Kuliahalislam.Ibnu Qudamah merupakan seorang ulama kaum Muslimin. Nama aslinya ialah Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah bin Miqdam bin Nasr Al-Jamma’ili Ash-Shalihi Ad-Dimasyiqi Al-Hanbali. Sebagian sejarawan menyebutkan Ibnu Qudamah bersambung nasabnya hingga ke Khalifah Umar Bin Khattab Al-Qarsyi. Itulah sebabnya ada yang menambahkan Al-Qarsyi pada nama Ibnu Qudamah.
Al-Maqdisi dikaitkan pada nama keluarga besar Al-Maqadisiyah. Disebutkan seperti itu karena tempat tinggal mereka dekat dengan Baitul Maqdis. Al-Jamma’ili dikaitkan dengan nama desa tempat di mana dia dilahirkan yakni sebuah desa yang terletak di lereng gunung Naples bagian dari wilayah Palestina.
Nama Ash-Shalihi terkait dengan tempat tinggalnya bersama keluarga di dekat masjid Abu Shalih. Sementara itu Ad-Dimasyqi terkait dengan kewarganegaraannya Damaskus di mana ia menghabiskan sebagian besar usianya. Dia juga meninggal dunia di sana dan diberikan gelar Muwafiquddin. Dia juga dikenal dengan nama Abu Muhammad al-Maqdisi atau Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, Kendatipun demikian dua nama yang terakhir ini juga dipakai oleh ulama yang lain. Ayahnya adalah seorang ulama yang terkenal saleh. Dia mendidik kedua putranya dengan sangat baik yaitu Muhammad dan Abdullah.
Ibnu Qudamah menghabiskan waktu yang cukup lama dari hidupnya untuk menuntut ilmu pengetahuan. Dia dekat dengan para ulama guna menimba ilmu dari mereka sehingga dia berhasil mendapatkan banyak ilmu. Namanya bersinar cemerlang di kalangan para ulama. Akhirnya ia pun tumbuh menjadi seorang ulama terkemuka yang didatangi banyak orang untuk berguru kepadanya.
Ibnu Qudamah tidak hanya menekuni satu disiplin ilmu saja, melainkan berbagai disiplin ilmu. Dia banyak menulis tentang topik tafsir, topik hadits, topik tauhid, topik fiqih, topik ushul fiqih, topik sejarah, dan topik-topik lainnya. Jarang sekali ulama yang memiliki kapasitas dan ilmu sepertinya. Beragamnya ilmu yang dimiliki Ibnu Qudamah disebabkan beberapa faktor.
Barangkali faktor yang paling menonjol ialah banyaknya guru tempat ia menimba ilmu dari mereka. Di antara mereka ada yang ahli fikih, ada yang ahli hadis, ada yang ahli tafsir, ada yang sejarawan, dan ada pula yang ahli bahasa. Ini masih ditambah dengan faktor lingkungan di mana dia hidup adalah lingkungan ini yang sangat membantunya memperoleh berbagai disiplin ilmu. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Damaskus yang pada waktu itu merupakan gudangnya ulama dan penuntut ilmu.
Dia juga pernah tinggal lama di kota Baghdad yang merupakan pusat ibukota para ulama dan ilmu. Ini juga masih ditambah lagi dengan masa di mana Ibnu Qudamah hidup yakni dari tahun 541 sampai 620 H. Itu adalah masa keemasan keilmuan pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk dan Dinasti Ayyubi. Di samping itu semua, faktor lainnya adalah cita-cita Ibnu Qudamah sendiri yang memang sangat tinggi dan hasratnya yang cukup besar dalam menuntut ilmu serta kegigihannya untuk mendapatkan berbagai disiplin ilmu.
Salah satu ilmunya yang paling menonjol adalah ilmu fiqih dan kitabnya Al-Mughni yang hampir-hampir tidak ada duanya dalam kitab-kitab fiqih Islam yang memadukan ilmu dan fiqih dalam Islam, menyajikan dalil-dalil berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, mengemukakan tarjih atau upaya pengunggulan diantara dalil-dalil tersebut, dan membahas perbandingan di antara pendapat-pendapat untuk mencarikan titik temu atau persesuaian.
Semua itu merupakan bukti yang nyata atas keluasan wawasan pengetahuan penulisnya yang tampak menonjol dalam bidang ini. Sampai-sampai Syekh Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa ” Yang datang ke Syam selain Al-Auza’i, tidak ada satupun ulama Fiqih yang lebih hebat daripada Syekh Al-Muwafiq”. Kendatipun Ibnu Qudamah sangat menonjol dalam bidang fiqih, dia juga memiliki beberapa tulisan yang berbobot tentang ilmu aqidah atau tauhid, ilmu hadits dan ilmu-ilmu lainnya.
