KeislamanTokoh

Sejarah Abdul Malik bin Marwan

3 Mins read

Abdul Malik bin Marwan lahir di Madinah, 26 H tahun 645/647 M dan wafat di Damascus, 86 H/705 M). Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam Bin Abu As as bin Umayyah. Dia dianggap sebagai pendiri kedua dinasti Bani Umayyah setelah Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dia juga dikenal sebagai Abu Al-Mulk (Bapak Para Raja) karena keempat anaknya menjadi raja yaitu al-Walid I (Khalifah Keenam, memerintah tahun 705-715), Sulaiman (Khalifah ketujuh, memerintah tahun 715-717), Yazid II (Khalifah kesembilan, 720-724) dan Hisyam (Khalifah kesepuluh, 724-743 ).

Abdul Malik lahir dari seorang ibu bernama Aisyah binti Hakam bin Mugirah. Dia berusia 6 tahun ketika terjadi tragedi pembunuhan Khalifah Usman bin Affan. Pada usia 16 tahun, dia sudah ditunjuk oleh Muawiyah Bin Abu Sufyan untuk memimpin sebuah kompi dalam pasukan yang akan dikirim untuk menghadapi tentara Byzantium.

Dia tinggal di Madinah sampai muncul pemberontakan terhadap khalifah Yazid Bin muawiyah ( Khalifah kedua) pada tahun 62-63 H/682-683 M. Setelah ayahnya, Marwan bin Hakam terbunuh pada Ramadan tahun 685 M, Abdul Malik dihadapkan pada berbagai persoalan yang sangat pelik.

Pertentangan antara Bani Qays dari suku Arab Utara dan Bani Kalb Suku Arab Selatan (Yaman) mempengaruhi pertentangan internal di kalangan Bani Umayyah. Di Mekah, Abdullah bin Zubair sudah lama menyatakan diri sebagai Khalifah dan mempunyai pengaruh di berbagai wilayah, misalnya Irak, Suriah di samping di Hedzjaz sendiri.

Akan tetapi, gerakan Abdullah bin Zubair ini dapat dipatahkan oleh Panglima Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi pada tahun 72 Hijriyah. Hajjaj sendiri kemudian ditunjuk sebagai gubernur Mekkah. Pada tahun 73 Hijriyah/692 M di Yamamah berkecamuk pemberontakan aliran Khawarij Najdiyyah.

Tahun 75 H/694 M, juga timbul pemberontakan Khawarij Azariqah. Tetapi pemberontakan ini pun dapat dipatahkan di bawah Panglima Hajjaj bin Yusuf. Sebelumnya di Kufah terjadi sebuah pemberontakan oleh Mukhtar bin Abi Ubaid, yang menghasut penduduk Kufah dan sekitarnya untuk memberontak melawan pemerintahan Dinasti Bani Umayyah dengan mengungkit-ungkit soal pembunuhan atas Imam Husein bin Ali Bin Abi Thalib.

Mukhtar juga musuh Abdullah bin Zubair karena Kufah merupakan basis pendukung Abdullah bin Zubair. Pada tahun 66 H/685 M, pasukan Abdullah Ibnu Zubair di bawah pimpinan gubernurnya yaitu Abdullah bin Muti’, dihancurkan oleh Mukhtar, tetapi gerakan ini kemudian dihancurkan oleh Mus’ab bin Zubair dari pihak Abdullah bin Zubair.

Abdul Malik bin Marwan sendiri bermaksud mematahkan pemberontakan Mukhtar itu. Maka dia berangkat ke Damaskus. Tapi sebelum sampai di Kufah, dia menerima laporan bahwa Amar bin Said bin Ash ingin menjadi Khalifah. Maka dia terpaksa kembali ke Damaskus menghukum Amar bin Sa’id.

Pada waktu yang bersamaan, timbul ancaman serangan dari pasukan Byzantium yang sudah masuk ke perbatasan wilayah Daulah Islamiyah dekat al-Masisah (Anatolia). Tetapi semua pemberontakan itu dapat dipadamkan. Salah satu tulang punggung dalam menumpas pemberontakan pemberontakan itu adalah Panglima Hajjaj bin Yusuf.

Di samping mampu menumpas segala pemberontakan pada masa pemerintahannya, Abdul Malik juga cakap dalam mengatur administrasi pemerintahan bahkan ahli dalam bidang agama Islam. Langkah-langkahnya antara lain. Pertama, menggunakan bahasa Arab dalam urusan keuangan dan administrasi pemerintahan terutama di daerah-daerah yang sebelumnya belum menggunakan bahasa Arab, misalnya wilayah Persia dan Mesir yang berbahasa Koptik.

Kedua, menyeragamkan sistem perpajakan di seluruh wilayah kekuasaannya. Ketiga, mengganti mata uang yang berlaku di seluruh wilayah kekuasaannya yaitu uang Denarius yang berlambangkan kekaisaran Romawi dengan mata uang Dinar dengan bertuliskan angka Arab dan teks Alquran.

Keempat, menggandakan dan menyempurnakan Alquran mushaf Usmani dengan memakai sistem baris (dammah, fathah, kasarah) dan titik-titik pada huruf tertentu sehingga bisa membedakan “ta” dengan “sa” dan “dal” dengan “zal”. Kelima, membangun kubah Sahra di Masjidil Aqsa di Jerusalem dan membangun kembali Ka’bah setelah hancur dalam serangan pasukan Hajjaj bin Yusuf Untuk menumpas Abdullah bin Zubair dan keenam, meningkatkan usaha pertanian, misalnya dengan membuat kanal drainase untuk mengeringkan rawa di air antara Sungai Eufrat dan sungai Tigris.

Abdullah Malik bin Marwan dikenal juga sebagai ahli fiqih setara dengan Sa’id bin Musayyab, Urwah bin Zubair dan Qubaisyah bin Zuaib mereka Ini semua adalah ahli fiqih dari kalangan ulama Madinah. Asy-Sya’bi, salah seorang ulama Madinah berkata :

“Setiap aku berdebat dengan seseorang, aku tidak pernah terkalahkan kecuali dengan Abdul Malik bin Marwan, setiap kali aku berdebat dengannya tentang hadits atau syair, dia menambah pengetahuanku”.

Karena begitu tingginya kepribadian yang dimiliki Abdul Malik bin Marwan, Ibnu Umar berkata : ” orang-orang lain dilahirkan sebagai kanak-kanak tetapi Abdul Malik dilahirkan sebagai bapak”.

143 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanTokoh

Syekh Al-Banjari Ulama Kesultanan Banjar

4 Mins read
Kuliahalislam. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (lahir di Lok Gabang, Martapura 15 Safar 1122 H/19 Maret 1710 M dan wafat di Kalampayan, Astambul,…
EsaiKeislamanOpini

Kesalehan Digital, Sebuah Keniscayaan Zaman

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Kita mungkin mulai familiar dengan fenomena kesalehan digital yang semakin membumi. Istilah kesalehan digital merujuk pada kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital…
KeislamanTokoh

Haedar Nashir, Membaca Pemaknaan Hidup Bersama Sang Filsuf

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Kita semua tentu mengetahui bahwa Buya Haedar Nashir, seorang tokoh intelektual dan pemimpin spiritual yang sangat berpengaruh di Indonesia, telah meninggalkan jejak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights