Artikel

Sejarah Manusia dalam Islam dan Teori Evolusi

11 Mins read

Allah telah memberitahukan kepada para Malaikat melalui firman-Nya, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi,” (QS. Al-Baqarah ayat 30). Ibnu Katsir dalam Qisas al Anbiya berkata bahwa
menurut ayat tersebut, Allah memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan Adam dan
keturunannya yang sebagiannya akan menguasai sebagian yang lain (menjadi khalifah). Karena itu para Malaikat bertanya, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan Khalifah di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah ?
” (QS. Al-Baqarah 30).

Abdullah ibn Umar berkata bahwa para
Malaikat telah mengetahui seribu tahun sebelum Adam diciptakan, bangsa Jin
telah melakukan pertumpahan darah, selanjutnya Allah mengutus pasukan Malaikat
untuk mengusir jin-jin ke wilayah pesisir. Dalam Alqur’an Surah Al-Hijir ayat
26 disebutkan ;

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍ مِّنْ
حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

Arab-Latin: Wa laqad khalaqnal-insāna min ṣalṣālim min ḥama`im
masnụn

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan
bahwa Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah yang dimaskud “Shalshal” dalam
ayat ini adalah tanah kering. Ada juga Ulama yang menyatakan yang dimaksud
adalah lumpur. 

Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam dari segenggam tanah yang
diambil (oleh malaikat) dari seluruh muka bumi. Maka keturunan Adam pun
masing-masing terlahir sesuai dengan jenis tanah tersebut. Di antara mereka ada
yang berkulit putih, merah, hitam, atau campuran (antara warna-warni itu). Di
antara mereka ada yang buruk dan ada yang baik. Di antara mereka juga ada yang
lembut, ada yang keras dan ada yang campuran (antara keduanya).” Hadis tersebut turut diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dalam kitab
shahih-nya. Adapun, At-Tirmidzi mengatakan hadis tersebut termasuk kategori
hadis hasan shahih.

Setelah Allah menciptakan Adam, selanjutnya Allah
menciptakan Hawa. Dalam QS. Ar-Rum ayat 21,“Dan di antara tanda-tanda
kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenis kamu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya….
” 

Imam Mustafa
al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi, maksud ayat ini tiada lain bahwa Allah telah
menciptakan istri dari jenis laki-laki (suami), jadi bukan berarti Allah
menciptakan setiap istri dari bagian tubuh manusia.

Imam Mustafa al-Maraghi menyebutkan dalam ayat QS. Al-Baqarah ayat 35-37 ini Allah memerintahkan kepada
Adam dan Hawa agar bertempat di surga dan menikmati apa saja yang ada
didalamya. Allah pun melarang Adam dan Hawa memakan buah pohon tertentu.
Kemudian mereka diberitahu bahwa mendekat saja sudah merupakan perbuatan zalim
terhadap diri sendiri. Kemudian setan menggoda Adam dan istrinya hingga mereka
berdua diusir Allah dari kenikmatan hidup di surga kemudian bertaubat kepada
Allah dan Allah pun menerima taubat Adam.

Setelah Adam dan Hawa
terusir dari kenikmatan surga, mereka memiliki anak-anak keturunan Adam. Imam
Abu Ja’far ibnu Jarir menyebutkan sebagian penjelasan sejarah di dalam kitab Tarikh-nya, “Hawa melahirkan anak-anak keturunan Adam sebanyak empat puluh anak
dengan dua puluh kehamilan.
” Putra pertamanya Qabil dan kembaran sulungnya
bernama Qalima. 

Allah berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seseorang diri dan daripadanya
Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakan
laki-laki dan perempuan yang banyak,
” (QS. An-Nisa ayat 1).

Penciptaan Manusia dalam
Al-Qur’an

Dari sekian banyak kitab
suci di dunia, Alqur’an memberikan penjelasan yang sangat lengkap mengenai
proses terciptanya seorang manusia baik sebelum diciptakannya Adam dan Hawa
maupun setelah diciptakannya Adam dan Hawa (pernikahan). 

Prof. Dr. Muhammad Quraish
Shihab dalam bukunya “Mukjizat Alqur’an” menyebutkan bahwa Alqur’an
berbicara panjang lebar tentang manusia dan salah satu yang diuraikannya
adalah persoalan reproduksi manusia serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga
tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain dari yang lain. 

