Sejarah

Sejarah Makam Mbah Singo Phati

3 Mins read

Saat menyebutkan nama mbah Singo Phati mungkin tidak banyak orang yang mengetahui seperti apa sosok beliau?

Mbah Singo Phati adalah sosok yang cukup berpengaruh di masanya. Beliau menjadi tokoh penggerak masyarakat desa Tanjek Wagir. Mbah Singo Phati hidup bersama istrinya selama bertahun-tahun di sana hingga menutup usia, tepatnya di desa Tanjek Wagir, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo.

Tidak diketahui secara pasti apakah mbah Singo Phati seorang santri lulusan pondok pesantren atau tidak, tetapi karomah dari keali’aman dan keshalehan beliau dapat dirasakan oleh masyarakat setempat hingga detik ini.

Bu Sudaya, perempuan paruh baya berusia 61 tahun itu menuturkan bahwa makam mbah Singo Phati cukup keramat. Banyak warga setempat mengunjungi makam beliau dengan harapan terkabulnya segala hajat kebaikan dengan melakukan banyak ritual do’a, salat hingga syukuran di makam. Dan dapat dibuktikan hasilnya tidak pernah megecewakan. Oleh sebab itu, makam mbah Singo Phati menjadi media pengabulan hajat bagi warga setempat. (Sudaya, Juru Kunci Makam,12 Nov 2024)

Berbagai hajat masyarakat setempat cukup bermacam-macam seperti mengharapkan kesuksesan anak-anaknya, mendatangkan hujan untuk kesuburan sawah, mendapat jabatan tinggi hingga ingin memenangkan pemilu tingkat desa.

Terkadang hingga saat ini pun bu Sudaya sebagai juru kunci makam dimintai tolong memimpin do’a untuk hajat kecil-kecilan, biasanya warga yang mempunyai hajat tersebut mengundang anak-anak kecil untuk datang ke makam kemudian membangikan jajanan tradisional seperti kue-kue basah di pasar.

Selain karomah beliau, konon walaupun mbah Singo Phati telah wafat beliau seakan-akan menunjukan ketidaksukaannya terhadap hal-hal berbau kesenangan-kesenangan duniawi. Contohnya suatu ketika salah satu masyarakat setempat mengadakan pesta pernikahan anaknya dengan mendatangkan ludruk, acara hiburan musik, tiba-tiba setelahnya si tuan rumah mengidap penyakit ganguan jiwa. Adapula warga yang mengadakan acara sunatan untuk anaknya mengundang hiburan musik orkestra, tidak lama rumahnya dirampok.

Baca...  Sumur Ombo dan Sumur Tiban di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Gresik

Kejadian seperti itu sebenarnya banyak terjadi di desa Tanjek Wagir. Oleh karena itu, warga setempat kemudian menganggap mungkin adanya mbah Singo Phati sebagai leluhur desa tidak menyukai jika ada perayaan-perayaan yang tidak sejalan dengan apa yang beliau amalkan.

Bu Sudaya menjelaskan bahwa setelahnya warga setempat tidak berani mengadakan perayaan macam-macam selain menghadirkan pengajian ceramah, yasin, tahlil dan istighosah, maupun acara yang berbau nilai-nilai islami sebagai bentuk rasa syukur ataupun bentuk perayaan warga setempat.

Ada pula ritual pengajian rutin yang dilakukan warga Tanjek setiap bulan di makam mbah Singo Phati, tepatnya pada hari Jum’at manis, para warga mendatangkan penceramah untuk mengisi acara. Acaranya digelar cukup meriah, warga Tanjek dengan kompak mengirimkan sumbangsih berupa makanan yang akan dijadikan sajian dalam acara tersebut.

Bu Sudaya sendiri adalah warga asli yang telah lama hidup di desa Tanjek Wagir, ia mendapatkan banyak cerita tentang sosok mbah Singo Phati dari nenek-nenek buyutnya yang terdahulu. Kebetulan saat itu makam mbah Singo Phati hanya digunakan orang-orang yang punya niat tidak benar, entah digunakan untuk bertapa, biasanya mereka akan memasang dupa di makam mbah Singo Phati.

