Penulis: Muhammad Fakhrur Rodzi, S.IP*
KULIAHALISLAM.COM – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi gerakan mahasiswa Islam sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan.
IMM berdiri di Yogyakarta, tanggal 14 Maret 1964 M / 29 Syawal 1384 H dengan mengusung slogan “Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual.” IMM dilahirkannya dengan tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Tujuan ini termanifestasikan melalui tri kompetensi dasar IMM yaitu religiusitas, intelektualitas, dan humanitas sebagai satu kesatuan yang utuh.
IMM sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kader-kader akademis Muhmmadiyah masa depan. Posisi ini meniscayakan IMM untuk selalu melakukan reorientasi dan penajaman visi, misi, peran, agenda, strategi, metode serta teknik gerakan.
Dalam arti lain, IMM perlu melakukan penguatan gerakan, baik dari segi landasan pemikiran maupun program aksinya. Selain itu, IMM sebagai bagian dari generasi muda Islam perlu mengambil peran lebih besar dalam gerakan kultural partisipatoris yang selalu terlibat dengan secara intensif dalam mengambil peran-peran sosial, baik di wilayah infrastruktur maupun suprastruktur dan dituntut untuk memiliki kemampuan yang tepat dalam memberikan jawaban terhadap dinamika bangsa Indonesia dalam berbagai sektor (ekonomi, politik, sosial, hankam, hukum, kemasyarakatan, dan lingkungan).
Sebagai organisasi Islam yang menaungi pemuda Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan tongkat estafet perjuangan anak muda dalam memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara. Dinamika yang dihadapi oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah banyak mengalami pergeseran sesuai dengan zaman maupun regenerasi kepemimpinan pada setiap saat masanya.
Dalam konteks kemahasiswaan ikatan Muhammadiyah hadir sebagai pemecah problematika sosial dan tantangan zaman kehidupan yang bergerak dalam merana kemahasiswaan keagamaan dan yang lebih utama dalam kalangan akademisi dan Sentral yang dimiliki oleh mahasiswa Muhammadiyah adalah berkaitan dengan intelektualitas.
Ranah dan gerakan mahasiswa Muhammadiyah fokus untuk mengawal isu sosial masyarakat yang berkembang untuk dilakukan advokasi perjuangan dan lain sebagainya. Mahasiswa ikatan Muhammadiyah sebagai representasi kepanjangan dari perjuangan Muhammadiyah sudah saatnya melakukan lompatan lebih jauh untuk menjemput dan menjawab tantangan dari rintangan zaman terutama dalam hal persoalan kebangsaan rakyat dan yang berkaitan dengan kehidupan orang banyak.
IMM Sudah Saatnya Menyiapkan Kader Untuk Menjadi Tokoh Dan Calon Pemimpin Bangsa
Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang bergerak selain pada gerakan sosial, kemahasiswaan juga kemanusiaan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak bisa dilepaskan dari gerakan politiknya terutama mengawal isu politik, kebijakan, juga melakukan advokasi terkait persoalan yang berkaitan hajat hidup masyarakat luas terkait dengan penyimpangan, penindasan, kemiskinan dan lain sebagainya.
Dinamika yang terjadi pada IMM selama ini, berdasarkan dari pengamatan, pengalaman yang dirasakan oleh penulis selama berposes di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, fokus utama dalam gerakan adalah melakukan kaderisasi sebanyak-banyaknya, kader dilakukan untuk memberikan nilai-nilai Kemuhammadiyahan, Keislaman juga diberikan doktrinasi kepada para kader untuk bagaimana peran mahasiswa Muhammadiyah untuk menjaga Muhammadiyah dan melawan terhadap yang dianggap menindas, membodohi masyarakat (Ikbal, 2016).
Selain itu juga budaya yang berlangsung di IMM selama ini yakni kader dibuat untuk belajar pada ranah gerakan-gerakan politik yang berlangsung dalam ranah lingkup kehidupan kampus, pada proses pemilihan presiden mahasiswa, dewan perwakilan mahasiswa atau belajar berdiaspora pada organisasi diluar IMM dengan tujuan memberikan pelajaran, ekudasi politik terhadap kader untuk mengenal pada kehidupan politik Muhammadiyah supaya tidak kaget ketika keluar dari kampus atau sudah melepas status mahasiswa.
