Keislaman

Munasabah QS. Maryam Ayat 23-26 dengan QS. Taha Ayat 1-5 Sebagai Pesan Healing Untuk Anak Muda

3 Mins read

Setiap orang pasti pernah berada pada fase di mana hidup terasa berat. Ada saat di mana semuanya menumpuk, pikiran penuh, dan hati rasanya sesak tanpa tahu harus bagaimana.

Tidak sedikit anak muda sering mengalami hal ini karena banyak tuntutan keluarga yang tidak berhenti, tekanan akademik, dan media sosial yang kadang membuat hidup terasa semakin berat untuk dijalani. Di tengah kondisi seperti itu, sebenarnya Al-Qur’an menyimpan banyak pesan yang bisa menenangkan hati, selama kita mau meluangkan sedikit waktu untuk memahami maknanya.

Salah satu kisah yang paling menyentuh tersimpan dalam Q.S Maryam (19): 23-26, ketika Maryam merasa ketakutan dan keputusasaan menjelang kelahiran Nabi Isa. Dalam keadaan penuh tekanan, Maryam bahkan sempat berharap Nabi Isa tidak pernah dilahirkan.

Namun, Allah menurunkan ketenangan, mengajarkan napas panjang, dan menunjukkan cara bertahan hidup pada saat yang sama. Pesan penghiburan muncul di awal QS. Taha (20): 1-5 yang menyatakan bahwa Al-Qur’an tidak diciptakan untuk membuat manusia susah, tetapi untuk menjadi cahaya yang meringankan.

Keterkaitan makna dari dua rangkaian ayat ini sebenarnya membawa pesan penghiburan yang sangat dalam. Ayat-ayat tersebut seakan mengingatkan kita bahwa seberat apapun hidup terasa, selalu ada tempat untuk beristirahat dan disembuhkan.

Melalui artikel ini, kita akan melihat bagaimana hubungan antara Surah Maryam dan Surah Taha yang bisa menjadi sumber kekuatan bagi anak muda di masa kini. Fase hidup yang melelahkan bukan berarti kita gagal, melainkan justru menjadi bagian yang wajar bagi manusia. Dan di balik semua itu, Allah selalu memberikan ruang tenang yang bisa memeluk hati kita di saat paling rapuh.

Allah berfirman QS. Maryam (19): 23-26 :

Baca...  Gus Ulil Ngaji Jawahirul Qur’an: Hermeneutika Ghazalia

فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا ۝٢٣فَنَادٰىهَا مِنْ تَحْتِهَآ اَلَّا تَحْزَنِيْ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا ۝٢٤وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّاۖ ۝٢٥فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًاۚ فَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّاۚ ۝٢٦

Artinya: Rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya) (23). Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu (24). Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu (25). Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini (26).

Allah berfirman QS. Taha (20): 1-5 :

طٰهٰۚ ۝١مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓىۙ ۝٢اِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰىۙ ۝٣تَنْزِيْلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْاَرْضَ وَالسَّمٰوٰتِ الْعُلٰىۗ ۝٤اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ۝٥

Ṭā Hā. (1). Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Nabi Muhammad) supaya engkau menjadi susah (2). (Kami tidak menurunkannya, kecuali sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (3). (Al-Qur’an) diturunkan dari (Allah) yang telah menciptakan bumi dan langit yang tinggi (4). (Dialah Allah) Yang Maha Pengasih (dan) berkuasa atas ʻArasy (5).

Ayat-ayat dalam Surah Maryam (19:23-26) menggambarkan kondisi emosional Maryam ketika menghadapi persalinan Nabi Isa. Di tengah rasa sakit, ketakutan, dan tekanan sosial yang besar, Maryam sampai berharap dirinya tidak pernah dilahirkan. Ini menunjukkan bahwa sosok yang begitu suci pun dapat berada pada titik paling rapuh dalam hidupnya.

Baca...  Kebijakan Nabi Muhammad Terhadap Bani Quraizah (1)

Namun pada saat itu pula, Allah menghadirkan pertolongan yang sangat lembut, seperti sumber air yang muncul tiba-tiba dan pohon kurma yang menjatuhkan buahnya. Pesannya jelas, bahwa kesedihan dan rasa lelah bukan tanda lemahnya iman, tetapi itu hak yang wajar bagi seorang manusia.