Perjuangan Ibnu Qudamah Melawan Pasukan Salib
Ibnu Qudamah termasuk seorang ulama yang sangat gigih menunaikan amar ma’ruf nahi mungkar. Dia sering menganjurkan kewajiban yang satu ini dan menganggapnya sebagai sesuatu yang hukumnya fardhu. Dia mengatakan : “Jika seseorang diundang mendatangi suatu acara walimah atau resepsi yang ada maksiatnya, seperti adanya musik dan sebagainya, sementara dia bisa mengingkari dan memberantas kemungkaran tersebut, maka dia wajib datang dan mengingkarinya seperti itu. Dengan demikian berarti dia telah melaksanakan kewajiban sekaligus yakni kewajiban memenuhi undangan saudara yang sesama muslim dan kewajiban menghilangkan kemungkaran. Jika ia merasa tidak sanggup mengingkarinya maka ia tidak boleh datang. Jika dia tidak tahu ada kemungkaran di acara tersebut sebelum dia datang dia harus berusaha menghilangkannya. Jika ia merasa dia tidak sanggup dia harus pulang”.
Tentang perjuangannya berjihad pada jalan Allah, hal itu dengan gamblang bisa disaksikan karena kapasitas Ibnu Qudamah bukan hanya sebagai ulama yang baik saja, melainkan ia juga termasuk pejuang pilihan. Dia berjuang dengan menggunakan lisannya dan penanya, sebagaimana dia juga berjuang dengan mempertaruhkan nyawanya dan menumpahkan darahnya.
Ia sering membicarakan tentang jihad. Bahkan dalam sebuah kitabnya secara khusus dia membuat pasal yang menerangkan tentang penting dan keutamaan jihad. Ibnu Qudamah tidak cukup hanya berbicara saja. Dia ikut andil berjihad melawan orang Kristen dalam Perang Salib di bawah Komando Panglima Sultan Salahuddin Al Ayyubi yang terus mengelorakan semangat jihad kaum muslimin melawan Salibis dan membersihkan bumi Palestina yang suci dari najis mereka.
Saudaranya, dan sebagian besar muridnya ikut bersama-sama dalam perang melawan pasukan salib. Mereka memiliki tenda khusus yang bisa mereka pindah-pindah bersama para pejuang lainnya. Dia memberi semangat kepada mereka untuk terus berjihad dan menemani mereka bersama di medan tempur. Dalam hal ini dia adalah seorang serdadu yang sangat pemberani. Tanpa rasa takut dia akan maju menentang pasukan musuh. Dalam perang di Palestina itulah lengannya terluka oleh senjata pasukan musuh.
Kedudukan Ibnu Qudamah dan Sanjungan Ulama Terhadapnya
Ibnu Qudamah menempati kedudukan yang terhormat di kalangan para ulama yang hidup pada zamannya. Ilmunya sangat menonjol sehingga dia mampu melakukan ijtihad dan dia dianggap sebagai seorang ulama terkemuka. Ibnul Hajib mengatakan bahwa ” Ibnu Qudamah adalah seorang Imam terkemuka dan sekaligus seorang Mufti umat. Secara khusus Allah memberinya anugerah yang banyak, perasaan yang peka dan ilmu yang sempurna. Di mana dan kapan saja ia terkenal. Ia berpegang menggunakan dalil naqli dan juga dalil akal. Dia orang yang sangat paham soal fatwa dan memiliki banyak tulisan. Majelis pengajiannya selalu dipenuhi oleh para ulama ahli fiqih dan para ulama ahli hadits”.
Ibnu Sholah berkata tentang Ibnu Qudamah ” Aku tidak pernah melihat orang seperti Syekh al-Muwafiq”. Ibnul Jauzi berkata ” beliau adalah seorang Imam dalam bidang tafsir, fiqih, hadis dan kesenian. Pada zamannya, selain Abu Umar saudaranya dan al-Ammad, tidak ada orang yang lebih zuhud dan lebih warak daripadanya. Sifatnya sangat malu. Ia adalah orang yang bersahaja, ramah dan rendah hati. Siapa yang melihat Ibnu Qudamah seolah-olah dia sedang melihat seorang sahabat nabi”.
