mustaim), yakni Al-Qur’an. Itu semua terbukti dari aktifitas manusia yang kerap melibatkan Al-Qur’an sebagai acuan hidup mulai dari perkara besar hingga problema kecil sekalipun. Sebaliknya, manusia yang mengabaikan perintah Al-Qur’an disinyalir akan lebih kurang beruntung dalam menjalankan dinamika sosial kehidupannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam berisikan firman Allah Swt. Selain nama Alquran, masih banyak nama lain, di antaranya al-Kitab, al-Furqan, al-Zikr, Hudan, al-Syifa, terutama untuk kegelisahan hati, dan al-Mau’izah (nasehat). Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an terus dipelajari, sehingga tampak bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Selain itu, memahami Alquran dengan sepenuh hati diyakini mampu mengubah perilaku hidup manusia itu sendiri.
Al-Qur’an dijelaskan bahwa dulu kehidupan manusia adalah kesatuan yang tak terpisahkan dan hanya karena kecemburuan maka perselisihan
terus menerus terjadi. Di lain sisi, dengan pesatnya perkembangan penduduk serta pesatnya
perkembangan dalam masyarakat, muncul masalah-masalah baru yang membutuhkan
solusi untuk mengatasi situasi tersebut. Allah Swt mengutus Rasul yang berperan
sebagai pembawa kabar baik dan peringatan.8 Bersamaan dengan pengiriman Rasul juga diturunkan al–Kitab yang
berperan untuk menyelesaikan perselisihan dan mencari solusi atas berbagai masalah yang dihadapi manusia. Al-Qur’an berperan sebagai pedoman
bagi manusia menuju jalan yang disenangi-Nya (hudan linnas) dan juga berperan
sebagai penemu jalan keluar dari kegelapan menuju alam terang. Pada kenyataannya,
fungsi ideal Al-Qur’an tidak langsung dapat diterapkan, tetapi harus membutuhkan
pertimbangan pemikiran serta analisis yang mendalam.
Ta’ala telah memberikan berbagai
nikmat-Nya kepada semua makhluk-Nya,
yang tentunya harus disyukuri
dengan cara, yakni: Pertama, seorang
hamba meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat
tersebut datangnya dari Allah
semata, yang merupakan karunia-Nya yang
diberikan kepada makhluk-Nya; Kedua, mengucapkan rasa syukur kepadaNya melalui lisan-lisan dengan
cara memuji-Nya; dan Ketiga, mempergunakannya sesuai
dengan apa yang Allah kehendaki. Di antara
nikmat-nikmat yang Allah swt.
berikan kepada makhluk-Nya adalah harta benda
dan kesehatan bagi seluruh anggota
badan, seperti lisan, tangan, kaki, dan
lainnya.
untuk ketaatan kepada Allah, Tuhan Sang
Pencipta segalanya. Dengan cara
menginfakkan harta yang dimiliki kepada
jalan kebenaran, membiasakan lisan untuk senantiasa berdzikir dan beristigfar kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan
ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi
munkar dan sebagainya, tentunya
akan mendapat ganjaran dari-Nya. Sebagai
seorang muslim, tentunya harus tahu
tentang seberapa pentingnya untuk
menjalani perintah-perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Allah menurunkan
ketentuan-Nya semata-mata agar kita
seorang muslimin dapat hidup dengan teratur.
dalam kebaikan itu sendiri berarti apabila orang berbuat baik kepada siapapun, maka kita harus berbuat lebih baik lagi darinya. Pada dasarnya, berlomba dalam kebaikan berarti kita memperbanyak kebaikan kita dari orang lain. Tetapi hal yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain, terlebih lagi jika menghalalkan
dalam kebaikan termasuk
dalam ibadah, apabila berniat positif
yang nantinya akan berdampak baik juga
terhadap orang melakukannya. Oleh karena itu,
berkompetisi dalam kebaikan sama saja
seperti menimba pahala dalam berbagai
kesempatan. Terlebih lagi jika seseorang
melakukannya sesuai dengan perintah
Allah. Contoh yang dapat diambil adalah
berbuat baik terhadap sesama umat mencintai anak yatim, maupun menjalankan ibadah wajib dan sunnah-Nya.
Arti Kebaikan
Kebaikan berasal dari
kata baik, yang artinya
elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada
celanya dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), menguntungkan
(tentang kedudukan dan sebagainya), berguna, manjur (tentang obat dan sebagainya),
tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan dan sebagainya), jujur, sembuh, pulih (tentang luka, barang yang rusak dan sebagainya), selamat, tidak kurang suatu apa), selayaknya, sepatutnya, (untuk menyatakan setuju), kebajikan. Kebaikan adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku (Depdiknas, 2008; 118- 119).
keadaan dan perbuatan yang dapat diterima oleh masyarakat karena hal tersebut pantas diterima
secara kemanusiaan dan dapat memberi
kenyamanan bagi mereka. Pembahasan
tentang kebaikan tidak dapat
dipisahkan dari lawan katanya yaitu keburukan.
Untuk dapat dimengerti makna dari kebaikan maka perlu ada perbandingan sifat
sebaliknya. Oleh karena itu setiap membahas konsep kebaikan, maka dengan sendirinya pasti terbahas juga makna keburukan. Berkaitan dengan itu, para ahli berusaha
menganalisis secara linguistik atas konsep baik dan konsep buruk.
Bahasa Arab konsep baik
itu adalah diambil dari
istilah ‘al-khair’ yang berarti kebaikan.
Kata ‘al-khair’ seakar dengan kata
ikhtiar yang berarti memilih atau kepemilihan.
