Tampilkan Keragaman Budaya Mulai Sejarah Pengantin Bekasri Hingga Joko Tingkir
KULIAHALISLAM.COM – Diwarnai penampilan unik dan menarik, ribuan warga tumplek blek dalam kemeriahan Megilan Karnaval (MegKarnaval) Lamongan dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI.
Tak hanya memadati area start dan finish di depan Pendopo Lokatantra Lamongan, antusiasme masyarakat juga memadati kanan kiri jalan yang dilalui peserta karnaval.
Diberangkatkan langsung Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dari depan Pendopo Lokatantra, Rabu (31/8/2022), karnaval yang kembali digelar setelah 2 tahun vakum akibat pandemi Covid-19 ini diikuti lebih dari 30 lembaga mulai tingkat SMP/Mts, SMA/SMK/MA, umum, BUMD serta perbankan di kota Lamongan
“Alhamdulillah setelah dua tahun vakum kita akan melaksanakan karnaval yang kita sebut MegKarnaval 2022. Untuk itu mari kita semarakkan acara ini dengan gegap gempita, riang gembira dan kita tunjukkan keragaman budaya dan keragaman aktivitas masyarakat Lamongan. Kita tunjukkan bahwa Lamongan benar-benar megilan,” tuturnya.
Dihadapan Pak Yes, para peserta Megkarnaval unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai atraksi mulai drumband, penampilan kostum hasil recycle plastik yang memukau, kesenian tari tradisional, reog, penampilan pesta petik laut khas pantura, upacara adat pengantin bekasri khas Lamongan selatan hingga sejarah Joko Tingkir beserta tarian kolosalnya.
Seperti persembahan dari SMP Negeri 2 Lamongan yang mengusung tradisi pesta petik laut dan larung ketupat yang biasanya diselenggarakan 7 hari setelah lebaran Idul Fitri oleh masyarakat pesisir utara Lamongan. Tradisi ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan YME atas segala karunia keindahan alam yang mempesona.
Tak hanya tradisi khas masyarakat pantura, SMPN 2 Lamongan juga menampilkan upacara adat pengantin bekasri dari budaya masyarakat Lamongan selatan. Bekasri sendiri berasal dari kata bek dan asri, dimana dalam proses upacara adatnya tidak dimiliki oleh pengantin di daerah lain.
Selain tradisi keragaman budaya, para peserta juga menampilkan legenda singo mengkok dan tari mayang madu sebagai media dakwah Sunan Drajat.
Selain tradisi keragaman budaya, para peserta juga menampilkan legenda singo mengkok dan tari mayang madu sebagai media dakwah Sunan Drajat seperti yang ditampilkan SMK Negeri 1 Lamongan. Dimana dalam penyebaran agama islam di Lamongan, Sunan Drajat menggunakan media seni salah satunya menggunakan simbol singo mengkok yang pada motif gamelan digunakan untuk mengiringi tembang. Sedangkan tari mayang madu adalah tarian islam yang diciptakan untuk mengenang jasa perjuangan Sunan Drajat. Sementara nama mayang mau sendiri diambil dari gelar “Sunan Mayang Madu” yang diberikan oleh Sultan Demak kepada Sunan Drajat.
Masih menyuguhkan sejarah di Lamongan, drama kolosal Jaka Tingkir (pendakwah dan penyebar Islam di Lamongan) lengkap dengan para prajurit turut dipersembahkan SMA Negeri 3 Lamongan. Ulama yang memiliki panggilan Mas Karebet saat masih kecil ini merupakan murid kesayangan Sunan Kalijaga, semenjak melepas masa bakti sebagai raja Kesultanan Pajang, Jaka Tingkir pergi ke sebuah kampung terpencil tepatnya di Desa Pringgoboyo Kecamatan Laren Lamongan untuk menyebarkan agama islam hingga wafatnya. (Fathan Faris Saputro)