Imam Adz-Dzahabi berkata ” Dia adalah guru yang menjadi tokoh teladan dan seorang ulama mujtahid yang bergelar Syekh Al-Islam, dia adalah ulama ternama milik penduduk Syam di zamannya”. Ibnu Katsir juga memujinya dan menyatakan ” beliau adalah seorang ulama yang hebat. Di zaman beliau, bahkan beberapa waktu sebelum zamannya tidak ada seorang ulama pun yang lebih menguasai ilmu fiqih seperti beliau. Dia sangat ahli dalam memberikan fatwa. Dia suka menganalisa tentang berbagai disiplin ilmu”.
Wasiat Ibnu Qudamah
Ibnu Qudamah menyatakan bahwa : “Segala puji bagi Allah yang memiliki Dzat yang mulia, anugerah yang agung dan karunia yang besar Semoga Allah selalu berkenan melimpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabatnya. Ibnu Qudamah berwasiat diantaranya adalah :
Pertama, ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa dunia ini adalah ladang akhirat, tempat berniaga untuk memperoleh keuntungan-keuntungannya, dan tempat mendapatkan bekal daripadanya serta barang-barang dagangan yang mendatangkan laba. Di dunia ini adalah orang terdahulu menaburkan benih kebajikan. Beruntunglah orang yang bertakwa orang yang jujur dan orang yang beramal. Sebaliknya merugilah orang yang malas.
Kedua, manfaatkan dengan baik, semoga Allah merahmatimu, hidupmu yang sangat berharga dan jagalah waktu-waktumu yang amat mahal. Ketahuilah masa hidupmu itu terbatas dan helaan Nafasmu juga terbatas. Setiap hela nafas akan mengurangi sisa usia yang sebenarnya amat singkat dan hanya sedikit. Setiap bagian daripadanya adalah laksana mutiara sangat mahal yang sama sekali tidak ada bandingnya. Sesungguhnya usia kehidupan yang hanya pendek ini akan menentukan kenikmatan yang kekal abadi atau siksa yang pedih.
Jika kamu membandingkan kehidupan di dunia ini dengan keabadian di akhirat nanti, kamu akan tahu bahwa setiap helaan nafas itu sebanding dengan lebih dari 1000 tahun di dalam kenikmatan kekal abadi yang tidak terbatas. Atau sebaliknya, dan kalau ini yang terjadi maka hal itu tidak ada nilainya sama sekali. Jangan kamu sia-siakan usiamu yang sangat berharga tanpa amal dan jangan biarkan dia berlalu begitu saja tanpa hasil. Sedapat-dapatnya setiap hela nafasmu harus kamu gunakan untuk melakukan ketaatan atau ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, kamu jangan menghina seorang muslim dan jangan sekali-sekali kamu merasa lebih baik darinya karena sesungguhnya hal itu dapat merusak amalmu.
Keempat, jagalah dari hal-hal yang dapat merusak amal kebajikan, supaya amalmu tidak batal dan usahamu tidak merugi. Akibatnya, kamu tidak memperoleh balasan pahala orang beramal, melainkan hanya sekedar memperoleh kesenangan orang yang malas. Jangan kamu campurkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Diantara riya’ yaitu beramal karena adanya pamrih ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Ini namanya syirik.
Kelima, di antara ujub yaitu beramal dengan mengagumi diri sendiri. Amal orang seperti ini hanya sia-sia belaka. Bahwa Allah mewahyukan kepada Nabi Musa Alaihissalam ” Wahai Musa, katakan kepada orang yang beramal karena ujub, kalian merugi !. Dan katakan kepada orang yang berdosa tetapi mau bertaubat dan menyesal, ” bergembiralah kalian”. Seorang ulama Salaf mengatakan bahwa ” Aku lebih suka tidur malam dalam keadaan menyesali kesalahanku daripada aku menunaikan salat malam tetapi dengan ujub”.
Keenam, Bergegaslah, Semoga Allah merahmatimu, sebelum terlambat. Gunakan Setiap helaian nafas yang sangat berharga. Tangisilah dosa-dosa yang telah kamu lakukan di masa lalu, karena satu tetes air mata yang keluar dari kelopak mata karena takut kepada Allah dapat memadamkan lautan neraka.
Wafatnya
Ia meninggal dunia pada hari Sabtu tepatnya pada hari raya Idul Fitri pada tahun 620 Hijriyah di kediamannya di Damaskus. Semua sumber sejarah sepakat bahwa dia memang meninggal pada tanggal dan tahun itu dalam usia kurang lebih 79 tahun.
Jenazahnya diusung untuk dimakamkan di lereng gunung Qasiyun.Manusia menyemut di sepanjang jalan-jalan yang menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir itu. Semoga Allah ta’ala berkenan melimpahkan balasan untuknya, mengampuninya dan kita semua dan mengumpulkan kita semua dalam golongan orang yang bertakwa.

