(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam) |
KULIAHALISLAM.COM – Tuhan Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan sebaik-baiknya, lengkap dengan pedoman atau aturan hidup yaitu Al-Qur’an dan contoh praktisnya yaitu Rasulullah. Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan kepada manusia benar-benar dijadikan sebagai penunjang kehidupan bukan sekedar slogan atau pajangan agar manusia tidak tersesat jauh dari jalan yang lurus. Tidak ada yang lebih baik dalam memberi petunjuk kepada manusia, kecuali Allah swt melalui firman-Nya.
Sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah. Semua sudah ditulis dalam Lauhul Mahfudz 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Namun manusia juga memiliki kehendak sendiri. Ada takdir yang tidak bisa di rubah dan ada takdir yang tidak bisa dirubah. Maka dari itu, untuk mencapai sesuatu, kita harus berikhtiar semaksimal mungkin agar bisa memiliki takdir terbaik. Tetapi apabila realita tidak sesuai dengan idealita padahal sudah berusaha semaksimal mungkin maka janganlah berputus asa apalagi kufur. Karena kita harus meyakini bahwa semuanya adalah yang terbaik dari Allah.
Bahwa semua ketetapan Allah SWT adalah yang terbaik sehingga kita harus mengimani qada dan qadar dan percaya bahwa semua ketetapan Allah adalah yang terbaik, tugas kita hanya terus berusaha dan berdo’a. Apa yang menurutmu baik, belum tentu benar baik. Sedangkan apa yang menurut Allah baik untukmu, pasti memang benar baik. Percayalah bahwa semua ketetapan Allah adalah yang terbaik dan semua yang terjadi ada hikmahnya.
Menjadi Yang Terbaik
Menjadi yang terbaik adalah mimpi semua orang. Siapa pun pasti menginginkan menjadi yang terbaik. Apa pun jalan yang dia rintis. Jalur yang dia tempuh. Profesi yang dia jalani.
Namun, ada yang keliru menafsirkan “menjadi yang terbaik” ini. Ada yang menganggap bahwa menjadi yang terbaik adalah menjadi yang teratas. Menjadi presiden. Menjadi gubernur, bupati, walikota, menjadi tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan menjadi ketua dalam berbagai peran. Tidak salah memang. Tetapi kalau semua ingin menjadi presiden, dan pejabat pemerintahan dan lingkungan sekitar, lalu siapa yang menjadi warga negaranya. Karena itu, puisi berikut mengajarkan kita untuk tetap menjadi yang terbaik apa pun adanya kita. Apa pun profesi kita saat ini. Bagaimana pun kondisi kita saat ini. Kita simak berikut puisinya. Dalam versi terjemahan Indonesia
Puisi Jadilah Diri Sendiri Yang Terbaik
(Be the Best of Whatever You Are)
Oleh: Anonim (Douglas Malloch)
Jika kau tak dapat menjadi pohon meranti di puncak bukit
jadilah semak belukar di lembah,
Jadilah semak belukar yang teranggun di sisi bukit
Kalau bukan rumput, semak belukar pun jadilah
Jika kau tak boleh menjadi rimbun,
jadilah rumput dan hiasilah jalan dimana-mana
Jika kau tak dapat menjadi ikan mas,
jadilah ikan sepat, tapi jadilah ikan sepat di dalam paya
Tidak semua dapat menjadi nahkoda,
lainnya harus menjadi awak kapal dan penumpang
Pasti ada sesuatu untuk semua
Karena ada tugas berat, ada tugas ringan
Diantaranya dibuat yang lebih berdekatan
Jika kau tak dapat menjadi bulan, jadilah bintang
Jika kau tak dapat menjadi jagung, jadilah kedelai
Bukan dinilai kau kalah ataupun menang
Jadilah dirimu sendiri yang terbaik
Berdasarkan sajak puisi di atas, mengandung makna bahwa setiap manusia bisa menjadi manusia yang terbaik, bermanfaat dan berkualitas melalui perannya dalam masyarakat.
Intinya, adalah kita mungkin tidak bisa menjadi seperti yang kita inginkan. Ada yang bercita-cita jadi professor, tetapi berakhir jadi guru. Ada yang bermimpi menjadi wartawan, ternyata menjadi ibu rumah tangga. Ada yang ingin menjadi petani, dan sebagainya. Nah, meskipun kita gagal meraih cita-cita itu, jadilah yang terbaik dalam bidang yang kita geluti sekarang. Menjadi yang terbaik dalam profesi yang kita tekuni sekarang. Tidak usah membayang-bayangkan jadi yang lain. Memberi sesuatu kerja, karya, kreatif yang maksimal. Jadilah apa adanya kita yang terbaik.
Puisi Douglas di atas kemudian disadur oleh pujangga Indonesia kenamaan, yaitu Taufik Ismail. Sayangnya, Mbah Taufik dikira melakukan plagiasi. Nah, kita simak puisi berikut dari Mbah Taufik.
Kerendahan Hati
Oleh: Taufik Ismail
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri…
Terlepas dari semuanya, satu puisi bahasa Inggris dan dua puisi berbahasa Indonesia di atas hendak mengajak kita. Mengajak saya dan Anda. Kita bisa jadi tidak menjadi sesuai cita-cita. Tak mengapa. Yang perlu kita lakukan adalah menerima, bersyukur, lantas berusaha keras menjadi apa adanya kita yang terbaik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, eksistensi seorang manusia adalah berawal dari pengenalan makna, ucapan, doa dan harapan sehingga manusia tersebut dapat belajar meningkatkan kemampuan berpikir kritis analitis, kecerdasan akal fikiran dan mengasah hati nurani yang jernih, bekerja melalui wawasan ilmu pengetahuan dan pengalamannya, serta berbuat karya nyata dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.