KeislamanSejarah

Sejarah Kesultanan Demak Di Jawa

4 Mins read

Kuliahalislam.Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri tahun 1500-1550 M, didirikan oleh Raden Fatah (1500-1518 M), bangsawan Kerajaan Majapahit yang menjabat Adipati kerajaan besar Hindu tersebut di Bintoro, Demak. Atas bantuan daerah-daerah lainnya yang sudah lebih dahulu menganut Islam (seperti Jepara, Tuban, dan Gresik), Raden Fatah sebagai Adipati Islam di Demak, secara terang-terangan memutuskan ikatan dengan kerajaan Majapahit, yang pada saat itu sedang ada di ujung kemunduran. Ia mendirikan kerajaan Islam dengan Demak sebagai ibukotanya.

Tome Pires, seorang pengelana Portugis pada masa itu menggambarkan bahwa peralihan kekuasaan politik ke tangan orang Islam telah terjadi sejak akhir abad ke-15, baik karena bangsawan Jawa memeluk agama Islam secara sukarela maupun karena pengaruh orang-orang asing dari berbagai bangsa Islam yang membuat pemukiman di bandar-bandar pantai utara Pulau Jawa, misalnya di Tuban, Demak dan Jepara.

Babad pada masa sebelum munculnya Raja Mataram pertama dipenuhi dengan legenda yang menghubungkan munculnya Kerajaan Demak dengan runtuhnya Majapahit pra-islam dan dengan Raden Patah sebagai pahlawan besarnya. Dia memindahkan perangkat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit sebagai lambang tetap berlangsungnya kesatuan kerajaan besar yang tua tersebut tetapi dalam bentuk baru yaitu Kesultanan Demak.

Menurut catatan Tome Pires maupun buku-buku sejarah Jawa Barat, Kesultanan Demak secara berturut-turut dikuasai tiga raja yaitu Raden Fatah sebagai raja pertama, Pati Unus ( dalam versi lain disebut sebagai Pate Rodin, Sr., Cu-Cu, Pangeran Palembang Anom, Prabu Anom, Arya Sumangsang, dan Pangeran Sabrang Lor) sebagai raja kedua menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1518, dan Sultan Trenggono ( dalam versi lain disebut Ki Mas Palembang, Pate Rodin, Jr dan Molana Trenggono), saudara Pati Unus, sebagai raja ketiga (1524-1546).

Di antara ketiga Raja Demak tersebut, Sultan Trenggono dikatakan mengantarkan Kesultanan tersebut masa kejayaan. Pada waktu itu daerah kekuasaan Demak meliputi seluruh Jawa serta bagian-bagian besar pulau-pulau lainnya. Pedagang Islam di Banten dengan bantuan Demak pada tahun 1527 berhasil menaklukan Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.

Dengan jatuhnya Kerajaan Pajajaran, Kesultanan Islam tersebut dapat melakukan kontrol atas Selat Sunda. Lampung sebagai sumber lada di seberang Selat tersebut dikuasai dan penduduknya diislamkan. Menurut sebuah sumber, Sunan Bonang menggerakkan hati Raja ketika tersebut untuk berkunjung kepada Sunan Gunungjati, seorang wali di Gunungjati.

Sunan itulah yang menganugerahi Trenggono gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Adapun gelar Emperador (Maharaja) yang diberikan pada tahun 1546 oleh Mendez Pito, seorang pengarang Portugis adalah cerminan betapa tingginya nilai gelar Islam itu.

Ada sumber yang menyebutkan bahwa gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada Raden Patah yaitu ketika dia berhasil mengalahkan Majapahit yang diperintah oleh Raja Brawijaya, ayahnya sendiri. Sebagai Maharaja seluruh Jawa, Raden Fatah memperoleh gelar Senopati Jimbun Ngabdur Rahman Panembanan Palembang Sayyidin Panata Gama.

Ada sejarawan menyimpulkan bahwa tahun 1535, Majapahit sudah jatuh meskipun ada juga yang berpendapat bahwa kejatuhan itu terjadi pada tahun Jawa 1400 ( 1478 M), bahkan lebih dini dari itu. Yang pasti pada tahun-tahun tersebut bangkit Sebuah kerajaan Islam Demak yang menggantikan kerajaan Majapahit dalam sejarah.