Justru ketika kita merasa sedang berada pada di titik paling rendah itulah cara Allah untuk memberi bantuan dengan rasa tenang. Para mufassir seperti Ibn Katsir dan Al-Qurthuby menjelaskan bahwa seluruh kejadian yang Maryam rasakan itu adalah cara Allah untuk menghibur Maryam agar ia merasa tenang secara fisik maupun batin.

Sementara itu, Surah Taha (20) :1-5 memberi penegasan bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan untuk membuat manusia menderita. Namun ayat ini hadir sebagai penenang, serta mengingatkan bahwa wahyu Allah merupakan cahaya yang dapat mengurangi beban hidup, bukan menambahnya. Apabila kita sedang merasa kewalahan oleh kerasnya tekanan hidup, ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah mengetahui kondisi batin manusia serta memberi petunjuk sebagai sumber ketenangan.

Hubungan antara kisah Maryam dan Surah Taha terletak pada pesan keringanan dan kelembutan ilahi. Surah Maryam menggambarkan keadaan tersulit dalam seorang hamba, ketika Maryam merasakan putus asa yang begitu dalam hingga berharap tidak pernah dilahirkan.

Hal ini menunjukkan bahkan sosok sesuci Maryam pun berada dalam kondisi mental dan emosional yang sangat berat pada titik ketika kesedihan, rasa takut, dan kesendirian bertempuk menjadi satu. Perasaan “capek banget sama hidup” bukan lagi hal asing bagi generasi saat ini.

Di sisi lain, Surah Taha menyampaikan bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan untuk memberatkan, melainkan untuk membawa ketenangan dan membuat hati terasa lebih lapang. Pesan ini seolah melengkapi kondisi seseorang ketika berada di titik terendah, Allah tidak meninggalkannya dalam kesedihan.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim Teologi Asy’ariyah Terhadap Tindakan Tuhan

Justru pada saat seperti itulah menjadi cara Allah untuk memberi ketenangan melalui wahyu, penguatan batin, dan kemudahan yang tidak disangka-sangka. Jadi kedua ayat ini saling berhubungan dalam satu pesan besar, yakni seberat apa pun beban yang dirasakan, Allah selalu menyediakan jalan untuk pulih dan menemukan kembali ketenangan.

Kisah Maryam dan Surah Taha memiliki kedekatan yang kuat dengan kehidupan anak muda saat ini. Banyak dari mereka yang lelah secara emosional, tertekan oleh berbagai masa depan. Kisah Maryam mengajarkan kita bahwa merasa rapuh itu wajar, bahkan sosok mulia sepertinya pernah berada pada titik terendah.

Surah Taha kemudian menegaskan bahwa Allah tidak ingin manusia hidup dalam kesempitan, dan Al-Qur’an hadir sebagai ketenangan, bukan beban. Pesan ini relevan bagi anak muda sebagai pengingat bahwa rasa lelah itu wajar, dan selalu ada ruang pulang kepada Allah untuk menenangkan hati.

Munasabah antara Surah Maryam dan Surah Taha menghadirkan pesan bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada kelembutan Allah. Maryam menunjukkan sisi manusiawi dari rasa takut dan putus asa, sementara Surah Taha menegaskan bahwa Allah tidak menurunkan Al-Qur’an untuk memberatkan. Keduannya memberi penguatan bahwa hidup mungkin melelahkan, tetapi Allah selalu menyiapkan jalan untuk pulih. Bagi anak muda, ayat-ayat ini menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masa sulit.

2 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Mengenal Mur'jiah Dalam Sejarah Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Murji’ah merupakan salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti tetapi Imam Syahrastani menyebutkan…
Keislaman

Adat Atau 'Urf Dalam Fiqih Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Adat (‘adah) secara bahasa berarti sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan berulang-ulang, sehingga dianggap baik dan diterima oleh jiwa dan akal sehat. Istilah…
Keislaman

Dua Ayat Satu Ruh, Membaca Al-Qur’an Bersama Al Razi

3 Mins read
Ada kata-kata dalam Al-Qur’an yang selalu terasa lebih dalam dari bahasa. Ruh adalah salah satunya. Ia sering disebut, tetapi jarang benar-benar dipahami….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanTafsir

Al-Tabarsi dan Konsep Taqiyah dalam Tafsir Majma‘ Al-Bayan: Analisis QS. Ali Imran Ayat 28

Verified by MonsterInsights