Penulis: Abdullah Sakhy*
Puasa adalah bagian ibadah kedua setelah salat dalam rukun Islam. Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadan. Puasa tidak hanya di masa Rasulullah SAW namun juga telah ada sejak di masa Nabi Musa AS meskipun tidak ada ketentuan di Taurat, Zabur dan Injil tentang peraturan akan waktu dan bilangan dalam berpuasa.
Nabi Musa AS pernah berpuasa selama 40 hari, sampai saat ini para kaum Yahudi tetap mengerjakan puasa meskipun tidak ada ketentuan, seperti puasa selama seminggu untuk mengenang kehancuran Jerusalem dan mengambilnya kembali, puasa hari kesepuluh pada bulan tujuh menurut perhitungan mereka dan berpuasa sampai malam.
Intinya dari berbagai puasa yang dikerjakan adalah mengacu kepada tujuan perbaikan diri dari kesalahan yang pernah diperbuat dan pencegahan diri agar tidak terjadi lagi kesalahan tersebut (Andy n.d.).
Puasa senin dan kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin dan kamis. Secara khusus, puasa ini dinyatakan nabi Muhammad dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dan Tirmidzi bahwa hari senin adalah hari kelahiran Nabi Muhammad, dipilihnya ia sebagai Nabi Allah, dan hari diturunkannya Alqur’an. Oleh karenannya Nabi gemar berpuasa dihari senin.
Puasa senin kamis mempunyai hikmah yang besar, diantaranya adalah pembersihan, penggemblengan, dan penyucian jiwa dari akhlak tercela dan sifat sifat yang buruk, untuk kemudian dibiasakan dengan akhlak mulia seperti sabar, santun, dermawan, rendah hati, dan pengerahan jiwa untuk menjalankan segala hal yang diridai Allah dan dapat mendekatkan kepada-Nya (Permana 2022).
Dalil Puasa Senin Kamis
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadis ini hasan. Syekh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih)
Usamah bin Zaid berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ « أَىُّ يَوْمَيْنِ ». قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ « ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ »
“Aku berkata pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab, “Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syekh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih lighoirihi yaitu sahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)
Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim no. 2565). (Sumber: https://muslim.or.id/17854-puasa-senin-kamis.html)
Manfaat Berpuasa Senin dan Kamis bagi Kesehatan
Mengutip buku The Miracle of Puasa Senin Kamis oleh Ubaidurrahim El-Hamdy dan buku Sehat Cara Alqur’an & Hadis karya Emma Pandi Wirakusumah, berikut sejumlah manfaat menjalankan puasa Senin Kamis:
- Mengistirahatkan Alat Pencernaan
- Membersihkan Tubuh dari Racun dan Kotoran
- Mengontrol Gula Darah
- Menurunkan Berat Badan
- Meningkatkan Metabolisme Tubuh
Manfaat Berpuasa Senin dan Kamis dari Sisi Spiritual
Mengutip buku Insiden Surga pada Hari Senin dan Kamis oleh Ridhoul Wahidi, berikut manfaat berpuasa Senin Kamis dari sisi spiritual:
1. Mendapat Gelar Takwa
Umat muslim yang ikhlas melaksanakan puasa sunnah, termasuk puasa Senin dan Kamis, serta mematuhi semua syarat, rukun, dan ketentuannya akan diberikan gelar takwa.
Dalam hal ini, Allah SWT akan menyediakan jalan yang mudah bagi hamba-Nya yang memiliki ketakwaan. Sebagaimana firman-Nya dalam Alqur’an surat Thalaq ayat 2 dan 4,
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢
Artinya: ” Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS. Thalaq: 2)
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا ٤
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS. Thalaq: 4)
2. Pahala yang Berlipat
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Demi keberadaan-Nya yang menjaga nyawaku, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. Dia menahan nafsu dan menahan diri dari makanan dan minuman karena Aku. Oleh karena itu, puasa adalah hak milik-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya. Setiap kebaikan dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa. Puasa adalah hak milik-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasannya.” (HR. Malik)
3. Bau Mulut yang Harum
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan:
“Semua amalan manusia adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku (Allah), dan Aku-lah yang akan memberikan balasannya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak wangi.” (HR. Bukhari)
4. Surga Rayyan bagi yang Berpuasa
Allah SWT telah menyiapkan pintu khusus di surga yang disebut sebagai ‘Rayyan’ bagi mereka yang menjalankan puasa secara rutin. Nabi Muhammad SAW menyampaikannya dalam sebuah hadits:
“Dalam Surga terdapat satu pintu yang disebut sebagai ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat tidak ada seorang pun yang akan masuk Surga melalui pintu tersebut kecuali para orang yang berpuasa. Tidak akan ada seorang pun yang melewati pintu tersebut kecuali mereka. Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka para orang yang berpuasa akan berdiri menghadap. Tidak akan ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Setelah mereka semua masuk, pintu itu akan ditutup dan tidak akan ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.” (HR. Bukhari Muslim)
5. Menjadi Amalan yang Tiada Tandingannya
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata:
“Ya Rasulullah SAW, tunjukkanlah kepada saya suatu amal.” Beliau menjawab, ‘Jalankanlah puasa, karena tidak ada amal yang sebanding dengannya’.” (HR. Nasa’i)
*) Mahasiswa Agroteknologi Universitas Kahuripan Kediri.
Editor: Adis Setiawan