Menurut sebuah laporan Portugis, diantara raja yang telah memeluk Islam, Raja Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan terus-menerus memerangi orang Portugis yang dipandang sebagai orang kafir. Demak sebagai ibukota kerajaan Islam menjadikan dirinya sebagai tonggak perjuangan untuk menyebarkan agama Islam pada dasawarsa pertama abad ke-16.

Untuk itu, Kesultanan Demak meluaskan pengaruhnya bukan hanya ke wilayah Barat di pulau Jawa melainkan juga wilayah Timur, bahkan sampai ke luar Jawa. Pada tahun 1527, tentara Kesultanan Demak menguasai Tuban, setahun kemudian menduduki Wirosari (Purwodadi, Jawa Tengah), tahun berikutnya menyerang Gagelang ( Madiun sekarang) selanjutnya, Mendangkungan ( sekarang daerah Blora), Surabaya pada tahun 1531, Pasuruan pada tahun 1535, Lamongan diduduki pada tahun 1542, wilayah Gunung Penanggungan diduduki pada tahun 1543, Mamenang ( nama kuno Kerajaan Kediri) di 1544 dan Senguruh dikuasai pada tahun 1945.

Pengaruh Kesultanan ini sampai ke Kesultanan Banjar di Kalimantan. Sebuah sumber menyebutkan bahwa calon pengganti raja Banjar pernah meminta bantuan kepada Sultan Demak berupa pasukan guna menengahi masalah pergantian raja Banjar.

Calon pewaris mahkota yang diduduki oleh rakyat Jawa pun masuk Islam dan oleh seorang ulama bangsa Arab, pewaris itu diberi nama Islam. Tersebut pula bahwa selama masa Kesultanan Demak, raja Banjar setiap tahun mengirimkan upeti kepada Sultan Demak. Tradisi ini berhenti ketika kekuasaan beralih kepada raja-raja Pajang di Jawa Tengah.

Pengaruh Kesultanan Demak di Banjar membuka peluang untuk mengembangkan Islam di kawasan tersebut. Para Sultan setempat menjadikan pelopor utama berkembang-suburnya Islam di Kalimantan. Pada masa masih selanjutnya Kerajaan Kotawaringin menjadi Islam tahun 1620 M, demikian pula Kesultanan Kutai masuk Islam tahun 1700 M, sejak saat itu sampai Indonesia merdeka Kesultanan Kutai diperintah oleh 7 Raja Islam bagi Sultan.

Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuasaan Islam adalah sisi lain dari Kesultanan Demak yang kaya dan legenda. Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Indonesia yang terletak di alun-alun kota Demak di sebelah timur laut Semarang, Jawa Tengah.

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477 M) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”,sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479 M.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang sangat penting. Sunan Kalijaga lah yang membetulkan arah kiblat masjid ini. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat Antakusuma yaitu sebuah bungkusan yang berisi baju hadiah dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Pada awalnya, Masjid Agung Demak menjadi pusat kegiatan Kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah bahkan seluruh Pulau Jawa. Bangunan ini dijadikan markas para wali untuk bermusyawarah guna mengadakan sekaten. Cepatnya kota Demak menjadi pusat perdagangan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil Masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja Kesultanan Demak mengadakan ekspansi yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

 

181 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya' Ulumuddin: Gambaran Kejamnya Jeratan Dunia

4 Mins read
Gus Ulil ngaji ihya’ ulumuddin: gambaran kejamnya jeratan dunia. Hakikatnya perumpaan dunia adalah ibarat orang yang bermimpi kaya raya, padahal itu hanyalah…
KeislamanSejarah

Kota Baghdad Kejayaan Dan keruntuhan

7 Mins read
Kuliahalislam.Baghdad merupakan ibukota Republik Irak sejak tahun 1932, kota terbesar di wilayah negara Irak modern dan salah satu kota terbesar di Timur…
KeislamanSejarah

Sejarah Dan Periodisasi Perang Salib

7 Mins read
Kuliahalislam.Perang Salib terjadi tahun 1096-1291 Masehi. Perang salib merupakan perang keagamaan selama hampir dua abad yang terjadi sebagai reaksi umat Kristen di…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights