KULIAHALISLAM.COM – Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani. Beliau lahir di Harran dekat Damaskus, Syria pada tahun 661 H atau 1263 M. Ayahnya adalah Abdul Halim bin Abdus Salam bin Taimiyah merupakan ulama terkemuka bermazhab Hambali. Di Damaskus beliau belajar pada ayahnya sendiri, kemudian berguru pada Zainab binti Makki dll.
Dr. Ali Sami An-Nasyar menyatakan bahwa, Ibnu Taimiyah hidup ditengah-tengah pergulatan seru dan berkepanjangan dengan segala dampak kemerosotan politik dan agama. Beliau mendapati kesucian dan kemulian akidah telah ternodai oleh percikan-percikan berbagai amalan bid’ah dalam agama, atau oleh mazhab ilmu kalam yang menyesatkan maupun kerancuan filsafat.
Sumber gambar: college.georgetown.edu |
Pujian Ibnu Taimiyah Terhadap Imam Al Ghazali
Prof. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya “Bangkit dan Runtuhnya Bani Seljuk” menjelaskan bahwa meskipun Ibnu Taimiyah banyak berdebat dan beda pendapat dengan para Ulama khususnya Imam Al
Ghazali serta mengkritiknya dalam beberapa kesempatan dan mengutip bantahan
para ulama terhadapnya, Ibnu Taimiyah tetap bersikap objektif dan banyak memuji
Imam Al Ghazali melalui beberapa poin berikut.
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Imam Al Ghazali tidak sengaja berbohong. Karena itu, ketika Imam Ahmad
dituduhnya sebagai ahli takwil, maka Ibnu Taimiyah menjawabnya dengan
menyatakan pengutipannya
dari orang yang tidak dikenal tanpa sepengetahuannya. Orang yang tidak dikenal
itu menginformasikannya begitu saja dari Imam
Ahmad
bin Hanbal. Tiada yang membantah bahwa
orang yang mengenal pendapat Imam Ahmad pastilah menyatakan bahwa itu merupakan
tuduhan palsu. Teks-teks dan riwayatnya yang dikutip darinya oleh para perawi
yang dapat dipercaya sehingga mencapai ketetapan yang ditentukan dan Mutawatir, tolak dengan kenyataan ini.
Bahkan apabila Imam Al Ghazali mengutip kebohongan-kebohongan dari
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dari sahabat-sahabat Nabi dan Tabiin yang
tidak diketahui kecuali Allah, lalu
bagaimana dengan yang dikutipnya dari Imam Ahmad. Lalu Ibnu Taimiyah membela Imam Al Ghazali dengan
mengatakan : “ Imam Al
Ghazali tidak sengaja melakukan kebohongan Sebab imam Al Ghazali jauh lebih
terhormat dari yang demikian itu. Beliau adalah orang yang paling cerdas, gigih
dalam mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran dan termasuk orang yang paling
gigih dalam memperjuangkan kebenaran.
Ibnu Taimiyah selanjutnya mengatakan bahwa Imam Al Ghazali mempunyai
pendapat yang sangat baik dan sangat bermanfaat termasuk orang yang paling
produktif dalam menelurkan karya tulis dengan kualitas yang prima baik dari
segi pembagian akan tetapi ketika riwayat yang dikutipnya tidak sampai kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melalui sanad yang shahih maka
dia mengutipnya hanya berdasarkan apa yang sampai kepadanya. Terlebih lagi
dengan prinsip ini. Sebab Imam Al
Ghazali menempatkan An-Nubuwwah
atau masalah kenabian sebagai pokok bagi yang lain.
Ibnu Taimiyah mengakui perjuangan dan kegigihan Imam Abu Hamid Al
Ghazali dalam melawan filosof. Ibnu Taimiyah banyak memuji
Imam Al Ghazali dalam masalah tersebut.
Ketika
membantah pendapat ahli filsafat yang menolak sifat-sifat Allah yang melekat
pada-Nya maka Imam
Al Ghazali membantahnya dan disetujui oleh Ibnu Taimiyah.
Ibnu Taimiyah mengatakan
: “ bantahan yang dikemukakan oleh Imam Abu Hamid Al Ghazali terhadap ahli
filsafat sudah benar dan juga Ibnu Rusyd yang mengatakan adanya Ijmal dan Isytirak”. Kemudian Ibnu Taimiyah
menanggapi Ibnu Rusyd,
dan menyatakan “ metode yang digunakan Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam
membantah Ibnu
Rusyd mengenai kata-kata yang tersusun sudah benar”.
Ibnu Taimiyah mengatakan tentang
Ibnu Rusyd : “Bantahan Ibnu Rusyd terhadap Imam Abu Hamid Al
Ghazali dalam kitabnya
Tahafut At-Tahafut melupakan bantahan yang keliru dalam banyak hal. Dan yang
benar adalah sebagaimana yang dikemukakan dan dijelaskan oleh Imam Abu Hamid Al
Ghazali. Aku telah
membahasnya dan menjelaskan kebenaran pendapat Imam Abu Hamid Al Ghazali
tersebut dan sesuai dengan pokok-pokok ajaran Islam serta menunjukkan kesalahan
pendapat lawannya
seperti Ibnu Rusyd dan ahli filsafat lainnya. Sedangkan
pendapat mereka yang benar dan sesuai dengan kitab suci dan sunnah Rasulullah
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak boleh dibantah melainkan harus
diterima. Adapun pendapat Imam Abu Hamid Al Ghazali yang keliru yang
menyalahkan pendapat mereka dapat dibantah dengan cara lain yang dapat membantu
Imam Al Ghazali mewujudkan tujuannya yang benar”.
Ibnu Taimiyah juga memuji bantahan Imam Al Ghazali terhadap ahli
filsafat dalam masalah pengakuan eksistensi sang pencipta dan mengutip
celaannya terhadap metode Ibnu Sina dan sejenisnya. Kemudian Ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa poin dan alasan yang dikemukakan Imam Abu Hamid Al Ghazali ini
yang paling tepat.
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa aku telah menulis tentang kesepakatan
ahli filsafat yang menolak sifat-sifat Allah dengan sebuah penjelasan mengenai
kesalahan pendapat mereka itu dalam metode
At-Takrib (Komposisi) sebelum mengamati pendapat Imam Abu Hamid. Kemudian aku melihat Abu
Hamid Al Ghazali mengemukakan pendapatnya yang sesuai dengan pendapat yang
telah kutulis.
Ibnu Taimiyah menyatakan kembalinya Imam Abu Hamid Al Ghazali di akhir
hidupnya kepada hadis dan beliau meninggal dunia dalam upayanya mempelajari
hadits Imam Al Bukhari dan Muslim. Dia menyebutkan bahwa Imam Abu Hamid Al
Ghazali kembali dan konsisten untuk mempelajari metode ahli hadis setelah
merasa berputus asa menggapai cita-citanya melalui metode ulama ilmu kalam, filsafat dan Sufi.