IMM selama ini terpaku pada ranah penguatan kapasitas intelektual dengan terus penghidupkan diskusi-diskusi ilmiah, yang nantinya akan menjadi kajian untuk melakukan tindakan dan langkah aksi dalam sebuah gerakan sosial (Fachruddin, 2006).
Pandangan penulis apa yang telah diuraikan oleh penulis di atas peran kaderisasi dan menanamkan nilai-nilai tapi selamat sebagai bentuk penguatan terhadap maka dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah berjalan dengan maksimal dan bagus, akan tetapi dalam pandangan penulis sendiri ada yang perlu ditambah dan dibenahi dalam proses gerakan politik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah membentuk iklim dan sebagai proses mencetak maka dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk menjadi orang.
Sebagai background dari jurusan ilmu sosial politik penulis dalam tulisan Ini ingin mengeolaborasi lebih jauh terkait dengan proses politik yang harus dipelajari oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah agar melahirkan calon pemimpin nasional maupun mencetak kader yang membanggakan ikatan itu sendiri.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak bisa berdiri dan berada pada zona nyaman, tentu dalam dalam perserikatan Muhammadiyah tidak di anjurkan terlibat dalam politik praktis secara organisasi, akan tetapi secara personal kader atau Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mempunyai hak untuk terlibat dalam proses pembelajaran politik maupun jabatan-jabatan berbagai bidang yang ada.
Sebagaimana yang dikatakan dalam Tanwir XXXI salah satu pilar yang disebutkan terkait dengan politik, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada pilar politik merupakan jalan untuk melakukan pengabdian terhadap bangsa dan negara juga menjunjung nilai kesetaraan kemanusiaan keadilan dan membawa nilai-nilai Muhammadiyah. Politik merupakan jalan yang diambil untuk menjadi jembatan kesejahteraan kemakmuran bagi kemaslahatan umat lewat proses pengambilan kebijakan dan keputusan yang ada.
Sudah seharusnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menyiapkan kader untuk belajar lebih dalam membangun sebuah relasi afiliasi politik tertentu, dicari yang sangat luas dan harus keluar dari zona kata “netral” dalam bersikap pada sebuah pilihan politik dan panjang perjalanan politik yang ada.
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus bisa mencari panggung dan membuat panggung politik sendiri. Perlunya penguatan kapasitas yang mumpuni mereka dari kata mahasiswa Muhammadiyah. Juga penulis berharap pada salah satu bidang hikmah yang sebagai lumbung pergerakan politik bisa memberikan nilai dan pembekalan terhadap kader untuk serius memperdalam mempelajari dan membangun jejaring atau relasi di eksternal dan upaya melakukan komunikasi guna mencapai tujuan dan target.
Penulis rasa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah selain sebagai organisasi yang bergerak di karena internal kemahasiswaan, kemanusiaan dan anak akademik tentang mahasiswa juga harus bisa keluar dari zona tersebut kemudian menciptakan panggung sandiwara agar di lirik dan perhitungan.
Kader ikatan masih sama Muhammadiyah hingga Saatnya menjadi kader yang berlaga ataupun berkompetisi serta mengisi pos-pos berbagai bidang yang strategis dengan yang ada di pemerintahan baik itu legislatif maupun eksekutif dengan tujuan membawa nilai Kemuhammadiyahan.
Tentu menghadirkan tokoh dan calon pemimpin bangsa di masa depan, tidak segampang yang diucapkan dikatakan, akan tetapi butuh proses panjang dan pembelajaran serta tingkatan mahasiswa Muhammadiyah berani keluar dari cengkraman dan zona nyamannya sebagai organisasi bergerak pada zona nyaman karena kemahasiswaan kemanusiaan dan keilmuannya saja.
Penulis menyadari ini butuh sungguh-sungguhan untuk membentuk kader atau seseorang menjadi seorang yang menjadi role model tokoh yang akan berkompetisi pada tingkat nasional.
Sebagai kader Muhammadiyah penulis beroptimis bahwa setiap langkah dijadikan sebuah proses perjalanan yang dilalui dan dilewati dan pada suatu saat proses dan langkah itu akan membuahkan hasil dan ada kemauan dari diri seorang kader maupun ada dorongan dari suprastruktur atau dorongan dari internal keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
*) Sekbid RPK PC IMM Bantul
Daftar pustaka
Iqbal, M. (2016). Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam. Kencana.
Fachruddin, F. (2006). Agama dan pendidikan demokrasi: pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Pustaka Alvabet.