Ada beberapa
ayat dalam surah yang berbeda dalam Alqur’an berkaitan reproduksi manusia
yaitu dalam QS. Al-Qiyamah ayat 36-3, QS. An-Najam ayat 45-46, QS. Al-Waqiyah
ayat 58-59, QS. At-Thariq ayat 6, QS. Al-Mursalat ayat 20, QS. Al-Insan ayat 2.

Prof. Dr. Muhammad
Quraish Shihab berkata, ayat QS. Al-Qiyamah secara tegas menyatakan bahwa
“Nuthfah” merupakan bagian kecil “Mani” yang dituangkan dalam rahim. Hasil
pertemuan antara seperma dan ovum dinamai oleh Alqur’an dengan “Nutfah
Amsyaj
” sesuai firman Allah dalam QS. Al-Insan ayat 2 :

إِنَّا خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن نُّطْفَةٍ
أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَٰهُ سَمِيعًۢا بَصِيرً
ا

Arab-Latin: Innā khalaqnal-insāna min nuṭfatin
amsyājin nabtalīhi fa ja’alnāhu samī’an baṣīrā

Artinya: “Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.”

Baca...  Kritik Al Baqarah Terhadap Filsafat Parenialisme

Dr. Maurice Bucaile
dalam bukunya “Bible, Qur’an dan Sains Modern” menyatakan bahwa Nutfah
berasal dari akar kata yang berarti mengalir, sesuai QS. Al-Qiyamah ayat 37.
Qur’an menyebutkan cairan yang memungkinkan pembuahan dengan sifat-sifat yang
perlu diselidiki yaitu sperma dalam QS. Al-Qiyamah 37, cairan terpancar dalam
QS. At-Thariq ayat 6, cairan yang hina dalam QS. Al-Murasalat ayat 20, campuran
atau dicampur (amasyaj) sesuai QS. Al-Insan ayat 2 yang berbunyi,“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur.

Pada
tahun 1883, Van Bener membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang
sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu dan pada tahun 1912, Morgan
membuktikan peranan kromosom dalam pembentukan janin.

Dr. Maurice Bucaile
dalam bukunya “Bible, Qur’an dan Sains Modern” menyebutkan Qur’an
menyatakan bahwa embrio melalui beberapa tahapan yaitu daging (seperti daging
yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging. 

Allah
berfirman dalam Alqur’an surah Al-Mukminun ayat 14,“ Kemudian Nutfah (air mani) itu Kami jadikan
suatu yang melekat, lalu Kami jadikan suatu yang melekat itu segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, Kemudian Kami jadikan mahluk berbentuk lain, maka
Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.
” 

Empat belas ribu tahun yang
lalu Alqur’an terlebih dahulu menjelaskan tahapan terciptanya manusia di dalam
rahim seorang ibu sebelum sains modern menemukan tentangnya.

Fase Pertumbuhan Manusia
Menurut Alqur’an

Imam Mustafa Al-Maraghi,
Ulama besar dan Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir dalam Tafsir Al-Maraghi
menyebutkan Allah telah menumbuhkan manusia dalam tiga fase:

1.  Fase
anak-anak; dalam fase ini tidak ada yang menyusahkan atau menggoda. Seluruh
hidupnya dihabiskan untuk bermain-main seolah-olah hidup di taman yang
dikelilingi oleh pohon-pohon rindang dan berbuah masak.

2. Fase
Puber; dalam fase ini, manusia akan berbenturan untuk mengikuti kehendak hawa
nafsunya akibat godaan setan.

3.  Fase
Dewasa; dalam fase ini seseorang bertindak dengan memikirkan akibat yang
dialaminya. Artinya, ia akan terlebih dahulu berpikir sebelum bertindak. Ketika
menghadapi bencana, ia akan berlindung pada kekuatan super-natural yang Maha Tinggi
yang merupakan segala sesuatu di samping sebagai tempat kembali bagi siapa
saja.

Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa seorang manusia
adalah merupakan cerminan bagi manusia secara keseluruhan. Pada mulanya,
kehidupan sosial umat manusia itu dijalani dengan kesederhanaan di samping
dengan fitrah yang bersih. Pada periode ini, manusia hanya mencari kebutuhan
hidup, keadilan dan saling tolong menolong menolak bahaya alam. Inilah yang
dikatakan sebagai masa keemasan.

Tetapi kenikmatan yang
mereka peroleh semakin tidak mencukupi hingga akhirnya sebagian individu ada
yang berani memanjangkan tangannya untuk mengambil hak orang lain untuk
memenuhi kehendak hawa nafsunya kemudian jiwa-jiwa yang semula tindur berenjak,
bangkit sehingga timbulah perselisihan yang semakin membesar.

Inillah yang
disebut sebagai periode kedua. Selanjutnya periode yang ketiga ditetapkan
batasan-batasan pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan secara serampangan dan
periode ini disebut periode hidayah. Dan Periode keempat yaitu periode yang
lebih tinggi dibanding periode yang telah lalu. Ciri periode ini bahwa manusia
telah mencapai jenjang kesempurnaan. Periode ini disebut periode agama dan
wahyu karena didalamnya terdapat kesempurnaan hidayah bagi umat manusia.

Asal-usul Manusia dalam Teori Evolusi 

Sebelum Darwin, teori evolusi pertama digagas pada abad
keenam masehi oleh S.M Anaxiamander dari Miletus yang berpendapat bahwa evolusi
terdapat dalam dunia hewan. Teorinya muncul ketika apa yang dinamakan Versi
Sakeredotal Genisis sedang ditulis di bagian lain wilayah Mediterania yang
menyebutkan bahwa makhluk-makhluk hidup diciptakan dengan jenisnya. 

Selanjutnya,
Empedocles juga memihak konsep evolusi. Lucretius mengungkapkan gagasan-gagasan
dalam karyanya De Natura Rerum (Tentang Alam) yang mencenderungi
pandangan bahwa peroses seleksi alam melestarikan spesies yang paling kuat dan
memusnahkan spesies yang lemah.

Di dunia muslim, teori evolusi pertama kali digagas ulama dan ilmuwan muslim bernama Al-Jahizh (776-869 Masehi). Al-Jahiz merupakan
30 dari 100 tokoh muslim berpengaruh dalam sejarah Islam yang ditulis atau versi
Husyan Ahmad Amin berkebangsaan Mesir. Husyan Ahmad Amin menyatakan bahwa
Al-Jahiz merupakan penulis prosa dan sastra terkenal dalam sejarah sastra Arab.

Semasa kecilnya ia gembar membaca buku/kitab, ia juga belajar ilmu filsafat
Yunani dan pemikiran Mutazilah. Khalifah Al-Mutawakkil dari Dinasti Abbasiyah,
Irak mengangkat Al-Jahiz sebagai pengajar anak-anaknya karena Al Jahiz memiliki
kemampuan luar biasa di antara pemikir Mazhab Muktazilah dan yang bukan
Muktazilah.

Buku tulisannya yang terpenting bagi dunia adalah Kitab
Al-Hayawan terdiri atas tujuh jillid. Di jilid pertama dia membahas mengenai anjing dan sifat baik maupun buruknya dari berbagai hadis, kisah-kisah dan
syair-syair, peribahasa. 

Baca...  Pentingnya Ilmu Faraid dan Tata Cara Pembagian Harta Warisan

Jilid berikutnya ia membahas binatang melata kemudian bab selanjutnya ia banyak membahas sejarah, sastra, ilmu pengetahuan dan
filsafat. Suatu karya yang mencermikan keluasan ilmu penulisannya dengan gaya
penulisan yang menarik yang masih dapat kita baca saat ini.

Dilansir dari BBC Indonesia  berjudul “Kisah Ilmuwan Muslim Yang Temukan
Teori Eolusi Darwin 1000 Tahun Sebelum Darwin”
menyatakan bahwa b
ukunya yang paling terkenal ini dirancang sebagai
ensiklopedia yang memperkenalkan 350 jenis binatang. 

Melalui buku ini, Al-Jahiz
mengajukan gagasan yang sangat mirip dengan teori evolusi milik Darwin. “Binatang
bergelut untuk tetap bertahan hidup, menghindari pemangsa, dan untuk berkembang
biak,” tulis al-Jahiz. 

