KULIAHALISLAM.COM – Pada awalnya gerakan Muhammadiyah oleh pemerintah Hindia Belanda ditetapkan sebagai gerakan lokal, dan hanya diberikan izin operasional untuk Wilayah Yogyakarta saja. Pada tahun 1920, KH. Ahmad Dahlan dalam suatu perjalanannya menuju ke Tanah Suci Makkah mampir di Betawi-Jakarta.
Satu Abad Muhammadiyah Jakarta. Gedung dakwah Muhammadiyah Jakarta |
Berkat kegigihan dan usaha Keras KH. Ahmad Dahlan, maka pada tahun 1917 pemerintah Hindia Belanda mengizinkan Muhammadiyah untuk mengembangkan sayapnya ke daerah lain. Oleh karena itu pada tahun 1920, KH. Ahmad Dahlan dalam suatu perjalanannya menuju ke Tanah Suci Makkah mampir di Betawi.
Di Stasion kereta api yang terletak di daerah Tanah Tinggi (kawasan Senen, Jakarta Pusat), pada pukul 02.00 dini hari, KH. Ahmad Dahlan bertemu dan berkenan memberikan wejangan kepada Kartosudarmo, Suwito, Sardjono dan Wirjosudarmo.
Kebetulan di antara mereka berempat ini sebelumnya sudah ada yang perah mengadakan kontak dengan KH. Ahmad Dahlan, baik dengan cara berkorespondensi maupun menerima pelajaran secara langsung, sehingga pertemuan di stasion kereta api itu meski berlangsung singkat tetapi dirasakan sangat efektif dan penuh makna.
Setelah pertemuan dengan KH. Ahmad Dahlan tersebut, Kartosudarmo dan kawan-kawan secara seksama berinisiatif untuk mencoba merintis berdirinya Muhammadiyah di Betawi.
Kartosudarmo dan kawan- kawan terus berdiskusi tentang tehnik dan strategi yang tepat untuk menyebarkan paham keagamaan Muhammadiyah di Betawi.
Mengingat masyarakat Betawi saat itu sosio-kultural masih sangat tradisional dan terbelakang, utamanya dalam bidang pendidikan, maka langkah awal yang ditempuh oleh Kartosudarmo dan kawan-kawan adalah mendirikan sebuah sekolah.
Berdirinya sekolah tersebut bertempat di Gang Ajudan Kepu (kawasan Senen Jakarta Pusat), dengan tujuan utamanya untuk melakukan proses pembaharuan (tajdid) ke masyarakat Betawi.
Dapat dikatakan bahwa sekolah yang didirikan di Gang Ajudan Kepu ini dalam operasionalnya hampir sama dengan Sekolah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di Yogyakarta yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni dengan menggunakan kurikulum perpaduan antara ilmu umum dan agama.
Sekolah di Gang Ajudan Kepu ini terkesan sangat sederhana (menempati rumah Raden Mangun Sumarto), tetapi dari tempat inilah sinar matahari Muhammadiyah pertama kali menyingsing di Betawi.
Dari Gang Ajudan Kepu ini paham keagamaan Muhammadiyah dapat menyebar kesegala penjuru Betawi. Banyak individu dan keluarga yang tertarik menjadi pendukung utama gerakan Muhammadiyah.
Sehingga gerakan Muhammadiyah pun cepat menyebar dan eksis di Betawi, karena memang ditopang oleh individu-individu dan keluarga-keluarga yang sadar akan adanya pembaruan (tajdid).
Untuk ddiketahui, bahwa baru satu tahun proses pencerahan dan tajdid Muhammadiyah berjalan di Betawi, datanglah berita gembira dari pemerintah Hindia Belanda, tepatnnya tahun 1921, keluar Besluit No. 33 tanggal 2 September 1921 yang isinya mengizinkan berdirinya Cabang Muhammadiyah di Betawi.
Meski izin dari pemerintah Hindia Belanda itu keluarnya tanggal 2 September 1921, tetapi diyakini oleh para aktivis Muhammadiyah Betawi bahwa Cabang Muhammadiyah Betawi itu resminya didirikan pada tanggal 18 Nopember 1921.
Bertepatan dengan Milad Muhammadiyah yang ke 9. Sejak itu, tanggal 18 Nopember 1921 secara autentik dijadikan rujukan sebagai tanggal berdirinya Cabang Muhammadiyah Betawi. Berdirinya Cabang Muhammadiyah Betawi ini kemudian disahkan oleh Hoofdbestuur (PP Muhammadiyah).
Oleh: Ustaz Agus Tri Sundani