Sunan Kudus atau Ja’far Ash-Shadiq dikenal sebagai tokoh yang tegas dalam menegakkan syariat. Beliau adalah ulama yang menggunakan pendekatan kebudayaan dalam berdakwah kepada masyarakat khususnya di daerah kudus tanpa adanya kekerasan sebagaimana firman allah SWT yang berbunyi:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berdasarkan ayat tersebut, Sunan Kudus melakukan pendekatan ke masyarakat untuk mengetahui kondisi lingkungan dan memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat dan dalam dakwahnya, banyak menggunakan aspek seni dan budaya serta teknologi terapa yang bersifat praktis yang dibutuhkan masyarakat.
Menurut primbon milik Prof. K.H.R Moh. Adnan, Sunan Kudus dalam menjalankan dakwahnya, memberi pengajaran bimbingan dan keteladanan kepada masyarakat sebagai berikut:
“Kangjeng Susuhunan Kudus hamewahi dapuripun dadamel waos duwung sapanunggilanipun hutawi hamewahi parabotipun bekakangsing pande kaliyan kemasan saha hadamadel hangger-hanggeripun hingga pangadilan hukum hingkang kenging kalampahan hing titiyang Jawi.”
(Sunan Kudus menyepurnakan alat-alat pertukangan yang berguna untuk bekerja, membuat keris pustaka dan sejenisnya, menyempurnakan perkakas pande besi, menyempurnakan perkakas untuk tukang emas, menyusun peraturan perundang-undangan yang bisa diterapkan sebagai produk hukum di pengadilan.)
Namun, ada kisah legenda tentang pelarangan masyarakat untuk menyembelih dan memakan daging sapi oleh Sunan Kudus karena sapi adalah hewan yang dimuliakan dan dihormati oleh orang-orang yang beragama Hindu.
Jauh sebelum Islam, kota Kudus merupakan wilayah Majapahit. Maka tidak mengherankan, mayoritas masyarakat Kudus memeluk agama Hindu yang menyakini sapi sebagai hewan yang disucikan dewa.
Menurut Solichin Salam dalam buku Menara Kudus, sebuah cerita rakyat di Kudus menyebutkan bahwa masyarakat Kudus tidak pernah menyembelih sapi. Dahulu, ketika Sunan Kudus merasa dahaga, seorang pendeta Hindu menolongnya dengan memberikan air susu sapi.
Sebagai rasa terima kasih, Sunan Kudus melarang masyarakat Kudus menyembelih sapi. Mengutip dari buku berjudul Atlas Wali Songo halaman 343 dikisahkan Sunan Ampel melakukan perjalanan dakwahnya tersesat di daerah lembah berhutan-hutan dan kehilangan jalan.
Setelah berkeliling sampai sore, sunan Kudus mendengar suara lonceng yang ternyata berasal dari sekawanan sapi sedang berjalan. Lalu Sunan Kudus mengikuti sapi-sapi yang berjalan itu sampai ke sebuah desa.
Karena merasa berhutang budi kepada sapi-sapi itu, Sunan Kudus lalu memperingatkan kepada penduduk untuk tidak memakan daging sapi. Bahkan saat Idul Adha pun Sunan Kudus tidak menyembelih sapi melainkan kerbau.
Hingga saat ini, di daerah Kudus tidak ditemukan penduduk yang menjual makanan terbuat dari daging sapi dengan alasan tidak berani melanggar larangan Sunan Kudus.
Mengutip detikJateng (11/10/2022) Humas Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Denny Nur Hakim mengatakan masyarakat Kudus masih memegang teguh tradisi dari Sunan Kudus. Yaitu, mereka tidak menyembelih sapi.
Denny menjelaskan tradisi tidak menyembelih sapi ini merupakan strategi Sunan Kudus untuk menyebarkan agama Islam dan bentuk toleransi terhadap masyarakat yang beragama Hindu dan Budha.
Mahlail Syakur dalam Jurnal Pendidikan Karakter Dalam Larangan Menyembelih Sapi (Menelisik Filosofi Ajaran Sunan Kudus) menjelaskan bahwa metode dan strategi dakwah Sunan Kudus bertujuan mendidik masyarakat muslim agar memiliki karakter mulia dengan menghormati keyakinan umat hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci.
Larangan menyembelih sapi menjadi media pendidikan karakter yang efektif bagi masyarakat Kudus yang beragam, untuk menanamkan nilai-nilai toleransi.
Pelarangan kurban sapi oleh Sunan Kudus ingin mengajarkan penting pengajaran toleransi terhadap umat muslim untuk saling menghargai sesama umat beragama. Hingga saat ini, ajaran Sunan Kudus tersebut masih diterapkan oleh masyarakat Kudus walaupun seiring berjalan waktu, ajaran tersebut mulai luntur.