“Faktor alam mempengaruhi organisme
mengembangkan karakteristik baru untuk bertahan hidup. Faktor itu mengubah
mereka menjadi spesies baru,” lanjutnya. Al-Jahiz menjelaskan pula dalam
bukunya, “Binatang yang berhasil berkembang biak bisa menurunkan karakter
itu kepada penerusnya.”

Menurut Al-Jahiz, setiap makhluk hidup di dunia
berada dalam pergulatan terus-menerus untuk bertahan hidup. Selama itu pula,
selalu ada spesies yang lebih kuat dibandingkan yang lain.

Selanjutnya BBC menyebutkan, demi bertahan hidup, binatang
harus memiliki jiwa kompetitif untuk mendapatkan makanan, mencegah dirinya
dimangsa, dan aktif bereproduksi. Keharusan tersebut secara alami mengubah satu
spesies dari satu generasi ke generasi. 
Gagasan Al-Jahiz mempengaruhi pemikir
Muslim lain yang hidup setelah eranya. 

Karya Al-Jahiz dikonsumsi oleh Al-Farabi, Al-Arabi, Al-Biruni, dan Ibn Khaldun. Melalui beberapa buku yang
diterbitkan tahun 1930, bapak spiritual Pakistan, Muhammad Iqbal, yang dikenal
luas sebagai Allama Iqbal, menilik peran Al-Jahiz bagi masyarakat. Iqbal
menulis, “al-Jahiz adalah  orang
yang menyebut bahwa evolusi yang dialami binatang disebabkan migrasi dan
pengaruh lingkungan.”

Mengenai Teori Evolusi, dalam buku
Muqaddimah karya Ibnu Khaldun (1332-1406 Masehi) disebutkan bahwa mineral
berubah menjadi tumbuh-tumbuhan dan tumbuh-tumbuhan berubah menjadi binatang
tetapi binatang tidak dapat berubah menjadi sautu yang lebih lembut darinya
tetapi biantang dapat berubah menjadi keras sekali. 

Dalam bab yang lain ia
menyatakan, “Alam hewan juga mengalami perkembangan. Hewan
memiliki berbagai macam spesies. Dalam puncak proses perkembangannya, hewan
dapat berevolusi menjadi manusia yang dikaruniai kemampuan berpikir dan
merenung. Hewan yang berevolusi menjadi manusia ini berasal dari spesies kera
(alam al-qiradah) yang memiliki kemampuan yang hampir sama dengan manusia:
kecerdasan (kays) dan persepsi (idrak). Namun kemampuan ini tidak mencapai
tahap kesempurnaannya seperti yang ada pada kemampuan manusia, yakni tahap
berpikir dan merenung (seperti yang dimiliki manusia).”

Teori Evolusi
Ilmuwan Barat

Manusia telah
memikirkan tentang asal-usulnya selama beribu-ribu tahun. Tetapi sampai
belakangan ini satu-satunya sumber gagasan-gagasannya adalah
pengertian-pengertian yang diperoleh dari ajaran-ajaran keagamaan dan berbagai
sistem filsafat. Baru pada zaman modern bersama dengan mengalirnya berbagai
jenis data, ia mampu mendekati masalah asal-usulnya dari sudut yang baru. 

Kita
hidup pada masa yang didalamnya nalar dan penaklukan oleh ilmu pengetahuan
mengklaim sebagai telah berhasil memberikan jawaban-jawaban logis terhadap
seluruh pertanyaan-pertanyaan besar yang diajukan oleh akal manusia. On The
Origin of Species
karangan Darwin yang terbit di Inggris pada tahun 1989 Masehi
telah meraih sukses besar.

Sebelum On The
Origin of Species
karya Darwin muncul, Lamarck telah memunculkan teori evolusi.
Lamarck merupakan ahli botani yang bekerja untuk raja Prancis, ketika revolusi
Prancis meletus maka dia masih dapat beruntung mempertahankan kedudukannya yang
memungkinkannya untuk belajar dan mengajar. 

Pada tahun 1974, dia menduduki pos
pengajaran pada tahun 1801 di Museum National d’Histoire Naturelle. Tahun 1801, dia
memberikan kerangka teori evolusi dalam karyanya “Discours d’ouverture du 21
Floreal An 8
’ (Pidato Pengukuhan pada Hari ke-21 Floreal, Tahun 8). Sebelumnya
karya besarnya ‘La Philosphie Zoologi  Que
(Filsafat Ilmu Hewan) yang mucul pada tahun 1809.

