Membahas masalah agama memang tidak akan pernah ada habisnya, apalagi saat ini sedang booming fenomena agama yang muncul di tengah-tengah kehidupan manyarakat yakni fenomena agnostisisme atau lebih dikenal dengan istilah “Agnostic Style”. Fenomena ini sedang berjalan dan menjadi topik perbincangan hangat di tengah kalangan generasi muda saat ini.
Istilah agnostic style mengarah terhadap suatu gaya hidup yang menolak terikat pada suatu keyakinan atau agama tertentu dan secara tidak tegas atau belum secara pasti meyakini adanya entitas keberadaan Tuhan. Munculnya fenomena agnostic style ini biasanya dikaitkan dengan dinamika globalisasi, sekuralisme, dan kehidupan individualisme. Orang yang mengikuti gaya hidup agnostic style ini biasanya adalah orang-orang yang merasa terasing dari suatu tradisi agama atau mereka yang mengalami kekecawaan terhadap suatu kelompok keagamaan.
Istilah agnostik awalnya mulai diperkenalkan oleh Thomas H. Huxley pada abad ke- 19 yang menyatakan tentang kebenaran tertinggi mengenai Tuhan adalah tidak dapat diketahui. Dalam pandangan yang disampaikan oleh Thomas H. Huxley ini berbeda dengan pandangan kaum atheis, sehingga agnostic dan atheis adalah dua hal yang berbeda. Jika atheis memang secara mutlak tidak percaya entitas keberadaan Tuhan, maka agnostic mereka masih percaya akan keberadaan Tuhan namun mereka meragukan kemampuan manusia untuk dapat membuktikan atau memahami keberadaan Tuhan.
Ada beberapa faktor yang meletarbelakangi fenomena agnostic style ini hidup di tengah-tengah kehidupan masyrakat khusunya dikalangan anak muda. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
Era modernisme dunia, perkembangan dunia yang semakin modern yang di dukung dengan perkembangan teknologi dan bidang keilmuan yang semakin mapan mempengaruhi cara pandang generasi muda terhadap sesuatu. Mereka cenderung menerima sesuatu jika disertai dengan bukti-bukti yang jelas dan terbukti secara ilmiah dan dapat masuk ke dalam rasional akal
Krisis Spiritual, melihat perkembangan masyarakat yang semakin zaman semakin berbeda dengan disertai gaya hidup yang materialistis dan hedonitis ini menjadikan banyak individu yang merasa serta mengalami momen sepi atau kehilangan arah dalam mencari makna hidup dari jalan spiritual.
Pengaruh Sosial, dengan kehidupan sosial yang sudah bergantung pada penggunaan media sosial dan terpengaruh dengan budaya pop, keberadaan agama seringkali dipandang sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan dengan kehidupan masa kini. sehingga banyak sekali orang yang memilih untuk menyatakan dirinya sebagai sosok agnostic yang tidak terikat dalam kegiatan keagaamaan manapun.
Bagi Sebagian orang, gaya hidup agnostic justru memberikan rasa kebebasan yang baru karena membebaskan individu terhadap aturan-aturan agama yang dianggap dogmatis. Namun, dalam saat yang sama, banyak juga orang yang merasakan kekosongan diri akibat dari hilangnya pegangan spiritual. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 29;
وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا۟ يُغَاثُوا۟ بِمَآءٍ كَٱلْمُهْلِ يَشْوِى ٱلْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا
Artinya: Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Dalam Tafsir Kementrian Agama RI, ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan pilihan kepada manusia dalam memilih jalan hidup, baik mau mengikuti jalan Allah dan Rasul Nya atau tidak. Namun dalam ayat ini pula Allah memberikan peringatan bahwa hidup dengan bebas tanpa adanya panduan dapat membawa manusia kepada ruang hampa dan kehilangan arah hidup.
Salah satu masalah yang menjadi persoalan dalam fenomena agnostic style adalah hilangnya dimensi spiritual dalam kehidupan manusia. Menurut pandangan dalam Al-Qur’an, penciptaan manusia tidak hanya diperuntukkan untuk menjalani kehidupan secara material saja, melainkan juga ada aspek untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas dalam hal hubungan manusia dengan Allah. Allah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 122;
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat ini menunjukkan bahwa hidup tanpa memiliki kesadaran spiritual seperti halnya hidup dalam kegelapan yang menyesatkan. Dan dalam fenomena agnostic style ini kegelapan yang dimaksud adalah rasa kekosongan eksistensial yang sulit untuk diisi dengan hal-hal berbau material atau kesenangan duniawi.
Fenomena agnostic style yang menjadi trend baru dikalangan anak muda ini mencerminkan sebuah tantangan baru nan besar dalam beragama di era modern ini. Fenomena agnostic style bak dua sisi mata uang. Satu sisi menawarkan kebebasan dari segala aturan ritual keagamaan dan bebas memilih bagaimana cara bersikap; namun di sisi yang lain fenomena agnostic style juga menaruh ruang hampa dalam diri individu yang sulit untuk dijelaskan.
Oleh karenanya, sebagai orang yang beriman dan percaya akan keberadaan Tuhan, penting bagi kita umat Islam untuk selalu berpegang terhadap ajaran Allah dan Rasul Nya, disamping itu kita juga menyediakan ruang terbuka bagi mereka yang meragukan, menerima tanpa mengikuti, menerima tanpa mengejek. Dengan demikian kita dapat menciptakan suasana yang harmonis dan toleran dalam beragama.