(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam) |
KULIAHALISLAM.COM – William Shakespeare (1564-1616), seorang sastrawan Inggris, dalam novelnya Romeo and Juliet (1597), berujar “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” Artinya, “apalah arti sebuah nama? Bahwa misalnya kita menamai mawar dengan nama lain, ia akan tetap harum.” Nama lebih dari sekedar identitas. Nama merupakan sesuatu yang penting dan tidak dapat dipilih secara sembarangan. Sementara itu, nama sangatlah berhubungan erat dengan kegiatan, peristiwa, waktu dan hari-hari besar keagamaan. Nama itu begitu penting karena terkait dengan identitas, makna, bahkan narasi.
Nama merupakan kata yang digunakan untuk menyebut diri yang berfungsi sebagai penanda identitas seseorang atau sebagai simbol yang memegang peran penting dalam komunikasi. Dari segi ilmu bahasa, nama diri merupakan sebutan lingual yang dapat disebut sebagai tanda. Nama adalah sesuatu yang dipahami dan disebut oleh seseorang berupa kata, istilah, atau ungkapan yang dapat digunakan untuk mengenali seseorang atau sesuatu lainnya.
Nama juga merupakan simbol untuk mengidentifikasi setiap orang dengan nama kota kediamannya, contohnya raksasa yang dibunuh oleh daud adalah “Goliat dari Gat”(1 Sam.17:4). Salah seorang pendukung setia Yesus adalah Maria Magdalena atau “Maria dari magdala”(Mat.28:1). Plato dalam suatu percakapan yang berjudul “cratylos” menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lembaga itu. Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap mahluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia. Karena nama-nama itu muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam.
Nama merupakan penanda identitas yang tidak terpisahkan pada diri seseorang karena nama merupakan sesuatu yang selalu disebut dan dipahami sebagai kata, istilah atau ungkapan yang digunakan untuk mengenali seseorang. Karena itu, identitas diri merupakan hal yang sangat penting dalam suatu masyarakat yang memiliki banyak anggota. Identitas merupakan suatu gambaran tentang seseorang baik dari penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, bahasa, dan penilaian diri.
Arti Nama yang Baik
Dari buku Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, ditemukan bahwa Nama adalah sebutan atau label yang diberikan kepada benda, orang, tempat, produk (misalnya merek produk) dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain. Nama dapat dipakai untuk mengenali sekelompok atau hanya sebuah benda dalam konteks yang unik maupun yang diberikan. Nama manusia umumnya terbagi kepada nama depan dan nama keluarga (marga).
Umumnya nama adalah label untuk sebuah kata benda-orang, tempat atau benda. Nama adalah identitas seseorang, atau untuk mengidentifikasi orang-orang tertentu, seperti yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, Nama didefinisikan dengan kata untuk menyebut atau memanggil seseorang. Nama melayani beberapa tujuan. Yang paling penting mereka membantu membedakan kita satu sama lain. Bayangkan betapa sulitnya untuk merujuk kepada orang-orang jika kita tidak menggunakan nama. Beberapa nama membawa informasi tentang akar kita, seperti keluarga atau nama marga. Mereka umumnya diwariskan.
Nama bisa mengandung banyak arti, banyak cerita. Nama juga merupakan jati diri, identifikasi pertama dari orang-orang atas diri kita (Ardi Uchida; lampubiru.com). Ada banyak cara untuk menyusun suatu nama, tergantung dari budaya setempat dan bahasa setempat dan biasanya merupakan kombinasi.
Makna Nama dalam Islam
Apabila telah lahir seorang anak, maka pekerjaan yang utama dan mulia adalah memberikan nama yang baik dan memberikan padanya julukan mulia. Allah SWT telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk memanggilnya dengan nama-nama yang baik. Karena dengan memberikan nama yang baik akan memiliki pengaruh positif dalam jiwa anak-anak muda dan manusia lainnya. Allah SWT berfirman: “Dan kepunyaan-Nyalah nama-nama yang baik (Asmaul Husna) maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.(Q.S al-A’raf: 180).
Nama adalah sesuatu yang bakal akan mengingatkan yang punya nama itu setiap saat dan sepanjang masa, maka dengan nama yang baik, niscaya yang punya nama akan teringat setiap kali dipanggil oleh orang lain, setiap kali menuliskan nama dirinya, setiap kali memperkenalkan dirinya dan seterusnya. Disamping nama yang baik itu adalah kewajiban orangtua memberikannya. Karena nama yang baik itu akan membawa keberkahan. Nama yang baik itu artinya baik dari segi lafalnya maupun dari segi maknanya. Seperti Muhammad, Ahmad Aufa, Aisyah, dan lain-lain.
Nama Baik dengan Karya Terbaik
Dalam ajaran agama Islam, nama dipandang sebagai hal yang penting, ia mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan. Nama adalah sebuah doa dan harapan. Ada tuntunan untuk menggunakan nama-nama yang dianggap baik menurut agama. Sebuah hadits Nabi menjelaskan soal tersebut, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian”[HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi]. Di luar tuntunan agama, terdapat kelompok masyarakat yang masih mengikuti adat dan tradisi secara kuat menganggap nama itu penting, bukan hanya sekedar elemen bahasa untuk menunjuk si pemakai nama tapi pada nama tersebut melekat beragam makna simbolik. Nama-nama yang buruk dan melanggar aturan adat bisa dianggap sebagai pengundang datangnya bencana.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama, baik itu nama baik maupun nama yang buruk. Supaya nantinya kita bisa meninggalkan nama yang baik dari mulai dari sekarang banyak-banyaklah kita melakukan kebaikan dan menciptakan suatu karya untuk kebaikan, baik karya itu berupa bentuk benda, maupun hasil karya pikir seperti metode-metode, rumus-rumus, dan berupa hasil penelitian dan pengabdian.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, manusia tidak hanya terlibat dengan waktunya tetapi juga dengan waktu yang melewatinya. Dimensi waktu yang melewati dirinya itulah sesungguhnya yang menyebabkan arti hidupnya masih dinilai jauh telah tiada di dunia. Semakin ia berperan sebagai aktor sejarah, dalam arti bahwa perbuatan dan aktivitasnya dicatat dan dikenang, semakin ia terkena oleh tirani waktu itu. Si aktor seakan-akan dipaksa untuk terus-menerus mengulangi peranannya. Mengulangi, karena kepadanya akan senantiasa pula berganti. Semakin keras tirani waktu melekat pada diri aktor, semakin jauhlah dirinya mengalami transformasi.
Kesimpulan
Apalah arti sebuah nama, itu kata pepatah. Kenyataannya, mencari dan merangkai nama bukan perkara mudah. Banyak orang harus berfikir lama untuk menentukan nama terbaik bagi anaknya. Sebab, nama tak hanya label seumur hidup, tapi juga sebuah do’a dan harapan.
Nama diri merupakan penanda identitas bagi seseorang yang mana nama tidak diberikan secara sembarangan, karena nama diri memiliki arti dan harapan dari orang yang memberi nama.
Seperti bunyi sebuah ungkapan, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama”, Maka manusia yang menentukan akan meninggalkan atau mewarisi nama baik maupun nama buruk. Supaya nantinya kita bisa meninggalkan nama yang baik dari mulai dari sekarang banyak-banyaklah kita melakukan kebaikan, menciptakan sesuatu karya-karya bermanfaat.
Dengan demikian, pemikiran tentang jasa atau budi baik seseorang dalam membentuk kerukunan institusi kekeluargaan, kemasyarakatan dan negara dapat dilihat dalam pemikiran dan implementasi melalui karya-karya nyata dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.