Lamarck telah
menunjukan “ketakterbukaan-relatif”, “spesies” dan “ tetap hanya secara
temporar”. Jika kehidupan spesies-spesies itu berubah, menurut Lamarck maka
spesies-spesies itu akan berubah “ ukuran, bentuk, proporsi pada berbagai
bagian, warna, kekuatan, kegesitan dan ketekunan mereka. 

Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam lingkungan mereka memodifikasi kebutuhan-kebutuhan baru,
kebiasaan-kebiasaan baru membuat mereka lebih menggunakan organ-organ tertentu
dan mengabaikan organ-organ lainnya. Jika sebuah organ dibiarkan tak berguna,
maka organ tersebut akan mengkerut dan mungkin pada akhirnya menghilang.

Sungguh
menurut pengamatan, gigi hewan-hewan yang tidak mengunyah makanan cenderung
untuk berhenti tumbuh atau tidak muncul sama sekali, sebagai contoh semut atau
ikan paus. Telaah atas variasi-variasi ini mendorong Lamarck untuk menyimpulkan
bahwa ketika perubahan terjadi, perubahan itu adalah untuk menjadi organ yang
lebih kompleks (dalam hal organ-organ yang berkembang sebagai akibat digunakan
secara intensif) dan bahwa variasi-variasi semacam ini diturunkan pada
anak-anaknya.

Baca...  Muharram Mengingatkan Kita Pada Cucu Nabi: Hasan dan Husen

Darwin dan
Teori Evolusi

Teori Evolusi
Darwin sering digunakan untuk membuktikan bahwa manusia merupakan keturunan
kera-kera besar padahal ide atau gagasan manusia berasal dari kera yang
berevolusi bukan dari Darwin tetapi gagasan Haeckel pada tahun 1868 M. 

Charles
Darwin sebenarnya ingin menunjukan bahwa dia bermaksud mengetengahkan sebuah
teori mengenai asal-usul spesies melalui sarana seleksi alam atau bertahannya
ras-ras yang beruntung dalam perjuangan untuk mempertahankan kehidupan. Ini
menjadi bendera kaum evolusines yang mereka acung-acungkan dalam pertikaian
antara filsafat materialistis dan keyakinan keagamaan.

Sebelum Darwin
mencetuskan The Origin of Species, dari tahun 1831-1836 Masehi dia bergabung
dengan misi kapal Beagle di Atlantik Selatan dan Pasifik dan ia bertindak
sebagai ahli ilmu alam. Pelayarannya membuatnya melakukan banyak pengamatan dan
penelitian di atas daratan dan lautan. Dia dikagetkan oleh adanya
perubahan-perubahan yang tampak pada spesies yang ditelitinya yang berhubungan
dengan tempat-tempat mereka berada.

Pemikiran
Darwin atas pengamatannya terhadap alam dipengaruhi oleh Malthus yang merupakan
seorang pendeta Anglikan, Malthus menerbitkan “Essay on the Princple of
Pupulation
” yang isinya tentang seleksi di kalangan manusia, “hanya mereka
yang paling mampu menghasilkan saja yang pantas bertahan hidup sedang mereka
yang kurang beruntung pasti lenyap.”

Berangkat dari pemikiran Malthus, Darwin membuat teorinya bahwa pada
proses seleksi membuat kelestarian hidup pihak yang paling kuat dan paling
mampu dengan mengorbankan pihak yang lemah, sutu seleksi yang dilakukan alam
sendiri.

Manusia Purba

Manusia paling
tua yang pertama ditemukan adalah Ramapitheceus di India dan kenya dalam
sedimen-sedimen yang diperkirakan berasal dari era Tertier sekitar 15 juta
tahun yang lalu namun fosil itu ditemukan dalam sisa-sisa kecil tulang yang
tidak dapat membuktikan ia nenek moyang manusia. Kemudian ditemukan Oreopithecus
yang kenyataannya bukan fosil manusia tetapi kera yang lengan-lengannya panjang
yang umurnya 12 juta tahun. 

