Sumber gambar : Wikipedia Talbis Iblis Ibnul Jauzi |
KULIAHALISLAM.COM – Ibnu al-Jauzi, semoga Allah senantiasa merahmatinya, merupakan Ulama ahli di bidang fikih, sejarawan, mufasir, yang hidup pada tahun 1116-1201 Masehi di Kota Bagdad (Irak). Talbis Iblis merupakan perangkap dan tipu muslihat Iblis dalam menjerumuskan manusia ke dalam sebuah jurang kehancuran.
Ibnu al-Jauzi menyatakan bahwa Iblis melancarkan talbisnya kepada para pemimpin dan penguasa melalui berbagai sisi.
Pertama, Iblis memperlihatkan kepada mereka bahwasanya Allah mencintai mereka. Karena jika tidak maka tentu Iblis tidak menjadikan mereka penguasa. Menyingkap talbis ini adalah dengan menasihati para penguasa agar tetap berada dalam jalan yang diridai Allah. Dengan demikian pasti Allah akan mencintai mereka yang menaati-Nya.
Kedua, Iblis berbisik kepada mereka “Kekuasaan itu butuh akan wibawa”. Maka mereka menyombongkan diri agar ditakuti dengan tidak mau mencari ilmu serta tidak bersedia bergaul dengan Ulama, sampai mereka mengamalkan pendapat pribadi sehingga mereka merusak agama.
Ketiga, Iblis telah membuat mereka takut kepada musuh.
Keempat, Iblis membuat mereka mempekerjakan orang-orang yang tidak cakap, tidak berilmu dan tidak bertakwa, hingga orang lain mendoakan keburukan terhadap mereka, karena mereka melakukan aniaya terhadap masyarakat. Mereka memberi makanan pegawainya makanan haram.
Kelima, Iblis menjadikan penguasa memandang baik kebijakan yang sudah diputuskan atas dasar akal semata. Iblis mengelabui mereka sehingga mereka mengatakan syariat Islam punya kekurangan, lalu mereka menyempurnakannya dengan potensi akal semata.
Keenam, Iblis menjadikan penguasa memandang baik dalam penggunaan harta secara boros. Mereka menganggap bahwa harta itu boleh dikuasai sendiri.
Ketujuh, Iblis membuat mereka menganggap baik meremehkan kemaksiatan. Iblis menipu para penguasa itu dengan membisikan “Kalian lagi menjaga dan mengamankan negara, maka semua itu akan menolak azab atas kalian”,
Kedelapan, Iblis menipu kebanyakan penguasa dengan membisikan bahwa dia sudah melaksanakan kewajiban. Indikatornya adalah keadaan hidup rakyat terlihat baik. Seandainya bersangkutan melihat lebih dalam maka dia mendapati perbedaan realitas yang banyak.
Kesembilan, Iblis menjadikan mereka terus berbuat dosa namun menganggap baik mengunjungi orang saleh dan meminta doa mereka. Iblis menipu mereka sehingga beranggapan bahwa kunjungan itu dapat menghapuskan dosa.
Kesepuluh, di antara para penguasa ada yang menjadi bawahan penguasa lainnya, lalu sang atasan memerintahkan bawahan agar berbuat zalim. Malik bin Dinar berkata “Cukuplah seseorang itu dianggap pengkhianat manakala ia menjadi kepercayaan para penguasa yang mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya.”
Demikian sepuluh talbis iblis kepada para penguasa menurut Ibnu al-Jauzi. Oleh karena itu masyarakat yang memilih pemimpin dan penguasa hendaklah memilih yang benar-benar bertakwa.
Salah memilih pemimpin atau penguasa akan menyebabkan yang dipimpin akan mengalami kebinasaan. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa pemimpin itu adalah cerminan dari rakyatnya jika rakyatnya buruk maka Allah akan memberikan pemimpin yang buruk pula sedangkan jika rakyatnya menaati perintah Allah, menegakan amar ma’ruf nahi mungkar maka Allah akan menganugerahkan penguasa yang berjiwa Islam seperti Khulafa Ar Rasyidin kepada mereka.
Jika penguasa yang dipilih rakyat ternyata terkena talbis Iblis yang dampaknya terjadi kemungkaran, kesengsaraan rakyat, kemaksiatan merajalela, kebijakan suka-suka penguasa maka rakyat khususnya para Ulama dan Intelektual muslim seharusnya menjadi terdepan meluruskan dan menasehati penguasa karena jika tidak Allah akan memberikan azab kepada negeri itu.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar semoga Allah senantiasa merahmatinya, sebagaimana yang dikutip Hartono Ahmad Jaiz dalam suatu bukunya “Hendaklah kalian memerintahkan untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka (penguasa dan pemimpin) melakukan kemungkaran, kalau tidak Allah akan memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang paling jahat di antara kalian untuk menindas kalian dengan berbagai macam siksaan yang buruk, kemudian orang yang paling baik di antara kalian berdoa tetapi doanya tidak ditangggapi Allah”.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari penguasa dan pemimpin yang terkena talbis Iblis dan menjadikan kita senantiasa beramar ma’ruf nahi mungkar khususnya terhadap penguasa dan pemimpin, Amin. Tulisan ini tidak bermaksud menyingung pihak manapun namun menjadi pengingat dan saling mengingatkan tentang talbis iblis sehingga kita mewaspadainya.
Penulis: Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia STH-YNI Pematangsiantar, Sumatera Utara.)
Editor : Adis