KULIAHALISLAM.COM – Para ulama berbeda pendapat mengenai Nabi Khidhir, terutama terkait nama, nasab, kenabiannya, dan apakah ia masih hidup hingga saat ini. Al Hafizh Ibnu Asakir menyebutkan, ada yang berpendapat bahwa Khidir adalah Khidhir ibn Adam Alaihissalam. Abu Hatim Sahl ibn Muhammad ibn Utsman As Sajastani berkata:
“Aku mendengar dari guru-guru kami, di antaranya Abu Ubaidah, bahwa keturunan Nabi Adam yang paling panjang umurnya adalah Khidhir Alaihisalam, yang bernama lengkap Khidrun ibn Qabil ibn Adam Alaihisalam.”
Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa saat Nabi Adam hendak meninggal, ia berpesan kepada anak-anaknya agar membawa jasadnya ke tempat pemakaman yang telah ditentukan, jika terjadi banjir besar. Saat kapal yang membawa jasad Nabi Adam berlabuh, Nabi Nuh memerintahkan anak-anaknya untuk melaksanakan wasiat tersebut, meskipun daratan dikelilingi binatang buas. Ibnu Abbas menambahkan bahwa Nabi Adam mendoakan panjang umur bagi siapa saja yang menguburkan jasadnya, dan Allah mengabulkan doa tersebut untuk Khidir.
Ibnu Qutaibah menyebutkan di kitab Al Ma’rif dari Wahab ibn Munnabbih bahwa Khidir sebenarnya adalah Balya ibn Mulkan ibn Faligh ibn Abir ibn Syalikh ibn Arfakhsyadz ibn Sam ibn Nuh Alaihisalam. Ulama lainnya, seperti Ismail ibn Abu Uwais, menyebut nama Khidhir adalah Al-Mu’mmar ibn Malik ibn Abdullah ibn Nashr ibn al-Azd, sementara sebagian lain menyebutnya Armiya ibn Halqiya. Ada pula yang berpendapat bahwa Khidhir adalah putra Fir’aun, ayah angkat Nabi Musa, namun pendapat ini dianggap aneh oleh Ibnul Jauzi.
Keislaman Nabi Khidir
Menurut Abu Zar’ah, dalam kitab Dala Ilun Nubuwwah, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mencium aroma harum yang berasal dari makam Masyithah, wanita tukang sisir rambut Fir’aun, saat perjalanan Isra Mi’raj. Kisah ini juga mengaitkan Khidir sebagai orang yang taat beragama sejak muda, yang kemudian mempelajari Islam dari seorang rahib.
Khidir dikenal sebagai seorang yang tidak berhasrat pada wanita dan akhirnya menceraikan istrinya karena hal itu. Ia kemudian mengasingkan diri ke sebuah pulau di tengah laut.
Asal Nama Nabi Khidhir
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Khidhir dinamakan demikian karena saat duduk di atas rumput kering berwarna putih, rumput tersebut tiba-tiba berubah menjadi hijau. Al-Khithabi mengatakan Khidhir diberi nama demikian karena ketampanan dan keelokan parasnya.
Dalam Surat Al-Kahfi, diceritakan pertemuan antara Nabi Musa dan Khidir. Ketika Musa bertanya apakah ia boleh mengikuti Khidir untuk mempelajari ilmu, Khidir menjawab bahwa Musa tidak akan mampu sabar. Musa bersikeras, dan Khidir memperingatkannya untuk tidak bertanya sampai waktunya tiba.