Selanjutnya
banyak ditemukan fosil-fosil seperti Australopithecus yang ditemukan di Afrika
Selatan tahun 1924 dan fosil Meganthropus ditemukan di Jawa dalam tanah yang
umurnya 600.000 tahun yang lalu. 

Ilmuwan Y. Coppens juga menemukan Australopithecus.
Sisa-sisa fosil seorang wanita berusia 20 tahun yang dinamakan “Lucy” juga
ditemukan tahun 1974 di Afar dalam sedimen berusia 3,5 juta tahun yang lalu.
Penemuan-penemuan tersebut disebut sebagai gelombang Homonid pertama.

Dan yang tekenal adalah penemuan fosil Pithecanthropine
atau Archanthophian yang disebut sebagai gelombang Hominid kedua. Seorang
dokter militer Belanda bernama Eugene Dubouis pada tahun 1890 menemukan fosil
di Jawa yang diberi nama Pithecanthropus Erectus dan sebagian sisa-sisa fosil
ditemukan di Gua Chou Kou Tien dekat Peking yang disebut Sinanthropus tahun
1928-1937 Masehi. 

Kapasitas tengkorak rata-rata sekitar 900 cc dalam kisaran
antara 775-1.200 cc. Dibandingkan Australopothhecus, fosil Pithecanthropus mempunyai
otak yang sangat kecil sehingga ia memiliki 
kehidupan yang tidak normal atau dengan kata lain sulit dibuktikan
mereka itu merupakan fosil mausia.

Selanjutnya
pada gelombang Hominid ketiga adalah penemuan fosil Neanderthal atau Paleanthopia
yang hidup di Eopa, Asia dan Afrika sekitar 1 juta tahun yang lalu. Sisa-sia
manusia Neanderthal ditemukan tahun 1856 di Lembah Neander di dekat Dusseldorf
Jerman Barat dan kerangka yang sempurna ditemukan di wilayah Correze, Prancis
dan sejenis yang sama ditemukan di Spanyol, Italia, Yunani, Maroko, Palestina,
Irak dan Jawa.

Meskipun
manusia Neanderthal berukuran sedang, berdiri tegak dan memiliki otot-otot
berkembang baik namun morfologi mukanya berbeda dengan manusia sekarang.
Jidatnya rendah hampir menyerupai jendulan tulang di atas lekukan mata dan
tidak adanya dagu membuat wajahnya seperi moncong hewan.

Dr. Maurice
Bucaile dalam bukunya “What is the Origin of Man ? The Answer of Science and
the Holy Scriptures
” menyatakan dari banyak temuan-temuan fosil menunjukan tidak
ada fosil yang menunjukan kesamaan keturunan sehingga mustahil menerima teori
bahwa terdapat suatu silsilah keturunan yang sama antara kera-kera besar dengan
manusia dan disisi lain adanya mata rantai fosil yang hilang atau tidak
ditemukan ditambah dengan ditemukannya DNA membuktikan adanya perbedaan antara
DNA manusia dan Hewan.

Kesimpulannya:
Dalam Islam jika merujuk pada Alqur’an dan
Hadis dapat diketahui bahwa manusia merupakan ciptaan Allah. Allah telah
menciptakan manusia dari unsur tanah samahalnya dengan Hawa. Sementara itu sains modern banyak melahirkan teori-teori asal-usul manusia berasal dari kera-kera
besar yang berevolusi menjadi manusia yang hal ini berangkat dari sejumlah
temuan fosil namun temuan fosil itu tidak dapat membuktikan apapun bahwa fosil
itu merupakan kera yang berubah jadi manusia sebab adanya perbedaan otak,
stuktur tulang, dan DNA antara manusia dan fosil-fosil tersebut.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Tidak Bisa Mengetik di Word karena "Selection is Locked", Ini Solusinya!

2 Mins read
Kompak – Salah satu masalah yang sering ditemui pengguna Microsoft Word adalah pesan “Selection is Locked” yang muncul saat mencoba mengetik atau…
Artikel

Ingin Rumah Lebih Sejuk? Coba Roster Jogja dari AM Roster

4 Mins read
Mendapatkan rumah yang sejuk merupakan impian bagi setiap orang, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu cara untuk menciptakan suhu udara…
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights