Kita sering kali mendengar bahwasannya pendidikan karakter membutuhkan peran seorang ayah dan ibu serta guru yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pendidikan karakter kepada seorang anak. Melalui pendidikan karakter seorang anak diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai yang ada pada pendidikan karakter yang telah diberikan maupun disalurkan dari orang tua ataupun guru. Pendidikan karakter merupakan pendidikan sepanjang hayat yang senantiasa harus ada pada diri seseorang maupun ada pada setiap perkembangan zaman. Pendidikan karakter di tingkat sekolah menengah atas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru, yang mampu mempengaruhi karakter seorang peserta didik.
Karakter merupakan moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Baik atau buruknya karakter seseorang tergambar dalam moralitas yang dimiliki. Thomas Lickona mengatakan bahwa karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan; pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik – kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral; ketiganya ini membentuk kedewasaan moral. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, sudah jelah bahwa kita menginginkan anak-anak kita untuk mampu menilai apa yang benar, sangat peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini itu benar meskipun berhadapan dengan godaan dari dalam dan tekanan dari luar (Ifham Choli, 2016).
Pembentukan karakter anak remaja dilingkungan sekolah dapat dilaksanakan melalui berbagai program yang telah direncanakan oleh masing-masing sekolah. Setiap sekolah memiliki berbagai cara tersendiri dalam upaya membentuk karakter anak remaja menjadi lebih baik. Guru-guru merupakan termasuk ke dalam teladan yang dapat dijadikan sebagai objek anak remaja dalam membentuk karakter mereka. Dengan begitu setiap anak yang melihat bagaimana perlakuan serta tingkah laku dari seorang guru mereka dapat mencontoh perbuatan dari guru tersebut.
Di zaman yang semakin berkembang ini, tidak sedikit anak remaja yang melakukan kasus-kasus besar seperti narkoba, berjudi online, mencuri, merampok, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh pergaulan anak remaja yang semakin bebas dan tidak terkondisikan, karena maraknya pergaulan bebas dan tidak adanya pengawasan dari orang tua maupun dari guru, yang seharusnya anak-anak remaja diberikan edukasi ataupun pelatihan sebagai bentuk dari pendidikan karakter, yang mana hal ini harus ditanamkan disetiap diri seorang remaja. Maka dari itu setiap sekolah layaknya memberikan edukasi, serta pendekatan diri seorang remaja terhadap ajaran-ajaran agama, seperti memberikan edukasi untuk selalu beribadah, berbuat kebaikan, tolong menolong antar sesama umat beragama, selalu saling menyapa. Melalui pendekatan seperti inilah menjadi langkah dalam membentuk karakter anak remaja menjadi lebih baik lagi.
Problematika pendidikan karakter yang dihadapi oleh anak remaja pada tingkat sekolah menengah atas merupakan hal yang perlu dihadapi serta harus diselesaikan secepat mungkin. Banyak anak remaja yang mengalami hambatan dalam membentuk karakter mereka, baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal disini seperti masalah yang ada pada diri sendiri dan faktor eksternal meliputi masalah yang berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat/sosial, serta perubahan keadaan.
Perlu diketahui juga bahwasanya terdapat juga berbagai macam problematika yang dihadapi anak remaja khususnya pada tingkat sekolah menengah atas dalam membentuk karakter mereka, yang pertama yaitu rendahnya kesadaran kedisiplinan anak remaja, yang mana ini menjadi faktor penyebab anak dalam membentuk karakter mereka. Tingkat kedisiplinan yang kurang pada anak dapat menyebabkan anak menjadi malas karena ia sudah terbiasa dengan hidup yang terlalu santai.
Yang kedua yaitu kurangnya rasa hormat dan sopan santun anak remaja kepada guru pada saat pembelajaran berlangsung maupun tidak. Hal ini disebabkan kebiasaan anak remaja ketika pada saat diluar ataupun karena pergaulan mereka dengan teman sebayanya, sehingga terbawa didalam lingkungan sekolah. Maka dari itu pembentukan karakter anak remaja juga tidak hanya dilatih pada saat disekolah namun dirumah pun peran seorang ayah dan ibu juga diperlukan dalam membentuk karakter anaknya.
Yang ketiga yaitu penggunaan media gawai (handphone) yang kurang terkontrol. Handphone yang dibawa peserta didik ke dalam kelas bahkan ia gunakan pada saat pembelajaran berlangsung menjadi faktor penghambat dalam pembentukan karakter anak remaja, karena hal ini menyebabkan anak lebih terfokus pada handphone mereka masing-masing ketimbang fokus pada pemaparan yang diberikan oleh guru. Salah satu contohnya yaitu mereka membuka sosial media dan asik bermain sosial media pada saat jam pelajaran berlangsung, atau bahkan lebih asik bermain game saat pembelajaran.
Hal ini jika terus menerus tidak terkontrol dengan baik akan memberikan dampak buruk bagi pembentukan karakter peserta didik karena peserta didik lebih respect terhadap handphone atau gawainya dari pada guru. Dan yang keempat yaitu rasa kepekaan terhadap teman sebaya yang semakin memudar. Perlakuan kepada teman sebaya juga menjadi salah satu cerminan karakter yang terbentuk dalam diri anak remaja. Bagaimana mereka menjalankan aktivitas sosialnya kepada teman, bagaimana respon peserta didik terhadap sesuatu yang terjadi pada temannya, dan sebagainya, hal ini tentunya berpengaruh pada pembentukan karakter anak (Santi Mahmuda Urbaningkrum, dkk, 2022).
Dalam menghadapi problematika pendidikan karakter bagi anak remaja pada tingkat sekolah menengah atas, peranan penting guru dan orang tua semakin ditingkatkan dalam mengawasi serta memberikan edukasi terkait dengan karakter yang baik serta penanaman nilai moral dan nilai-nilai agama. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan serta menunjukkan sikap keteladanan yang baik serta karakter yang baik, sehingga ini menjadi kebiasaan yang terus mengakar pada diri anak remaja, sebagai bekal dalam kehidupan mendatang mereka.