Secara leksikal kata ‘al-khair’ yaitu
apa saja yang dipilih dan dikehendaki oleh
manusia. Dengan demikian maka apa saja
yang diinginkan oleh manusia adalah baik.
Istilah lain kebaikan adalah sesuatu atau
tindakan-tindakan yang berasal dari pilihan
dan keinginan manusia (Fauziah, 2019;
77).
Mengutip Baruch Spinoza:
“seseorang tidak menginginkan sesuatu karena diyakini
sebagai kebaikan, tetapi sebaliknya, sesuatu itu disebut baik karena seseorang menginginkannya. Tentunya, segala sesuatu yang dibenci, dapat sebut buruk”(Spinoza, 2006; 64). Pada kesempatan lain ia mengatakan: “mencari, menginginkan dan berusaha mendapatkan sesuatu bukan karena menganggapnya baik, tetapi sebaliknya, karena seseorang menginginkan, berusaha dan mencarinya, maka menyebut sesuatu itu baik (Spinoza, 2006; 64).”
muslim dan ahliahli bahasa muslim juga mendefinisikan kebaikan sebagai sesuatu yang didambakan oleh semua orang (Spinoza, 2006; 65), atau sebagai sesuatu yang disukai oleh setiap manusia.
Definisi yang senada juga terdapat dalam sebagian karya Aristoteles dalam Nicomachean
Ethics, ia mengatakan: “Benar yang mereka katakan bahwa kebaikan adalah segala sesuatu yang menarik dan disukai oleh setiap orang” (Spinoza, 2006; 65). Dari pemahaman tersebut
di atas dapat dikatakan bahwa awalnya kata baik diletakkan pada arti keindahan yang dapat diketahui
melalui indera, lalu mereka menggeneralisasikan penggunannya pada keindahan-keindahan
spiritual (metafisis) dan moral.
1.
Dalil Tentang Kompetisi Dalam Kebaikan
Al Qur’an pada Surah
al-Baqarah (2) ayat 148, yang
berbunyi: Artinya: “Bagi
setiap umat ada kiblat yang dia
menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah
kamu dalam berbagai
kebajikan. Di mana saja kamu
berada, pasti Allah akan mengumpulkan
kamu semuanya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala
sesuatu”. Secara umum ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.
Pada ayat ini, Allah SWT.
Menerangkan bahwa bagi setiap
pemeluk suatu agama mempunyai
kiblatnya sendiri-sendiri, tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan
mereka untuk menghadap sesuai dengan
keyakinan mereka, dan kaum muslimin
mempunyai kiblat yang ditetapkan
langsung oleh Allah SWT. Yaitu Ka’bah. Dalam ayat tersebut juga, Allah SWT. selalu memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khoirot).
Menghadap ke kiblat
(Ka’bah) harus dipahami bahwa
umat Islam adalah satu. Makna
dalam ayat ini yang dapat kita ambil yaitu
hendaknya kita giat dalam bentuk kebaikan.
Selain itu ayat ini juga menjelaskan
bahwa Allah nantinya akan mengumpulkan
semua manusia, dimanapun dan
dari arah manapun mereka berada. Tidak
ada seseorang pun yang luput dari pengawasan
Allah SWT. Semua akan diperlihatkan
seluruh amalnya baik itu amal baik
maupun amal buruk dan semuanya akan
mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya
masing-masing.
Bentuk
Berkompetisi Kebaikan dalam
Sehari-Hari
Adapun
bentuk berkompetisi dalam kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari di antaranya:
a. Berlomba
membantu sesama saudara
Salah satu
berkompetisi dalam melakukan
kebaikan yaitu membantu sesama
saudara. Hal tersebut dilakukan apabila
sesama saudara akan haus dari pertolongan
manusia. Dan sesama manusia harus
saling membantu supaya jika mendapatkan
kesusahan akan dibantu juga dengan
orang lain.
b. Berlomba
menghafal Al-Qur’an
Apabila ada
seorang Muslim untuk melakukan
kebaikan seperti berlomba menghafalkan
al-qur’an, pahala yang di dapat akan
terus mengalir. Berlomba dalam menghafalkan
al-qur’an banyak berbagai macam
tantangan maupun ujian. Oleh karena itu
umat muslim harus sabar dalam menjalaninya.
c.
Istiqomah berpuasa
Dalam
melakukan lomba kebaikan salah
satunya yaitu berlomba untuk berpuasa.
Karena dalam hal berpuasa bisa menahan
emosi diri dan mendapatkan pahala yang
berlipat ganda. Orang yang lomba untuk
berpuasa maka ketika berdoa diterima
oleh Allah SWT.
d. Berlomba
dalam bersedekah
Ada pula
dalam berlomba-lomba untuk
kebaikan dengan melakukan bersedekah.
Sifat yang timbul karena peduli terhadap
orang lain menjadikan orang untuk selalu
bersedekah. Dalam bersedekah tidak akan
mempersempit rezeki, melainkan akan memperluas
harta.
e. Berlomba
untuk berakhlak mulia
untuk berkompetisi dalam berbuat
kebaikan yaitu berakhlak mulia terhadap orang lain. Berakhlak mulia merupakan sifat terpuji yang ditanamkan dalam diri manusia. Dalam berakhlak mulia akan membawa hal dan dampak yang positif.
Sebuah amal
perbuatan dikatakan bermanfaat kebaikan jika di niati ikhlas
karena Allah, pengertian dari berlomba-lomba
dalam kebaikan disini adalah
berlomba dalam mencari kebaikan yang
diridhai oleh Allah. Banyak ayat AlQur’an dan Hadis Nabi yang menjelaskan tentang berkompetisi dalam kebaikan. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan berbuat kebaikan untuk bekal di hari akhir nanti.