Kebetulan bu Sudaya mempunyai suami dan saudara ipar lulusan pondok pesantren, kedua orang tersebutlah yang kemudian membangun mushala tepat di samping makam mbah Singo Phati. Karena pada awalnya mushala di desa tersebut hanya ada satu, selain itu desa Tanjek juga kekurangan tokoh yang bisa dipercaya mengimami sholat. Kedua orang tersebut sangat khawatir jika makam mbah Singo Phati dijadikan tempat orang yang tidak benar.

Dalam proses pembangunan mushala juga tidak berjalan mulus, tidak sedikit orang menentang keputusan dengan anggapan justru merusak makam mbah Singo Phati. Selain adanya perselisihan itu, dana dan bantuan pembangunan mushola juga sempat menjadi kendala saat itu. Saat itu suami bu Sudaya adalah seorang bawahan pengasuh pondok pesantren yang bekerja sebagai kuli bangunan, dari situlah sumbangan dana maupun pasokan bahan-bahan bangunan didapatkan untuk mendukung berdirinya mushola yang berada di sebelah makam mbah Singo Phati mampu terwujud.

Baca...  Kilas Balik Sejarah Makna Filosofis Carok di Madura

Setiap hari suami bu Sudaya dan saudara iparnya tersebut merawat dan mengelola mushola dengan baik, tidak lupa sering mengirimkan kirim do’a dan fatihah secara khusus untuk mbah Singo Phati. Hal itu menjadi wasilah yang tidak putus untuk selalu menyambung do’a dengan leluhur desa, khususnya kepada mbah Singo Phati.

Akhirnya hingga saat ini makam mbah Singo Phati memiliki banyak sekali perkembangan, khususnya diarah yang lebih positif. Dulunya makam tersebut beralaskan tanah dan berpagar kayu bambu usang, namun sekarang makam mbah Singo Phati sudah mengalami perubahan drastis layaknya makam-makam wali sembilan. Lantainya beralaskan ubin putih bersih, ada kipas angin dan pagarnya pun berganti kayu bambu yang sudah dicat bersih.

Bu Sudaya sendiri mengaku beberapa tahun silam berpengalaman pernah bermimpi bertemu dua ekor macan putih yang sedang menyanding anak perempuan bungsunya yang sedang tidur saat masih balita. Saat itu anaknya divonis sedang mengidap penyakit TBC oleh dokter, tidak lama kemudian penyakit itu hilang. Hingga menginjak dewasa anak bungsunya tersebut tidak lagi pernah sakit.

Karomah dari mbah Singo Phati memang tidak diragukan lagi, bahkan hingga saat ini tidak jarang warga sekitar mengunjungi makam beliau dengan melakukan berbagai macam ritual seperti berdzikir satu malam suntuk di makam. Dari sinilah dapat kita pahami adanya makam mbah Singo Phati mampu membawa kemakmuran bagi warga Tanjek Wagir.

1 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Bidang Studi Akidah dan Filsafat Islam.
Articles
Related posts
Sejarah

Karamah di Balik Berdirinya Sidoresmo Kampung Pesantren di Surabaya

4 Mins read
Nama Kampung Ndresmo di Surabaya memiliki latar belakang sejarah yang unik dan penuh makna. Nama ini berasal dari perjalanan dakwah dan perjuangan…
Sejarah

Makam Syekh Muhammad Yahya Yang Menjadi Bukti

1 Mins read
Makam Waliyullah Syekh Muhammad Yahya terletak di Jalan Raya Sememi, Surabaya, tepatnya di sebelah pintu masuk Perumahan Western Regency, Surabaya Barat. Desa…
Sejarah

Kilas Balik Sejarah Makna Filosofis Carok di Madura

2 Mins read
Tradisi carok di daerah Madura ini merupakan bentuk pertahanan harga diri, bagi masyarakat Madura harga diri adalah nilai yang dijunjung tinggi dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Refleksi Kemenangan Paslon MAN-FERI Dalam Pilkada Kota Bima 2024

Verified by MonsterInsights